Share

Bab 66

Penulis: Alana Nourah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sialan." Vladimir mengumpat pelan di telinga Dimitri Wijaya saat pria itu menangkap bayangan Dietrich menggendong Natalie Casiraghi memasuki ballroom lagi. "Dietrich memang sungguh merepotkan."

Sang mafia tampan beranak hampir empat itu bergerak kilat menuju Erik—orang kepercayaannya—dan segera memerintahkan pasukannya mengalihkan perhatian para wartawan yang memang diundang.

Dimitri Wijaya berdeham pelan sembari menahan tawa saat melihat Vladimir berlari tunggang-langgang ke segala tempat demi meredam gosip-gosip panas yang tidak perlu agar tidak sampai naik ke media. Sementara itu, dirinya kembali merangkul Douglas Kennedy dengan keramahan ekstra.

"Douglas—bolehkah aku memanggilmu ‘Douglas’? ‘Mr. Kennedy’ sepertinya terlalu kaku." Dimitri berkata. “Tidak. Jangan menoleh ke arah sana.”

Douglas Kennedy mengangguk senang, meski kesenangannya berusaha tidak terlalu ditampakkan. "Tentu saja. Panggil aku dengan nyaman."

Dimitri tersenyum. "Kau juga boleh memanggilku Dimitri." Saat perhat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 67

    Pipi Natalie merona. Perempuan itu jadi teramat malu, sampai harus menutup muka dengan kedua tangan dengan dada berdebar-debar. "Ouais—Yep."Dietrich tertawa. Tawa lelaki tampan itu kemudian menghilang saat mulutnya melekat di pangkal paha Natalie dan mulai mencium di sana. Sebuah ciuman yang melibatkan lidah dan jilatan-jilatan maut yang membuat seluruh tubuh Natalie gemetaran hebat.Natalie merintih, napasnya menderu semakin cepat ketika antisipasi melonjak di dalam diri perempuan cantik itu. Jari-jemari Dietrich menyentuh pelan, membuka bagian intim Nat lebih lebar, dan lidah sang presdir tampan terjulur untuk menjilat, mencecap kenikmatan yang menyelubungi inti diri Natalie, merasakan cairan murni yang berasal dari hasrat wanita cantik itu.Nat kembali mengerang, terkadang mengentakkan kepalanya pelan, seringkali menutup dan membuka mata dalam pusaran nikmat itu. Dietrich menjilati klitorisnya, menggosok dan mengisapnya dengan begitu lembut hingga Natalie merasa terbang ke awang-a

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 68

    Natalie menambahkan cepat-cepat. "Amerika Serikat tidak jauh. Hanya butuh satu kali penerbangan untuk mencapai New York. Jika kau ingin bertamu, aku akan menerima kehadiranmu seperti keluarga—sebaiknya tunggu sampai aku sudah setahun menikah. Apakah kau mengerti?"Dietrich memberengut. "Setahun menikah?""Atau paling tidak, sampai aku melahirkan." Natalie menambahkan. "Tidak baik terlihat dengan pria yang bukan suamiku di saat aku masih mengandung, bukan begitu? Media di sana kudengar lebih agresif. Aku tidak mau ada gosip yang bukan-bukan tentang kita."Dietrich mendengkus kesal. Mendengar Natalie masih memikirkan opsi menikah dengan orang lain membuat Dietrich jengkel. Bayangan Natalie benar-benar menikah dengan si berengsek Douglas Kennedy—Dietrich menyebut lelaki itu berengsek hanya untuk menghibur diri—atau lelaki lain mana pun, membuat si presdir tampan uring-uringan dan sakit hati.Mengapa dadanya terasa nyeri saat Natalie mengungkapkan keinginan menikah dengan orang lain? Itu

