Setelah malam lamaran itu, hubungan Ezhar dan Maira semakin baik. Bahkan keromantisan mereka semakin membuat orang yang melihatnya iri, termasuk Tania. Hasratnya ingin memiliki Ezhar kembali semakin besar. Ia pun mulai memaksa otaknya bekerja keras untuk memikirkan cara agar bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.
Sebuah ide pun muncul di otaknya, kaki ini dia tidak akan menjebak Ezhar. Tetapi Maira lah yang akan dia jebak. Dia pun mulai mencari tahu masalalu Maira dan Dion, sampai masalah yang membuat Dion menikah lagi.
Setelah kesana-kemari mencari informasi, akhirnya Tania pun sudah mengetahui apa penyebab Dion membenci wanita itu. Bahkan Dion sampai mencari istri baru. Tentu saja itu semua membuat senyum Tania mengembang.
Kini Tania sudah mengantongi nama yang jelas akan membantunya. Karina, ya nama itu yang Tania pilih sebagai rekannya untuk menyingkirkan Maira. Karena ia sudah mengetahui kisah cinta mereka. Jadi sudah tentu Kari
“Ezhar ... Lupakan dia, ayo pulang!” Maira meraih lengan Ezhar.Ia berniat menggandengnya untuk segera pergi dari tempat itu. Namun, tak di duga, Ezhar menepisnya. Maira terkejut dengan sikap Ezhar yang sedikit kasar padanya.“Kalau kau tak mau pulang, biar aku pulang sendiri!” Maira bergegas meninggalkan Ezhar di toko perhiasan itu.“Sial!” umpat EzharIa pun berlari mengejar sang kekasih. Ia mencoba mengendalikan amarah yang mulai menyelimutinya. Dengan sangat lembut ia meraih lengan Maira yang sedang berjalan cepat di depannya.“Masuk mobil!” perintah Ezhar.“Tidak mau!” tolak Maira.“Masuk!” bentak Ezhar.“Tidak—“Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Ezhar menggendong tubuh Maira menuju mobilnya.Tindakan Ezhar pun mengundang mata para pengguna jalan memperhatikan mereka.Setelah menurun
BAB 31Tania masih terduduk di kamarnya, ia masih merenungi semua ucapan Ezhar padanya. Tak ada penyesalan sama sekali dengan apa yang sudah ia lakukan, ia justru mengibarkan dendamnya pada Hani. Karena ia yakin ini perbuatan sahabatnya itu.°°°°Sementara di lain tempat Hani mendatangi apartemen Roy, ia ingin memberitahukan tentang pertemuan Tania dan Karina. Hani menekan bel saat sampai di apartemen Roy.Tak lama pintu pun terbuka, tetapi Hani terkejut melihat penampilan Roy yang sangat acak-acakan.“Hani!” seru Roy yang juga terkejut.“Siapa, Sayang ...!” teriak seorang wanita dari dalam apartemen.“Maaf, aku mengganggumu. Permisi.” Hani membalikkan badan dan hendak segera meninggalkan tempat itu. Namun, lengannya di tahan oleh Roy.“Tunggu!”“Tapi—“ belum sempat Hani melanjutkan kalimatnya.“Ayo masuk!” Roy menarik lengan Hani un
Kaki jenjang Tania melangkah mendekat ke arah Hani yang masih setia berdiri di ambang pintu. Garis lengkung pun tergambar jelas di wajah Tania. Namun sorot matanya memngisaratkan kemarahan yang kini mulai menguasai tubuhnya."Ada apa?" tanya Hani saat manik mata Tania, menatapnya penuh kemarahan."Ayo masuk!" tanpa menjawab Tania menarik lengan Hani sedikit kasar.Hani menurut, tentunya ia sudah menyiapkan diri dengan apa yang akan di lakukan Tania padanya. Ia percaya sahabatnya itu tak akan pernah melukai dirinya. Tapi ia masih berpikir apa yang membuat Tania datang menemuinya?"Ada perlu apa kau ke sini?" tanya Hani setelah mereka berada di dalam rumah."Banyak," jawab Tania singkat."Apa saja?" desak Hani."Aku tak bisa menyebutkan satu persatu. Intinya, semua ini tentang, kau!" Tania mengarahkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Hani.Hani kembali melihat api amarah dari manik Tania, bahkan dari mata itu ia bisa melihat kesedihan yang
