Home / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 23. Makan Malam Keluarga (1)

Share

23. Makan Malam Keluarga (1)

Author: Asia July
last update Last Updated: 2024-09-24 08:16:45
Sophia tahu beberapa kata yang mungkin dapat menggambarkan apa yang saat ini dirasakannya. Kupu-kupu di perut? Aliran listrik yang menggelitik saraf? Jantung berdebar? Nyatanya, tidak satupun dari itu. Karena dia merasa, apa yang dirasakannya kini tidak akan bisa digambarkan dengan kata-kata apapun. Detik ketika bibirnya bersentuhan dengan bibir Albert, pikiran Sophia langsung kosong dari semua hal kecuali lelaki itu. Albert menciumnya dengan intens. Ciuman pria itu bergerak seolah dia hendak mengenal bibirnya dengan lebih baik, membelai setiap lekukannya dengan kelembutan yang membuat Sophia bergetar.

Telapak tangan Albert ada di rambut Sophia, sebelahnya di pinggang lembut perempuan itu. Ketika Albert menekan tubuhnya semakin dekat, Sophia terkesiap, dan saat itulah Albert menyatukan lidah mereka. Sophia mengerang, kepalan tangannya di dada Albert menguat, sementara Albert memperdalam ciuman mereka.

Sophia merasa oksigen di paru-parunya semakin menipis. Dia mendorong dada Albert pela
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hasrat Terpendam Suamiku   24. Makan Malam Keluarga (2)

    Louis menyesap habis minumannya kemudian berdehem. “Bagaimana kabarmu, Sophie? Kulihat tanganmu sudah tampak baik-baik saja.”Sophia menatap tangannya. Tangannya memang tidak sakit lagi, namun masih susah untuk difungsikan dengan normal. Dia mustahil bisa memakan makanannya dengan benar malam ini. “Seperti yang kau lihat, Papa, aku baik-baik saja.”Ayahnya mengangguk, menyesap minumannya lagi yang baru saja ditumpahkan ke gelasnya oleh sang istri.“Sophia, di mana Albert? Bukankah seharusnya kau datang bersamanya?” Mariane bertanya dengan nada seolah dia peduli.“Albert memiliki pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan di kantor,” jawab Sophia.“Seharusnya dia datang, ini kan makan malam keluarga. Lihatlah, bahkan kekasih kakakmu saja yang juga sangat sibuk mensempatkaan diri untuk datang kemari.”Sophia hanya bisa tersenyum menjadi balasannya, tidak tahu harus menjawab apa.“Tidakkah dia punya orang-orang untuk melakukan pekerjaannya itu?” tanya Billie.“Dia lebih suka melakukannya se

    Last Updated : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   25. Tamu Tak Diundang

    Sophia menatap ke luar jendela, melihat langit malam yang ditutupi awan kelabu. Tembok pagar mansion tempatnya tinggal tampak di pandangan. Sophia menyukai bangunan itu, desainnya begitu megah dan modern, ditambah dengan sentuhan alam yang hijau di luar, tempat yang nyaman untuk disebut rumah.Namun, Sophia tidak ingin terlalu menganggap tempat itu adalah rumahnya, sebab dia tahu suatu hari nanti dia harus pergi dari sana. Sophia tidak ingin menanam perasaannya terlalu dalam hanya untuk kemudian dicampakan. Albert bisa saja memutuskan hubungan mereka bulan depan, atau bahkan besok, alias kapan saja. Sophia merasa bahwa dia harus selalu siap.Albert masih dukuk di sebelahnya, mereka sama-sama terdiam. Mobil kemudian memasuki gerbang yang terbuka dengan otomatis. Satpam menunduk memberi salam saat mobil melaju melewatinya.Ketika mobil akhirnya berhenti di depan teras mansion, Sophia melirik Albert."Kau tadi tidak makan, mau kusiapkan sesuatu untuk makan malam?" Sophia bertanya dengan r

