Beranda / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 24. Makan Malam Keluarga (2)

Share

24. Makan Malam Keluarga (2)

Penulis: Asia July
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-24 08:17:43
Louis menyesap habis minumannya kemudian berdehem. “Bagaimana kabarmu, Sophie? Kulihat tanganmu sudah tampak baik-baik saja.”

Sophia menatap tangannya. Tangannya memang tidak sakit lagi, namun masih susah untuk difungsikan dengan normal. Dia mustahil bisa memakan makanannya dengan benar malam ini. “Seperti yang kau lihat, Papa, aku baik-baik saja.”

Ayahnya mengangguk, menyesap minumannya lagi yang baru saja ditumpahkan ke gelasnya oleh sang istri.

“Sophia, di mana Albert? Bukankah seharusnya kau datang bersamanya?” Mariane bertanya dengan nada seolah dia peduli.

“Albert memiliki pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan di kantor,” jawab Sophia.

“Seharusnya dia datang, ini kan makan malam keluarga. Lihatlah, bahkan kekasih kakakmu saja yang juga sangat sibuk mensempatkaan diri untuk datang kemari.”

Sophia hanya bisa tersenyum menjadi balasannya, tidak tahu harus menjawab apa.

“Tidakkah dia punya orang-orang untuk melakukan pekerjaannya itu?” tanya Billie.

“Dia lebih suka melakukannya se
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Terpendam Suamiku   25. Tamu Tak Diundang

    Sophia menatap ke luar jendela, melihat langit malam yang ditutupi awan kelabu. Tembok pagar mansion tempatnya tinggal tampak di pandangan. Sophia menyukai bangunan itu, desainnya begitu megah dan modern, ditambah dengan sentuhan alam yang hijau di luar, tempat yang nyaman untuk disebut rumah.Namun, Sophia tidak ingin terlalu menganggap tempat itu adalah rumahnya, sebab dia tahu suatu hari nanti dia harus pergi dari sana. Sophia tidak ingin menanam perasaannya terlalu dalam hanya untuk kemudian dicampakan. Albert bisa saja memutuskan hubungan mereka bulan depan, atau bahkan besok, alias kapan saja. Sophia merasa bahwa dia harus selalu siap.Albert masih dukuk di sebelahnya, mereka sama-sama terdiam. Mobil kemudian memasuki gerbang yang terbuka dengan otomatis. Satpam menunduk memberi salam saat mobil melaju melewatinya.Ketika mobil akhirnya berhenti di depan teras mansion, Sophia melirik Albert."Kau tadi tidak makan, mau kusiapkan sesuatu untuk makan malam?" Sophia bertanya dengan r

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   26. Mimpi Buruk

    "Di mana Dana?" tanya Sophia sesaat setelah dia masuk ke ruang makan.Albert yang tengah menuangkan air ke dalam gelas menoleh padanya. "Dana?" tanyanya bingung.Gerakan tangan Sophia yang menarik kursi terhenti, dia terdiam lama sambil menatap menu makan malam yang tersedia di meja."Jadi... kau menyiapkan semua ini sendiri?" tanya Sophia pelan."Hm," jawab Albert diikuti anggukan singkat.Sophia tidak menyangka sekaligus kagum akan seberapa cepatnya lelaki itu melakukan semua ini. Memasak steak dan menata meja.Aku pasti butuh berjam-jam untuk melakukannya, batin Sophia. Dia melirik dapur sejenak dan melihat bahwa tempat itu tampak seolah tidak ada yang pernah menggunakannya memasak steak beberapa saat lalu. Selain cekatan, Albert juga sangat rapi dan bersih."Lalu di mana kekasihmu?" tanya Sophia lagi, tersadar bahwa si pirang tidak ada di sana."Dia bukan kekasihku. Dan aku sudah mengusirnya pergi," jawab Albert tanpa menoleh padanya, Albert sibuk memotong daging di piringnya, lalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   27. Bicara (1)