Angin di sekitarnya seketika berhenti saat Roy melontarkan keinginannya yang dianggap sangat mustahil baginya. Hani pun tak dapat memikirkan apapun, seketika isi kepalanya kosong.“Tinggal dengannya?” ucapnya dalam hati.“Hani.”Suara lembut Roy menerobos masuk Indra pendengarnya yang sedang tak sinkron dengan otaknya itu. Sehingga wanita itu tak merespon apapun. Roy mengulurkan tangannya menyentuh pundak Hani yang masih melamun.Kini Hani tersentak saat sebuah sentuhan lembut mendarat di pundaknya. Seketika lamunannya pun buyar.“Ya,” jawab Hani sedikit gugup.“Bagaimana? Kau mau tinggal denganku?” Roy mengulang kalimat yang membuat Hani melamun panjang.“Roy, kita baru saja saling kenal. Rasanya ini terlalu mustahil,” tutur Hani.“Tapi aku mencemaskan keadaanmu. Hari ini saja, Tania datang dan berusaha menyerang mu.” Roy menyandarkan punggungnya pada sand
“Tania, dengarkan aku,” pinta Hani.“Tak ada lagi kesempatan untukmu menjelaskan semua!” bentak Tania.Kakinya segera menginjak gas dengan api amarah yang semakin membakar Tania.Mobilnya pun melesat meninggalkan kawasan apartemen Roy dengan kecepatan tinggi. Matanya memerah menahan amarah, kedua tangannya begitu erat memegang kemudi. Terlihat sangat jelas rahangnya pun mengeras, wajah cantiknya seketika berubah menjadi ganas.“Tania, turunkan kecepatannya!” pinta Hani, yang tak ingin mereka celaka, karena kecepatan mobil sudah di atas rata-rata.“Aku ingin kau mati!” Tania balik membentak Hani.“Apa dengan aku mati kau bisa mendapatkan, Ezhar? Sadarlah, lelaki itu tak lagi mencintaimu! Berhentilah dengan kegilaan mu!”Matanya semakin memerah, kemarahannya pun mulai menguasai tubuhnya, karena kalimat yang keluar dari mulut Hani. Spontan tangannya terangkat ke udara dan mendarat
Tulang Ezhar semakin melunak saat berdiri di depan kaca ruangan ICU. Dadanya seperti di tusuk ribuan jarum, bulir air matanya pun tak bisa ia bendung menyaksikan pemandangan yang sama sekali tak ingin ia lihat. Pada akhirnya firasat buruknya terjadi juga.Tatapannya tertuju pada wajah putih pucat yang terbaring lemah di ranjang yang berukuran kecil itu dengan beberapa alat yang menempel di tubuhnya. Ia menatap sang pujaan hati yang sedang berusaha melewati masa kritisnya."Dok, bagaimana kondisinya?" tanya Ezhar pada dokter yang baru saja menangani Maira."Ini sebuah keajaiban, dia selamat dalam kecelakaan yang sangat mengerikan ini, Tuan. Kakinya patah, dalam beberapa bulan mungkin ia harus menggunakan kursi roda tapi—" dokter menghentikan kalimatnya."Tapi apa, Dok!" seru Ezhar dengan nada meninggi. Jelas ia sangat penasaran akan keadaan Maira."Tapi ... Dia mengalami amnesia," jelas dokter."Apa! Amnesia? Kau pasti bercanda, Dok? Bu