    Last Updated : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   26. Mimpi Buruk

    "Di mana Dana?" tanya Sophia sesaat setelah dia masuk ke ruang makan.Albert yang tengah menuangkan air ke dalam gelas menoleh padanya. "Dana?" tanyanya bingung.Gerakan tangan Sophia yang menarik kursi terhenti, dia terdiam lama sambil menatap menu makan malam yang tersedia di meja."Jadi... kau menyiapkan semua ini sendiri?" tanya Sophia pelan."Hm," jawab Albert diikuti anggukan singkat.Sophia tidak menyangka sekaligus kagum akan seberapa cepatnya lelaki itu melakukan semua ini. Memasak steak dan menata meja.Aku pasti butuh berjam-jam untuk melakukannya, batin Sophia. Dia melirik dapur sejenak dan melihat bahwa tempat itu tampak seolah tidak ada yang pernah menggunakannya memasak steak beberapa saat lalu. Selain cekatan, Albert juga sangat rapi dan bersih."Lalu di mana kekasihmu?" tanya Sophia lagi, tersadar bahwa si pirang tidak ada di sana."Dia bukan kekasihku. Dan aku sudah mengusirnya pergi," jawab Albert tanpa menoleh padanya, Albert sibuk memotong daging di piringnya, lalu

    Last Updated : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   27. Bicara (1)

    Sophia merasakan tenggorokannya kering dan sakit karena tanpa sadar di tidurnya tadi dia terus merintih dan menangis. Sophia pun turun dari ranjang, pergi ke dapur untuk mengambil air.Setelah itu, saat Sophia hendak kembali ke kamar, dia berpapasan dengan Albert yang menuruni tangga. Sophia sudah siap untuk menghiraukannya karena dia masih teringat dengan perseteruan mereka tadi, namun sepertinya Albert berpikir sebaliknya.“Sophie?” kata lelaki itu, mencekal lengan Sophia dan menahannya.Sophia tidak menoleh atau pun mencoba menghindar, dia hanya bergeming di sana.Albert di hadapannya mengerutkan kening, menunduk dan menyipitkan mata menatap wajah Sophia.“Kau menangis?” suara Albert.Barulah Sophia menoleh dan balas menatapnya. Dia sendiri tidak tahu, apakah aku menangis? Ah ya, dia memang selalu dibuat sekacau ini saat mimpi itu datang. Tapi bedanya, yang sebelum-sebelumnya Albert tidak akan tahu, karena dia jarang berada di rumah.“Mimpi buruk?” tebak Albert saat Sophia hanya ter

    Last Updated : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   28. Bicara (2)

    “Ke-kenapa?” tanya Sophia gugup.Albert terlihat berpikir. “Tidak ada. Hanya tampak sedikit familiar.”Sophia nyaris menghela napas kecewa. Oh kenapa dia harus kecewa hanya karena Albert tidak mengingat kejadian di kapal? Itu sudah lama. Dan kalau pun Albert ingat, dia pasti akan menganggapnya tidak penting.“Kalau begitu, lepaskan aku,” kata Sophia.“Aku tidak sedang memegangmu,” sahut Albert, setengah menyeringai.Wajah Sophia memerah. “Kalau begitu menjauhlah!” serunya, mendorong dada Albert yang bidang agar lelaki itu menjauh. Tapi Albert justru mengurungnya semakin dekat. “Albert apa kita akan terus kekanak-kanakkan seperti ini sampai pagi?” ucap Sophia dengan nada lelah.“Nah! Aku ke sini untuk memperbaiki itu, Wife. Kita akan bicara. Tapi aku tidak akan beranjak dari sini sebelum kau mengatakan ya.”Sophia menatap mata Albert dan bertanya-tanya apakah lelaki ini serius? Apa yang akan mereka bicarakan? Ada kah hal yang harus dibicarakan di antara mereka? Albert pasti memiliki pik