    Sophia merasakan tenggorokannya kering dan sakit karena tanpa sadar di tidurnya tadi dia terus merintih dan menangis. Sophia pun turun dari ranjang, pergi ke dapur untuk mengambil air.Setelah itu, saat Sophia hendak kembali ke kamar, dia berpapasan dengan Albert yang menuruni tangga. Sophia sudah siap untuk menghiraukannya karena dia masih teringat dengan perseteruan mereka tadi, namun sepertinya Albert berpikir sebaliknya.“Sophie?” kata lelaki itu, mencekal lengan Sophia dan menahannya.Sophia tidak menoleh atau pun mencoba menghindar, dia hanya bergeming di sana.Albert di hadapannya mengerutkan kening, menunduk dan menyipitkan mata menatap wajah Sophia.“Kau menangis?” suara Albert.Barulah Sophia menoleh dan balas menatapnya. Dia sendiri tidak tahu, apakah aku menangis? Ah ya, dia memang selalu dibuat sekacau ini saat mimpi itu datang. Tapi bedanya, yang sebelum-sebelumnya Albert tidak akan tahu, karena dia jarang berada di rumah.“Mimpi buruk?” tebak Albert saat Sophia hanya ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   28. Bicara (2)

    “Ke-kenapa?” tanya Sophia gugup.Albert terlihat berpikir. “Tidak ada. Hanya tampak sedikit familiar.”Sophia nyaris menghela napas kecewa. Oh kenapa dia harus kecewa hanya karena Albert tidak mengingat kejadian di kapal? Itu sudah lama. Dan kalau pun Albert ingat, dia pasti akan menganggapnya tidak penting.“Kalau begitu, lepaskan aku,” kata Sophia.“Aku tidak sedang memegangmu,” sahut Albert, setengah menyeringai.Wajah Sophia memerah. “Kalau begitu menjauhlah!” serunya, mendorong dada Albert yang bidang agar lelaki itu menjauh. Tapi Albert justru mengurungnya semakin dekat. “Albert apa kita akan terus kekanak-kanakkan seperti ini sampai pagi?” ucap Sophia dengan nada lelah.“Nah! Aku ke sini untuk memperbaiki itu, Wife. Kita akan bicara. Tapi aku tidak akan beranjak dari sini sebelum kau mengatakan ya.”Sophia menatap mata Albert dan bertanya-tanya apakah lelaki ini serius? Apa yang akan mereka bicarakan? Ada kah hal yang harus dibicarakan di antara mereka? Albert pasti memiliki pik

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   29. Perasaan yang Tidak Biasa (1)

    Pada akhirnya, mereka tidak sampai pada kesepakatan apapun.Sophia terlalu tercengang dengan ucapan Albert. Sedangkan Albert justru menganggap diamnya Sophia itu adalah bentuk sebuah penolakan.Egonya pasti terluka, batin Sophia saat berbaring di ranjang kamarnya, memutar kembali adegan ketika Albert berbalik pergi dengan tatapan kecewa pada malam itu. Sophia tidak ingin berharap terlalu lebih, tapi dia tidak bisa berhenti memikirkan ini… apakah Albert memiliki perasaan padanya?Dan Sophia yakin jawabannya adalah ‘ya’. Namun apapun perasaan yang Albert rasakan padanya yang pasti bukan cinta. Mungkin lelaki itu hanya sekadar peduli? Atau justru kasihan padanya? Sophia lebih memilih dugaan pertama karena yang kedua terdengar terlalu menyedihkan.Tapi rasa peduli pun terasa terlalu berlebihan bagi Sophia. Tanggung jawab kah? Atau itu semua hanyalah egonya sebagai laki-laki dan seorang suami?Karena tidak mungkin bagi Sophia, Albert dapat merasakan perasaan seperti yang dirinya rasakan.Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   30. Perasaan yang Tidak Biasa (2)

    Beberapa saat kemudian Sophia sudah sampai di kantor Albert dan lagi-lagi harus berhadapan dengan sekretaris Albert yang menyebalkan, wanita itu sepertinya pernah tidur dengan suaminya, sehingga dia selalu sinis setiap kali berhadapan dengan Sophia. Tapi Sophia tidak pernah menaruh peduli, tepatnya tidak mau peduli pada sesuatu yang berpotensi memperburuk perasaannya.“Sir Raymond sedang kedatangan tamu, Anda bisa menunggu di sini,” kata wanita itu pada Sophia, menunjuk dengan dagu pada kursi tunggu di ruangan itu, dia bahkan tidak bangkit sedikitpun dari kursinya setelah melirik Sophia sekilas.Merasa kesal, Sophia tidak mengindahkan perkataan wanita itu dan langsung saja menerobos masuk. Sophia sudah siap meledak jika yang didapatinya di dalam adalah selingkuhan yang lain, tapi justru Luke Abraham yang berada di sana, duduk di hadapan Albert di sofa.Dua pasang mata langsung tertuju pada Sophia. Ruangan itu menjadi hening dan canggung. “Harus kah aku kembali nanti?” kata Sophia sambi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   31. Pengakuan Pertama