Ezhar keluar dengan raut wajah yang masih dipenuhi amarah. Dunianya sudah terlanjur terisi dengan Maira, jadi sangat wajar jika ia sangat terpukul dengan keadaan sang kekasih. Baginya apapun alasan orang-orang di sekitarnya tak bisa membuat dia tenang.Hanya kesembuhan Maira yang mampu mengembalikan dia seperti sediakala."Istirahatlah, aku akan memenangkan dia dulu," ucap Roy pada Hani.Hani hanya mengangguk, ia merasa sangat bersalah karena tak bisa melindungi Maira. Justru Maira yang telah menyelamatkannya."Maafkan aku, Maira. Tuhan, tolong selamatkan dia," doa Hani untuk wanita yang sudah mengorbankan nyawa demi keselamatannya.°°°°Ezhar memilih kembali ke ruang ICU, ia tak mau sampai lepas kendali menghadapi Hani. Pikirannya sangat kacau saat ini, dan hanya Maira yang mampu merubah semua.Roy mengikuti langkah Ezhar yang begitu tertatih. Roy tahu sahabatnya itu sedang berada d titik terendah di hidupnya. Pengkhi
"Ezhar, apa-apaan ini?" Tania mulai panik saat dua polisi itu mendekat."Ayo ulangi lagi ucapan mu tadi!" titah Ezhar.Tania memutar otak agar ia semua orang percaya dengan ucapannya. Si ratu akting itu mulai memasang wajah sedihnya."Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, Nona Tani!" perintah Polisi.Tania mengangguk, ia mulai menceritakan semua yang baru saja ia ceritakan pada Ezhar. Ia tak berpikir dua kali dengan apa yang ia lakukan kali ini. Bahkan meski berhubungan dengan hukum pun ia tak peduli. Ia masih saja membalikkan fakta demi tujuannya.Kedua polisi, dan asisten Ezhar pun hanya tersenyum. Mereka sangat terkejut dengan penuturan Tania yang sangat jauh dari kebenaran."Apa, Anda yakin dengan keterangan ini?" tanya salah satu Polisi."Tentu aku sangat yakin," ucap Tania penuh percaya diri."Anda juga siap dengan konsekuensinya jika pernyataan yang, Anda ucapkan tidak sesuai dengan kenyataan?" Polisi itu kembali m
Dion menghentikan taksi, ia berniat akan mendatangi kediaman Ezhar untuk meminta maaf kepada Maira. Namun, sebelumnya ia kembali ke rumah untuk mengambil mobil. Dion juga membawa beberapa map di tangannya. Penyesalan, ya kata itu yang sangat tepat untuk mengungkapkan isi hati Dion saat ini. Ia meninggalkan wanita yang benar-benar mencintainya demi wanita yang sebenarnya tak mencintainya. Namun, apalah dayanya saat ini. Nasi tak bisa lagi berubah menjadi bubur. Tak membutuhkan waktu yang lama, Dion sudah sampai di kediaman mantan istri bersama suami barunya. Dion menarik napas sedalam mungkin. Dia mencoba menguatkan hatinya yang sedang di penuhi rasa penyesalan. Jika saja waktu dapat ia putar kembali, ia tak ingin melepaskan Maira dan memilih Karina. Akan tetapi semua tak bisa berubah. Ia harus menerima kenyataan buruk yang baru saja ia ketahui. °°°° Seorang pelayan datang menemui Ezhar dan Maira yang sedang bersantai di ruang keluarga. “Tuan,
Babak baru kehidupan Maira pun di mulai, akan tetapi semua berbeda dengan kehidupannya di masa lalu. Jika dulu setelah menikah Dion memperlakukannya dengan buruk, tidak dengan Ezhar. Lelaki itu membanjiri Maira dengan cinta dan kasih sayang.Bagi Maira, Ezhar adalah malaikat dalam hidupnya. Dulu ia tak pernah bermimpi apalagi membayangkan jika kehidupannya akan berubah seperti ini. Maira pikir akan terus berada di lembah penderitaan. Tapi kini ia percaya, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Ezhar adalah bukti jika banyak kemungkinan di dunia ini.°°°°“Aku pamit, Sayang,” ucap Dion pada istrinya, Karina.“Iya, hati-hati di jalan ya, Sayang.” Karina memeluk suaminya.Dion pun pergi menuju bandara karena penerbangannya sebentar lagi. Namun sesampainya di bandara ada pengumuman jika penerbangan Dion di undur sampai besok pagi. Jadi, ia memutuskan untuk mencari hotel terdekat. Karena tak mungkin