    Last Updated : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   29. Perasaan yang Tidak Biasa (1)

    Pada akhirnya, mereka tidak sampai pada kesepakatan apapun.Sophia terlalu tercengang dengan ucapan Albert. Sedangkan Albert justru menganggap diamnya Sophia itu adalah bentuk sebuah penolakan.Egonya pasti terluka, batin Sophia saat berbaring di ranjang kamarnya, memutar kembali adegan ketika Albert berbalik pergi dengan tatapan kecewa pada malam itu. Sophia tidak ingin berharap terlalu lebih, tapi dia tidak bisa berhenti memikirkan ini… apakah Albert memiliki perasaan padanya?Dan Sophia yakin jawabannya adalah ‘ya’. Namun apapun perasaan yang Albert rasakan padanya yang pasti bukan cinta. Mungkin lelaki itu hanya sekadar peduli? Atau justru kasihan padanya? Sophia lebih memilih dugaan pertama karena yang kedua terdengar terlalu menyedihkan.Tapi rasa peduli pun terasa terlalu berlebihan bagi Sophia. Tanggung jawab kah? Atau itu semua hanyalah egonya sebagai laki-laki dan seorang suami?Karena tidak mungkin bagi Sophia, Albert dapat merasakan perasaan seperti yang dirinya rasakan.Se

    Last Updated : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   30. Perasaan yang Tidak Biasa (2)

    Beberapa saat kemudian Sophia sudah sampai di kantor Albert dan lagi-lagi harus berhadapan dengan sekretaris Albert yang menyebalkan, wanita itu sepertinya pernah tidur dengan suaminya, sehingga dia selalu sinis setiap kali berhadapan dengan Sophia. Tapi Sophia tidak pernah menaruh peduli, tepatnya tidak mau peduli pada sesuatu yang berpotensi memperburuk perasaannya.“Sir Raymond sedang kedatangan tamu, Anda bisa menunggu di sini,” kata wanita itu pada Sophia, menunjuk dengan dagu pada kursi tunggu di ruangan itu, dia bahkan tidak bangkit sedikitpun dari kursinya setelah melirik Sophia sekilas.Merasa kesal, Sophia tidak mengindahkan perkataan wanita itu dan langsung saja menerobos masuk. Sophia sudah siap meledak jika yang didapatinya di dalam adalah selingkuhan yang lain, tapi justru Luke Abraham yang berada di sana, duduk di hadapan Albert di sofa.Dua pasang mata langsung tertuju pada Sophia. Ruangan itu menjadi hening dan canggung. “Harus kah aku kembali nanti?” kata Sophia sambi

    Last Updated : 2024-09-24
  • Hasrat Terpendam Suamiku   31. Pengakuan Pertama

    “Bagaimana kalau malam ini? Kau tidur di kamarku?”Sophia menatap Albert seolah lelaki itu telah kehilangan akal sehatnya. “Kau gila?!”Senyum Albert melebar, lalu dia menggeleng. “Kau sendiri yang menawarkan kompromi ini, kau tidak berhak untuk berkata tidak.” Albert kemudian bangkit berdiri.Mata Sophia bergetar. Membayangkan dirinya berada di satu ruangan yang sama dengan Albert, di atas ranjang, bergelung selimut, itu terlalu… melelahkan. Melelahkan untuk jantungnya.Tidak peduli dengan status mereka yang sudah sah, tetap saja ini adalah hal yang baru.Tapi seperti kata Albert, apakah Sophia berhak untuk mundur sekarang? Sepertinya jawabannya adalah tidak. Sophia pun ikut berdiri dan mendongak menatap suaminya itu.“Baik. Karena pembicaraan kita juga belum selesai, mungkin sebaiknya kita bicarakan di tempat tidur.” Ekspresi di wajah Sophia saat mengatakannya sangat datar.Albert menahan senyum. “Memang… pembicaraan di atas ranjang itu selalu berbobot, ayo kita lakukan.”***Butuh w

