Setelah mengurus semua perceraian Maira dan Dion, kini giliran Ezhar mempersiapkan lamarannya untuk sang pujaan hati. Ia memanggil Roy ke tempat kerjanya untuk merundingkan rencana seperti apa yang terkesan romantis untuk melamar Maira.
"Kau ingin melamarnya dengan cara apa, broo? Dari tadi aku sudah banyak memberikan ide tetapi tak ada yang kau suka?" Roy pasrah untuk memaksa otaknya mencari ide lamaran yang di inginkan sahabatnya itu.
"Sederhana, tapi romantis." Ezhar membayangkan jika lamarannya seindah mungkin.
"Kalau begitu tontonlah film romantis, siapa tahu kau akan menemukan ide!" saran Roy yang langsung di ikuti Ezhar.
Kurang lebih dua jam ia mencari adegan lamaran di beberapa film romantis, namun tak ada yang membuatnya tertarik. Roy menarik nafas sedalam mungkin dan menghembuskannya kasar, ia juga mengacak rambutnya karena ikut pusing memikirkan lamaran sahabat yang sudah ia anggap sebagai keluarga itu.
"Sudah, Broo aku pusing! Beg
“Cepat katakan, apa ide mu! Jangan hanya menjadi pengganggu!” bentak Ezhar.“Oke, oke dengarkan ide cemerlang ku dan ingat jangan sampai kau lupa komisi ku!” seru Roy.“Kapan aku lupa soal bayaran mu? Cepat katakan!”Roy menyunggingkan senyumnya , kemudian ia mendekat dan membisikan rencana lamaran romantis untuk Maira. Senyum Ezhar merekah mendengar rencana yang sangat bagus menurutnya.“Bagaimana? Kau suka?”“Bagus, aku pakai idemu. Nanti aku transfer komisimu segera!”“Siap, Bos. Kalau begitu aku pergi dulu, semoga sukses, Broo.” Roy berlalu pergi meninggalkan rumah Ezhar.Tak lama Maira pun turun, ia melihat tak ada orang di ruang tamu. Sementara tadi mbok Rati bilang ada tamu, tapi ia tak melihat ada orang di sana.“Sayang, siapa yang datang?” tanya Maira saat menuruni tangga.“Oh, itu, Roy,&rdqu
BAB 27Kedua orang tua Maira diam seribu bahasa, karena yang mereka tahu Maira masih menjadi istri sah Dion. Mereka sangat setuju jika Maira bisa bersama Ezhar. Akan tetapi, bagaimana mungkin ini terjadi jika status Maira belum berubah?“Nak, ibu sangat bahagia, Maira bisa bertemu dengan lelaki yang baik seperti mu. Tapi ... Apakah ini benar? Sementara Maira belum berpisah dengan Dion.” Ibu Maira mengeluarkan isi hatinya.“Ibu, tenang saja. Aku mengurus semuanya. Kita tinggal menunggu hasilnya, dan pengacaraku bilang akan memberikan hari ini,” tutur Ezhar.“Benarkah?” Ibu Maira masih tak percaya.“Benar, Ibu.” Ezhar kembali meyakinkan ibu Maira.“Aku sudah merencanakan semuanya, jadi apa, Ibu bisa menerima lamaran ku?”“Nak, Ibu menerimamu. Tapi, semua keputusan ada di tangan, Maira.”“Baik, kalau begitu apa kalian bisa membantu ku?”
BAB 28Ezhar hanya tersenyum melihat Maira yang berjalan mundur menghindarinya. Ia baru sadar kenapa wanita pujaannya itu malah menghindar di saat ia melamarnya. Namun, ia masih belum memberikan kejutan itu, Ezhar masih ingin melihat apa yang akan di lakukan Maira saat ia mendesaknya.“Ada apa?” tanya Ehar pura-pura tak tahu alasan Maira menghindarinya.“Ini salah, semua yang kita jalani salah!” ujar Maira di iringi isak tangis.“Apa maksudmu?” Ezhar mendekat dan bertanya dengan sangat lembut.“Semua yang kita lakukan adalah sebuah dosa. Aku adalah seorang istri, tapi aku telah bermain api di belakang suamiku,” Maira sadar jika yang ia lakukan selama ini adalah kesalahan dan sebuah dosa.“Tapi aku sudah terlanjur mencintaimu, dan aku tak mau mundur!” kekeh Ezhar.“Aku juga sangat mencintaimu, tapi ... Apa yang bisa aku lakukan? Bahkan , Dion tak mau menandatangani surat perceraian