    “Bagaimana kalau malam ini? Kau tidur di kamarku?”Sophia menatap Albert seolah lelaki itu telah kehilangan akal sehatnya. “Kau gila?!”Senyum Albert melebar, lalu dia menggeleng. “Kau sendiri yang menawarkan kompromi ini, kau tidak berhak untuk berkata tidak.” Albert kemudian bangkit berdiri.Mata Sophia bergetar. Membayangkan dirinya berada di satu ruangan yang sama dengan Albert, di atas ranjang, bergelung selimut, itu terlalu… melelahkan. Melelahkan untuk jantungnya.Tidak peduli dengan status mereka yang sudah sah, tetap saja ini adalah hal yang baru.Tapi seperti kata Albert, apakah Sophia berhak untuk mundur sekarang? Sepertinya jawabannya adalah tidak. Sophia pun ikut berdiri dan mendongak menatap suaminya itu.“Baik. Karena pembicaraan kita juga belum selesai, mungkin sebaiknya kita bicarakan di tempat tidur.” Ekspresi di wajah Sophia saat mengatakannya sangat datar.Albert menahan senyum. “Memang… pembicaraan di atas ranjang itu selalu berbobot, ayo kita lakukan.”***Butuh w

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   32. Nasihat Cinta

    “Ya, aku mencintai pria itu.” Sophia akhirnya menjawab, menatap mata terkejut Daniel dia pun menunduk. Sangat disayangkan, batinnya. “Aku jatuh cinta pada pria seperti Albert Raymond.” Dia melanjutkan pada dirinya sendiri, tersenyum kecut.Itu adalah pengakuan pertama Sophia kepada orang lain selain dirinya sendiri. Sophia tidak percaya dia mengatakannya kepada seseorang seperti Daniel, pria yang baru saja ditemuinya tidak lama.“Tapi dia tidak membalas perasaanmu.”Kali ini pernyataan Daniel benar-benar membuatnya tertohok. “Benar,” jawabnya, lalu tersenyum tanpa beban.Namun Daniel dapat melihat kesenduan di mata Sophia. Daniel sudah akan mengganti topik ke lain hal, tapi Sophia justru bertanya.“Apa kau pernah jatuh cinta sebelumnya, Tuan Mateo?”“Pertama-tama, panggil aku Daniel. Dan ya, aku pernah jatuh cinta sebelumnya.”“Benarkah?”“Aku mengerti. Aku mengerti. Penampilanku yang seperti ini memang menunjukkan ketidakseriusanku pada banyak hal, tapi jangan menilai seseorang dari p

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Suamiku   164. Pelan-pelan (19)

    Albert membawa Sophia ke mobil dengan susah payah, menggendong istrinya yang terus saja memberontak. Pengunjung lain yang ada di luar mulai menatap mereka aneh, bahkan salah seorang penjaga mendekati Albert dengan tatapan penuh curiga.“Dia istriku,” sahut Albert tanpa menghentikan langkahnya, si penjaga pun kembali mundur.Pintu dibuka, Albert memasukkan Sophia ke dalam dan memasangkannya safety-belt juga.“Apa yang kau lakukan?! Biarkan aku pergi!” berontak Sophia dengan tenaga yang mulai melemah.Albert tidak menghiraukannya dan segera berlari ke sisi lain mobil kemudian masuk ke dalam. Tepat ketika Albert menyalakan mesin, Sophia membuka sabuk pengamannya lalu bergerak cepat membuka pintu. Tapi gerakan Albert lebih cepat lagi, menangkap tubuh istrinya itu dan mendorongnya ke kursi, lalu tanpa peringatan menyatukan bibir mereka dalam pagutan yang dalam.Rontaan Sophia melemah, tangannya yang mencengkeram lengan Albert per