    Last Updated : 2024-09-24

Latest chapter

  • Hasrat Terpendam Suamiku   141. Lebih Berpengalaman

    Albert mengamati wajah sang istri yang tengah mencomoti tomat di keranjang sayur yang Dana bawa. Kemudian Albert tersadar, bahwa sudah lama rasanya dia tidak melihat raut wajah ceria dan tatapan berbinar di mata wanita itu.Apa yang telah para Abraham itu lakukan padanya? batin Albert. Karena tidak pernah sekalipun Albert melihat Sophia yang seperti ini saat berada di kediaman keluarganya. Dan Albert senang, karena hanya dengan berada di rumah mereka saja Sophia bisa menjadi dirinya sendiri seperti ini.“Jefrey? Dia baik-baik saja. Dan oh! Kebetulan dia tengah ada di tamanmu sekarang. Katanya karena hari ini kau akan pulang, dia harus memberi perhatian lebih pada tanaman-tanaman itu,” jawab Dana sembari terkekeh geli pada kelakuan putranya itu.Sedangkan Sophia yang mendengarnya membelalakkan mata lebar penuh semangat. Dia lantas melangkah setengah berlari menuju ke luar.“Sophie!” panggil Albert, mencoba mencegahnya, tapi Sophia bahkan tidak mendengar “Apa dia tidak merasakan jet lag

  • Hasrat Terpendam Suamiku   140. Pulang

    “Sophie, kau yakin baik-baik saja?” tanya Albert, entah untuk ke berapa kian kali dia bertanya demikian.Dan dalam setiap pertanyaannya, Sophia hanya mengangguk dan mengubah ekspresinya menjadi sedingin mungkin. Saat dia tahu dirinya tidak akan bisa tenang, di situlah es mulai muncul membentuk dinding penghalang untuk apa yang dia rasakan di dalam.Pikiran Sophia cukup kacau saat itu, sampai yang hanya ingin dia lakukan adalah tidur dan melupakan segalanya sejenak, kemudian bangun dengan perasaan yang lebih baik dan pikiran yang lebih jernih.Sophia sudah begitu muak berada di rumah ini, dia ingin cepat-cepat pergi dan kembali ke kamarnya yang sangat dia rindukan di kediaman suaminya. Berada terlalu lama di rumah ini bersama Paula dan keluarganya yang lain akan membuat pikiran Sophia semakin gila. Karena itulah kemudian Sophia bergerak dengan sangat tergesa-gesa merapikan barang-barangnya.Sementara itu, Albert memperhatikan sang istri dari belakang dengan tatapan rumit. Dia ingin ber

  • Hasrat Terpendam Suamiku   139. Perasaan Yang Dipaksakan

    Kejadiannya di Miami. Saat Albert tengah dalam urusan bisnis dan Paula tengah pergi berlibur dengan teman-temannya. Mereka kemudian tidak sengaja bertemu di sebuah bar yang terletak di dekat pantai. Saat itu barnya sangat ramai, tapi Albert duduk seorang diri dan itu bukanlah hal yang biasa.Paula mencoba mendekatinya, tapi Albert secara terang-terangan menolak karena dia tengah ingin sendiri saja. Itu adalah momen yang sangat memalukan bagi Paula karena teman-temannya saat itu menonton apa yang tengah dia lakukan. Lalu mereka pun membuat taruhan, kalau Paula berhasil tidur dengan Albert Raymond, maka dia akan mendapat hadiah liburan ke Bahamas saat akhir pekan selanjutnya.Bukan masalah hadiah, tapi juga gengsi dan harga diri. Paula pun menyanggupi taruhan itu, tapi dengan cara yang curang.Dia menjebak Albert untuk tidur dengannya, menggunakan minuman keras dan obat terlarang yang akan membuat pria manapun yang mengkonsumsinya akan merasa bergairah. Paula mendapatkan obat itu dari s