Setelah malam lamaran itu, hubungan Ezhar dan Maira semakin baik. Bahkan keromantisan mereka semakin membuat orang yang melihatnya iri, termasuk Tania. Hasratnya ingin memiliki Ezhar kembali semakin besar. Ia pun mulai memaksa otaknya bekerja keras untuk memikirkan cara agar bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.Sebuah ide pun muncul di otaknya, kaki ini dia tidak akan menjebak Ezhar. Tetapi Maira lah yang akan dia jebak. Dia pun mulai mencari tahu masalalu Maira dan Dion, sampai masalah yang membuat Dion menikah lagi.Setelah kesana-kemari mencari informasi, akhirnya Tania pun sudah mengetahui apa penyebab Dion membenci wanita itu. Bahkan Dion sampai mencari istri baru. Tentu saja itu semua membuat senyum Tania mengembang.Kini Tania sudah mengantongi nama yang jelas akan membantunya. Karina, ya nama itu yang Tania pilih sebagai rekannya untuk menyingkirkan Maira. Karena ia sudah mengetahui kisah cinta mereka. Jadi sudah tentu Kari
“Ezhar ... Lupakan dia, ayo pulang!” Maira meraih lengan Ezhar.Ia berniat menggandengnya untuk segera pergi dari tempat itu. Namun, tak di duga, Ezhar menepisnya. Maira terkejut dengan sikap Ezhar yang sedikit kasar padanya.“Kalau kau tak mau pulang, biar aku pulang sendiri!” Maira bergegas meninggalkan Ezhar di toko perhiasan itu.“Sial!” umpat EzharIa pun berlari mengejar sang kekasih. Ia mencoba mengendalikan amarah yang mulai menyelimutinya. Dengan sangat lembut ia meraih lengan Maira yang sedang berjalan cepat di depannya.“Masuk mobil!” perintah Ezhar.“Tidak mau!” tolak Maira.“Masuk!” bentak Ezhar.“Tidak—“Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Ezhar menggendong tubuh Maira menuju mobilnya.Tindakan Ezhar pun mengundang mata para pengguna jalan memperhatikan mereka.Setelah menurun
BAB 31Tania masih terduduk di kamarnya, ia masih merenungi semua ucapan Ezhar padanya. Tak ada penyesalan sama sekali dengan apa yang sudah ia lakukan, ia justru mengibarkan dendamnya pada Hani. Karena ia yakin ini perbuatan sahabatnya itu.°°°°Sementara di lain tempat Hani mendatangi apartemen Roy, ia ingin memberitahukan tentang pertemuan Tania dan Karina. Hani menekan bel saat sampai di apartemen Roy.Tak lama pintu pun terbuka, tetapi Hani terkejut melihat penampilan Roy yang sangat acak-acakan.“Hani!” seru Roy yang juga terkejut.“Siapa, Sayang ...!” teriak seorang wanita dari dalam apartemen.“Maaf, aku mengganggumu. Permisi.” Hani membalikkan badan dan hendak segera meninggalkan tempat itu. Namun, lengannya di tahan oleh Roy.“Tunggu!”“Tapi—“ belum sempat Hani melanjutkan kalimatnya.“Ayo masuk!” Roy menarik lengan Hani un
Kaki jenjang Tania melangkah mendekat ke arah Hani yang masih setia berdiri di ambang pintu. Garis lengkung pun tergambar jelas di wajah Tania. Namun sorot matanya memngisaratkan kemarahan yang kini mulai menguasai tubuhnya."Ada apa?" tanya Hani saat manik mata Tania, menatapnya penuh kemarahan."Ayo masuk!" tanpa menjawab Tania menarik lengan Hani sedikit kasar.Hani menurut, tentunya ia sudah menyiapkan diri dengan apa yang akan di lakukan Tania padanya. Ia percaya sahabatnya itu tak akan pernah melukai dirinya. Tapi ia masih berpikir apa yang membuat Tania datang menemuinya?"Ada perlu apa kau ke sini?" tanya Hani setelah mereka berada di dalam rumah."Banyak," jawab Tania singkat."Apa saja?" desak Hani."Aku tak bisa menyebutkan satu persatu. Intinya, semua ini tentang, kau!" Tania mengarahkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Hani.Hani kembali melihat api amarah dari manik Tania, bahkan dari mata itu ia bisa melihat kesedihan yang
Angin di sekitarnya seketika berhenti saat Roy melontarkan keinginannya yang dianggap sangat mustahil baginya. Hani pun tak dapat memikirkan apapun, seketika isi kepalanya kosong.“Tinggal dengannya?” ucapnya dalam hati.“Hani.”Suara lembut Roy menerobos masuk Indra pendengarnya yang sedang tak sinkron dengan otaknya itu. Sehingga wanita itu tak merespon apapun. Roy mengulurkan tangannya menyentuh pundak Hani yang masih melamun.Kini Hani tersentak saat sebuah sentuhan lembut mendarat di pundaknya. Seketika lamunannya pun buyar.“Ya,” jawab Hani sedikit gugup.“Bagaimana? Kau mau tinggal denganku?” Roy mengulang kalimat yang membuat Hani melamun panjang.“Roy, kita baru saja saling kenal. Rasanya ini terlalu mustahil,” tutur Hani.“Tapi aku mencemaskan keadaanmu. Hari ini saja, Tania datang dan berusaha menyerang mu.” Roy menyandarkan punggungnya pada sand