  • Hasrat Terpendam Suamiku   163. Bar

    Sophia benar-benar pergi menemui Alexander, tapi dia tidak menunggu besok melainkan melakukannya malam itu juga. Saat Sophia bertemu dengannya di lobi perusahaan, Alexander tengah dalam perjalanan untuk pulang. Dia terkejut ketika melihat Sophia berada di sana.“Sophia,” katanya.Sophia tersenyum ramah. “Halo, Alex.”Beberapa saat kemudian, keduanya telah berada di sebuah bar yang menyajikan anggur. Alexander sengaja mengatakan bahwa dia hendak mengunjungi tempat ini untuk melepas penatnya setelah seharian kerja. Sophia awalnya meminta waktu lelaki itu sejenak, tapi Alexander menolaknya mentah-mentah.“Aku pesan champagne,” kata Sophia pada si bartender yang duduk di balik meja. Dia mengangguk lalu mulai menyiapkan pesanan Sophia.“Aku juga,” kata Alexander ikut.Sophia menatapnya, dan Alex memberikannya senyum penuh arti. “Kau tahu? Sekarang setiap kali aku meminum champagne, aku selalu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   162. Ayah

    Sore itu Sophia terbangun dalam keadaan linglung. Dia terdiam beberapa saat sebelum deringan di ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Luke Abraham.Sophia, yang belum benar-benar mengumpulkan kesadarannya pun langsung menatap layar ponselnya dengan mata memicing. Setelah beberapa hari tidak ada kabar, baru kali ini Luke kembali menghubunginya. Dan isi pesan tersebut membuat Sophia semakin keheranan.[Pulanglah sebentar ke Kediaman Abraham, aku punya berita penting yang harus aku beri tahukan padamu.]Sophia lalu bangun dari tidurnya dan pergi bersiap-siap sembari menduga-duga berita penting apa yang hendak Luke katakan.Apa Paula atau Billie akan menikah? Atau Luke sendiri yang sudah menemukan pasangan untuk membangun rumah tangga? Apa pun itu, Sophia tetap dibuat penasaran.Dua jam kemudian Sophia sampai di Kediaman Abraham, tepat saat makan malam. Namun, saat Sophia masuk, Luke sudah menyambutnya di depan pintu.Saat So

  • Hasrat Terpendam Suamiku   161. Keputusan Egois

    Sophia keluar dari kamarnya pada waktu makan siang. Saat itu, Albert sudah pergi dengan amarah yang tidak bisa terucapkan.Sophia menunduk, menatap makanan di piringnya tanpa minat.“Sophie? Kau baik-baik saja?” tanya Laura pada putrinya yang tampak sedu itu.“Hm,” sahut Sophia.“Apa kau dan Albert sudah berbicara?” tanya Laura lagi, menatapnya penasaran.Saat sedang berada di ruang santai tadi, Albert sempat mendatanginya untuk pamit. Laura tidak menyangka kalau menantu lelakinya itu akan bersikap penuh sopan padanya dan benar-benar menganggapnya sebagai ibu. Sudah terlalu lama Laura jauh dari kehidupan Sophia sehingga terkadang dia merasa dirinya tidak pantas untuk mencampuri urusan-urusan sang putri.Tapi kali ini, Laura begitu penasaran.“Ya, Mom,” jawab Sophia, diikuti helaan napas pendek.“Ada apa denganmu? Bukankah seharusnya kau senang dia pergi?” tukas Daniel

  • Hasrat Terpendam Suamiku   160. Tidak Bisa Menjawab

    Sophia menjauh dari pintu saat Albert membukanya. Dia hendak menghindar supaya tidak ketahuan menguping, tapi selimut yang melilit tubuhnya itu terinjak sehingga Sophia terjatuh ke lantai dengan kedua tangan sebagai tumpuan.“Sophie!” seru Albert terkejut, lalu langsung berlari membantu Sophia untuk bangun. “Kau tidak apa-apa?” tanya Albert.Sophia bergeming. Dia memang tidak apa-apa, tidak ada yang sakit. Tapi menyadari bahwa dirinya baru saja hampir menyakiti sang janin di perut, membuatnya tertegun. Bagaimana kalau tadi dia tidak memiliki refleks cepat sehingga jatuh dengan perutnya yang mendarat lebih dulu? Sophia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Memang belum genap satu bulan dia mengetahui dirinya tengah hamil, tapi Sophia telah mengikat hubungan yang sangat erat dengan bayi di dalam perutnya dan kehilangannya adalah hal terakhir yang Sophia inginkan.Melihat tatapan kosong di mata wanita itu, Albert menjadi cemas. &ldq

  • Hasrat Terpendam Suamiku   159. Interupsi (19)