  • Hasrat Terpendam Suamiku   138. Aku Tahu Rasanya

    “Kau tidak boleh melakukannya!” sahut Sophia tegas.“Kenapa? Bekerja dengannya tidak akan membuatmu nyaman dan hal itu mungkin akan berpengaruh pada kesepakatan yang akan kalian ambil. Sebaiknya kau ganti editor saja.”Sophia menoleh ke belakang, menatap suaminya itu geli. “Tapi kau baik-baik saja bekerja sama dengan Luke, Daniel, juga Alexander. Apa diam-diam kau sebenarnya nyaman dengan mereka?” tanya Alicia, matanya sengaja menyipit menatap sang suami curiga.Ekspresi Albert berubah kesal.Sophia terkekeh, lalu menyentuh lengan Albert untuk menenangkannya. “Jangan khawatir. Lina bekerja menjadi editor mungkin memang karena dia ahli di dalamnya. Aku pernah mengobrol dengan dia dan aku akui, dia teman ngobrol yang cukup asik dalam bidang sastra,” kata Sophia. Dan dia berencana untuk bertemu dengan Lina Huang sekali lagi untuk melihat bagaimana wanita itu akan bersikap setelah apa yang terjadi pada mereka.Menggoda suami kliennya sendiri, itu benar-benar tidak beretika, tapi Sophia ti

  • Hasrat Terpendam Suamiku   137. Mengganti

    Kulit Sophia merona merah saat dia ke luar dari dalam bak mandi. Asap tipis sedikit menghalangi pandangnya, juga membuat cermin yang ada di hadapan dia sekarang berembun. Sophia mengusapnya dengan tangan lalu menatap pantulan dirinya di sana.Kedua netra coklat itu melebar menatap wajah yang tampak sedikit berbeda di dalam cermin. Sophia menyentuh dahinya, tidak ada kerutan di sana dan dia tampak… rileks? Bahagia? Sophia tidak tahu bagaimana harus menyebutnya.Saat dia sedang sibuk berpikir, tiba-tiba saja seseorang datang dari belakang dan menyampirkan handuk ke tubuhnya.“Apa yang kau pikirkan?” tanya Albert sembari mengelap tubuh bagian belakang istrinya.“Aku bisa sendiri!” kata Sophia panik, buru-buru berbalik.Tapi Albert menahan protesnya dan dengan tenang juga ekspresi datar, dia mengelap tubuh sang istri dengan lihai.Wajah Sophia memerah padam. Mereka pada akhirnya tadi memang mandi bersama, lalu Albert menyuruhnya menunggu selagi dia mengambil handuk baru untuk dikenakan. D

  • Hasrat Terpendam Suamiku   136. Sunset in Your Room (mature)

    “Bangun!” bisik Albert di belakang telinga istrinya. “Bangun, Sayang, kita belum selesai,” rayu pria itu lagi, dengan suaranya yang rendah dan memikat.Masih dengan mata terpejam rapat, Sophia menggumam pelan. “Jam berapa ini?” tanyanya dengan suara serak yang terdengar aneh. Apa karena dia terlalu banyak berteriak tadi? pikir Sophia yang membuat pipinya merona merah.“Baru pukul tiga sore. Dan kau baru saja tidur selama tiga puluh menit. Ayo bangun!” kata Albert.“Nghm…! Baru tiga puluh menit. Kau tidak lelah?” sahut Sophia rendah.Albert terkekeh, mengecup punggung istrinya itu dengan mesra. “Apa kau lelah?” tanya Albert balik sembari tangannya meraba dan mencari dada istrinya.“Hm,” jawab Sophia. Matanya terpejam rapat, bibirnya kemudian sedikit membuka. Napasnya yang telah normal tadi berangsur kembali cepat. “Sedikit… lelah,” lanjut Sophia.Kekahan di belakangnya terdengar semakin keras. “Aku tahu,” kata Albert, mengecup belekang leher Sophia dan merapatkan tubuh mereka. Keduanya