Waktu pun berjalan begitu cepat, hari ini adalah H-1 menuju pernikahan Maira dan Ezhar. Sudah seminggu mereka tidak bertemu, kedua orang tua mereka melarang keduanya bertemu dengan alasan di pingit. Jangankan bertemu, menyapa melalui ponsel pun tak di perbolehkan. Dengan penuh keterpaksaan demi bisa menuju hari yang bahagia, keduanya setuju. Meski Ezhar dan Maira sangat tersiksa, tetapi kadang kala perlu sebuah pengorbanan demi sebuah kebahagiaan.Mereka menjalani semua proses itu untuk kebaikan hubungan yang akan di jalani. Mau tak mau aturan yang diterapkan oleh kedua orang tua harus di patuhi. Hari yang sulit itu pun mereka jalani sampai hari pernikahan tiba.°°°°Birunya langit dan putihnya awan menghiasi pagi yang cerah ini. Kicau burung semakin melengkapi pagi untuk menyambut hari bahagia Ezhar dan Maira. Sang mentari pun seperti tersenyum untuk mereka yang dalam hitungan jam akan segera bersatu dalam ikatan suci pernikahan.Maira ya
Ezhar melepas pelukan Maira, ia juga melangkah keluar dari rumah Maira. Tentu saja wanita itu sangat terkejut. Pikiran negatif pun mulai bermunculan di kepalanya.“Ezhar ...!” teriak Maira.Namun, Ezhar tetap melanjutkan langkahnya meninggalkan Maira.“Ezhar ...!” teriak Maira, ia berharap lelaki itu menghentikan langkahnya. Akan tetapi lelaki itu sudah hilang dari penglihatannya.Ia duduk bersimpuh di lantai dapur, ia tak habis pikir dengan sikap Ezhar. Ia kira lelaki itu mencintainya dan merindukannya. Tapi kenapa Ezhar malah meninggalkannya?“Kenapa semua lelaki sama!” teriak Maira kesal.“Tidak, Maira,” ucap seorang wanita yang berjalan mendekat ke arah Maira.Maira mendongakkan kepalanya saat mendengar suara yang tak asing baginya, ia tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Perlahan ia berdiri dan berjalan menghampiri wanita itu.“Tania,” lirihnya.&
Maira benar-benar pergi dari kantor Ezhar, bukan hanya itu ia pulang ke rumah kekasihnya dan segera membereskan semua pakaiannya. Kali ini ia akan memberikan pelajaran bagi Ezhar. Ia tahu bahkan sangat tahu jika lelaki itu sangat mencintainya, akan tetapi apa yang di lakukan Ezhar salah, bahkan sangat salah.“Lho ada apa, Nyonya?” tanya mbok Rati bingung, karena Maira membereskan barang-barangnya.“Aku mau pulang ke rumah ibu. Tolong sampaikan ke, Ezhar ya, Mbok,” pamit Maira.Ia ingin membuktikan jika ancamannya bukan hanya sekedar untuk menggertak Ezhar. Tapi, ia hanya ingin menegakkan kebenaran. Nyatanya Tania tak bersalah dalam kecelakaan yang membuatnya koma. Tapi, tanpa mendengarkan alasannya, Ezhar sudah membulatkan keputusannya yang tak akan pernah membebaskan Tania. Karena ia menganggap wanita itu adalah dalang dibalik kecelakaan itu.“Nyonya!” panggil mbok Rati sambil mengejar langkah Maira.Namun, wani
Maira mengikuti Ezhar untuk beristirahat di kamarnya. Namun, ada hal yang masih mengganjal di hatinya.“Tania, kemana dia? Dan kenapa saat, Hani akan menjawab pertanyaan ku, Ezhar menghentikannya?” ucap Maira dalam hati.“Aku akan kembali ke kantor, kau istirahatlah. Jika ada apa-apa hubungi aku,” ucap Ezhar sembari mencium keningnya.Maira hanya mengangguk dan tersenyum, otaknya pun langsung bekerja setelah mobil Ezhar terdengar meninggalkan halaman rumah.“Bagus, ini kesempatan ku mencari tahu yang sebenarnya.” Maira meraih tas nya dan segera turun.“Mau ke mana, Nyonya?” tanya mbok Rati yang tiba-tiba muncul di hadapannya.“Mau jalan-jalan sebentar, Mbok.” Maira melanjutkan langkahnya tanpa memedulikan apa yang dipikirkan mbok Rati.Dengan menaiki taksi Maira mendatangi kediaman Hani. Ia berpikir jika hanya Hani yang bisa memberitahunya tentang semua kebenaran yang tak ia