    “Albert?” lirih sebuah suara.Albert langsung tersadar dan sedikit menunduk, melihat sepasang kelopak mata yang bergerak, walau dia tidak bisa melihat mata Sophia sepenuhnya, tapi Albert tahu istrinya itu telah terjaga.“Apa aku membangunkanmu?” tanya Albert kemudian. Detak jantungnya kembali melaju cepat, oleh rasa takut kalau Sophia akan tersadar dan menyudahi semuanya.“Hm,” sahut wanita itu.Dan beberapa menit berlalu, hal yang Albert khawatirkan tidak kunjung terjadi. Dia pun menunduk lagi dan melihat Sophia masih tidak bergeming.“Albert,” kata wanita itu.Tubuh Albert langsung menegang. “Ya?”“Bagaimana kabar Cecil?”“….”“Hm?” ucap Sophia lagi.“Kenapa kau bertanya?” sahut Albert.“Aku hanya penasaran. Bukankah tadi kalian saling mengirim pesan?”Sejenak, Albert

  • Hasrat Terpendam Suamiku   158. Dalam Pelukanku (19)

    Albert menekan tubuh Sophia dengan tubuhnya sendiri. Memagut bibir ranum itu, melumatnya lembut, dan merasakan perlakuan yang sama pada bibirnya.Rasanya seperti di surga; memeluk dan mencium wanita yang dicintainya ini.Tidak ada yang bisa Albert pikirkan selain luapan emosi di antara mereka, yang dia tuangkan dalam rengkuhan penuh hasrat itu.Suara cecap bibir saling bersahutan di kamar dengan suasana sunyi, menambah semangat kedua insan yang tengah saling memadu kasih. Bahkan sekali pun oksigen di paru-paru masing-masing mulai menipis, mereka masih enggan untuk menjauh.Sampai akhirnya dada Sophia semakin terasa sesak, dia pun menepuk bahu Albert dan mendorongnya, namun menyisakan jarak yang tidak cukup jauh.“Albert?” lirih Sophia dengan napas memburu.Albert menyahutinya dengan gumaman singkat, lalu beralih untuk mengecup leher istrinya itu, memeluknya kian erat, seolah takut bahwa Sophia akan berubah pikiran dan mendorongny

  • Hasrat Terpendam Suamiku   157. Biarkan Saja

    Suara dering notifikasi dari ponsel kembali membuat dua pasang mata itu terbuka. Karena nada dering yang sama, mereka sibuk mengecek ponsel masing-masing yang diletakkan di nakas.Sophia yang lebih dulu menyadari bahwa itu bukan bunyi dari ponselnya, pun kembali berbaring tidur.Saking sunyinya suasana di antara mereka, Sophia sampai bisa mendengar suara jari Albert mengetuk pada layar, mengetik sesuatu di sana. Sophia tidak tahan untuk tidak bertanya-tanya siapa yang kiranya menghubungi Albert selarut ini.Pasti wanita itu.Sophia tersenyum getir, lalu memperbaiki posisi tidurnya agar lebih nyaman.Nyaris saja Sophia lupa, bahwa ada sesuatu yang sangat serius di antara dirinya dan Albert. Lagi-lagi Sophia mengingatkan diri sendiri untuk tidak lagi terjatuh pada pesona pria itu, untuk melupakannya dan membuat kehidupan baru dengan anaknya kelak.Sedang Sophia sibuk dengan pikirannya sendiri, Albert juga sama. Dia membalas sebuah email yang b

  • Hasrat Terpendam Suamiku   156. Hasrat Yang Tersisa

    Albert duduk di samping Sophia dalam diam. Menatap udara dengan tatapan nyaris kosong. Sementara itu, Sophia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, yang Albert yakini pasti naskah novel yang tengah dia garap.Anehnya, keheningan di antara mereka kali ini terasa tidak menggangu. Seolah memang itulah yang mereka butuhkan. Duduk berdua, tanpa kata-kata yang akan berakhir menyakiti mereka sendiri.Albert teringat akan lima buku karya Sailendra A. di rumah yang baru-baru ini dia beli untuk memuaskan rasa rindunya pada sang istri. Albert memang baru membaca beberapa lembar saja, dia belum memiliki waktu luang untuk menghabiskan membaca semuanya.Namun, walau begitu, Albert sudah tahu bahwa Sophia adalah penulis yang hebat.Saat sedang memikirkan itu, perhatian Albert teralihkan oleh suara jari Sophia yang menari di atas keyboard-nya yang terdengar semakin keras. Ekspresi di wajah wanita itu juga tampak mengerut kesal.“Kenapa?” tanya Albert pad

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status