  • Hasrat Terpendam Suamiku   135. Toward Each Other (mature)

    Albert menghembuskan napas kasar sebelum menjatuhkan tubuhnya menindih tubuh Sophia yang lembut, kemudian menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher istrinya itu.“Aku hanya tidak ingin orang lain melihatmu mengenakan pakaian jahannam ini. Apa kau tahu seberapa cantik dirimu saat melangkah mendekatiku tadi? Dengan tatapan penuh percaya diri bercampur amarah itu… Kau tampak begitu provokatif. Sialan!” Albert lalu mengecup dan menyesap keras leher Sophia yang membuat istrinya itu melenguh pelan.“Tapi kenapa kau begitu marah?” sahut Sophia di sela napasnya yang terpotong.Albert terkekeh rendah. “Kau pikir kenapa? Masih tidak mengerti juga?” dengusnya pendek.Sophia mengerti. Tapi dirinya menolak perasaan yang datang dengan mudah itu. Namun kecupan Albert membuatnya semakin sulit untuk berkonsentrasi. Tidak ada gunanya juga menahan hasrat di antara mereka yang sejak awal sudah ada di sana.Sophia pun menerima semua perlakuan suaminya itu tanpa penolakan sedikitpun. Bahkan ketika tangan Al

  • Hasrat Terpendam Suamiku   134. Kau Tak Paham

    Albert mendorong tubuh wanita asing yang dia bahkan tidak tahu namanya itu. Wanita itu tiba-tiba saja mendatangi dirinya dan melemparkan tubuhnya pada Albert seperti ini. Albert awalnya tidak ingin bersikap kasar. Dia sudah menyuruh wanita itu menjauh, tapi wanita itu justru malah mengoceh.Dan apa katanya tadi? Memesannya di Hotel Singapura? Albert berpikir sejenak, sembari menatap wajah wanita itu tajam. Saat itulah kemudian Albert ingat bahwa wanita di hadapannya ini adalah ‘hadiah’ yang diberikan oleh Mr. Harris, rekan kerja Albert di Singapura beberapa saat lalu.Albert hendak berucap, mengatakan hal telak pada wanita itu untuk menolaknya dan agar dia berhenti mengganggu lagi. Kalau perlu, Albert akan memberikannya uang yang lebih banyak dari yang diberikan oleh Mr. Harris untuk membayarnya pada malam itu. Namun, belum sempat Albert mengucapkan apapun, telinganya lebih dulu mendengar suara isakan yang terdengar samar di belakangnya.Albert pun menoleh dan terkejut mendapati istri

  • Hasrat Terpendam Suamiku   133. Momen Memalukan

    Dalam balutan bikini berwarna kuning itu, kulitnya yang pucat tampak semakin terang. Dengan bagian dada yang rendah dan celana dalam bertali tipis, Sophia menjelma menjadi wanita cantik musim panas dengan tubuhnya yang menggoda.Namun, sekalipun begitu, Sophia merasa jauh dari kata percaya diri. Dia hampir menangis melihat seberapa buruk dan menggelikannya bayangan dirinya di dalam cermin itu.Sekali lagi Sophia bertanya, harus kah dia melakukan ini?Bagaimana tanggapan Albert nanti?Sophia seharusnya bisa pulang hari ini bersama Albert, dia tidak perlu menunda-nunda waktu lagi. Tapi Billie dan Paula memutuskan untuk mengadakan pool party di kolam berenang belakang rumah mereka.Mereka seharusnya melakukan ini di musim panas, kenapa sekarang saat udara mulai mendingin begini? Tapi pesta tetaplah pesta, kapan pun waktunya, mereka hanya mencari-cari alasan untuk bersenang-senang.Albert sudah pergi lebih dulu. Sejak semalam, Sophia tidak banyak berbicara dengan suaminya itu. Albert men

DMCA.com Protection Status