Kabar baik tentang ingatan Maira yang sudah kembali, Ezhar bagikan pada semua keluarga. Baik orang tua Maira dan orang tuanya sangat bahagia mendengar kabar ini. Apalagi mbok Rati, ia sampai menitipkan air mata saat mendengar kabar itu.Siang ini dokter sudah mengizinkan Maira pulang, karena tak ada masalah dengan kesehatannya.Tanpa di perintah Roy sudah menunggu mereka di parkiran, ia ikut bahagia dengan kembalinya ingatan Maira. Ia hampir saja menjadi bahan amukan Ezhar, karena dia adalah salah satu lelaki yang diingat Maira. Ezhar menuduhnya telah melakukan sesuatu yang buruk, karena saat itu hanya kenangan buruk yang Maira ingat.Untung saja ia bisa mencari akal agar Ezhar tak terus marah padanya. Jadi untuk membuktikan semua ia langsung datang ke rumah sakit setelah mendengar kabar jika Maira akan pulang.Wajah Ezhar tampak masam saat melihat Roy dengan senyumnya. Meski Roy sudah menjelaskan semua, tetap saja ia masih curiga pada sahabatnya itu.
Maira dan mbok Rati menaiki taksi untuk menuju rumah orang tua Maira. Sepanjang perjalanan Maira memikirkan apa yang baru saja terjadi. Rasanya semua itu tak asing baginya. Ia kembali memaksa otaknya untuk mengingat semua masa lalunya. Hingga rasa sakit yang kerap ia rasakan kembali terasa, bahkan kali ini rasa sakit itu membuat kepala Maira seperti mau pecah. Ia terus memegangi kepalanya, karena rasa sakit itu tak seperti biasanya. Tetapi Maira masih memaksakan ingatannya kembali, apalagi saat satu per satu bayangan masa lalunya muncul.“Ada apa, Nyonya?” mbok Rati mulai panik saat melihat Maira memegangi kepalanya.Maira tak menjawab, ia sedang berjuang menahan rasa sakit itu karena ingin tahu akan masa lalunya. Ia masih ingin bertahan dengan rasa sakit itu asal bisa mengingat masalalu nya, akan tetapi tubuhnya tak sejalan dengan keinginannya. Tiba-tiba saja tubuh Maira lemas, matanya perlahan menutup.Membuat mbok Rati semakin panik.&ldquo
Seperti janjinya pada Ezhar, Karina mulai melancarkan rencananya, ia mengingat semua momen yang paling berkesan bagi Maira. Ia pun ingat saat ia mendatangi rumah Dion dulu, dan meminta Maira melepaskan Dion untuknya. Namun, wanita itu kekeh tak mau melepaskannya.Karena penolakan Maira, Karina pun merencanakan sesuatu yang membuat Dion membenci istri pertamanya hingga saat ini.Dengan penuh percaya diri, Karina mendatangi kediaman Dion. Marah, itu pasti saat ia harus membiarkan wanita yang ia anggap sebagai penggalang dulu dan susah payah ia singkirkan malah kembali lagi ke rumah suaminya.“Aku akan menyingkirkan mu untuk yang kedua kalinya, Maira!” gumam Karina saat sampai di depan pintu rumah itu.Pandangannya mulai menyapu ke segala arah untuk mencari keberadaan Maira. Tak lama mbok Rati pun keluar dari dapur untuk melihat siapa yang datang.Sekuat tenaga mbok Rati menahan amarahnya saat kembali melihat wanita yang sudah menghancurka