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 69

    Natalie berdiri diam selama beberapa saat setelah menyatakan persetujuannya. Pipinya merona malu. Jantungnya berdentum-dentum keras. Di hadapannya, lelaki tampan bernama Dietrich itu menyeringai lebar—seolah benar-benar menikmati semburat warna merah jambu yang merambat di kulit Natalie."Ya? Kau mengatakan 'ya'?" Sang presdir tampan berambut cokelat tersebut mengulang sekali lagi. Raut wajahnya menampakkan kepuasan.Natalie mengangguk sedikit. "Well ...."Dietrich bangkit dalam satu gerakan cepat lalu merengkuh perempuan itu dalam pelukan.Ada banyak hal yang telah mereka berdua lalui bersama. Terlalu banyak hal. Akan tetapi, mulai detik ini, Dietrich tahu mereka akan berdua. Mon Dieu. Ini adalah Natalie Casiraghi—perempuan yang sedang berada di dalam pelukannya ini. Perempuan yang selalu ada di sudut-sudut hidupnya. Sudah menghiasi salah satu bagian dari hatinya semenjak kelahiran wanita cantik itu dua puluh enam tahun silam.Ini aneh dan sulit dipercaya. Dietrich bahkan masih samar

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 70

    Dietrich mencium punggung tangan Natalie, entah untuk yang keberapa kalinya. Lelaki itu tersenyum ketika memandang Natalie lekat-lekat. "Aku tahu. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu dan untuk bayi di dalam perutmu."Natalie tersenyum manis. Terlalu tercekat untuk mengatakan apa pun."Ah. Omong-omong tentang bayi ... apakah kau mau makan sesuatu yang lain? Aku bisa memesankan makanan berat dari restoran Chef Jacqueline." Dietrich menawarkan dengan manis.Natalie menggeleng. "Tidak. Aku tidak banyak makan selama masa kehamilan karena aku mengalami morning sickness yang lumayan berat. Setiap selesai makan, aku memuntahkan hampir semuanya lagi."Dietrich memandang Natalie prihatin. "Kasihan sekali kau, Nat. Kehamilanmu tidak seperti Catherine?"Catherine hanya muntah di awal kehamilan. Itu pun tidak sering. Perempuan itu hamil seperti tidak sedang hamil. Dia bisa melompat, berlari, dan bahkan tetap pergi ke berbagai tempat untuk mengawasi kedua putri kembarnya yang kini berus

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 71

    "Pinjamkan aku armadamu." Dimitri Wijaya nyengir kuda pada Vladimir malam itu.Vladimir mengusap keringat di dahinya. Ini sudah masuk musim dingin—tetapi dia berkeringat! Kegiatan berlarian sepanjang malam untuk mengurus para wartawan bersama anak buahnya cukup menguras tenaga juga rupanya. Namun, seolah itu semua belum cukup, kini Dimitri menghampirinya dengan gelagat mencurigakan."Armada? Yang mana? Kau mau bertempur malam ini?" Vladimir baru saja merebahkan bokongnya di sebuah tempat duduk. Akan tetapi, sekarang dia sudah berdiri lagi.Dimitri menyeringai. "Bukan." Mafia tampan yang lebih muda setahun daripada Vladimir itu menunjuk Douglas Kennedy dengan dagunya. "Dia ingin pergi melihat kapal perangku.""Bozhe Moy—Ya Tuhanku." Vladimir menghela napas panjang. Sebelah tangan naik ke rambut untuk menyugarnya ke belakang. "Kau menjanjikan dia mengunjungi Petrichor? Malam ini juga?""Dietrich bilang, akan lebih baik jika dia dikirim sangat jauh dari sini." Dimitri mengedikkan bahu.V

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 72

    "Dietrich! My Friend—Temanku!" Gabriel yang paling pertama menyambut kedatangan calon kedua mempelai.Para pengawal bertuksedo di kediaman Princess Stéphanie membukakan pintu limosin yang ditumpangi oleh Natalie dan Dietrich. Saat turun, Dietrich mengulurkan tangan pada Natalie untuk membantu perempuan cantik itu turun terlebih dulu, sebelum memeluk Gabriel sambil tertawa."Yo! Gabriel! Kau terlihat ... sangat segar." Dietrich menepuk-nepuk bahu kakak laki-laki kedua Natalie setelah mereka berpelukan sekilas."Kau juga! Tampan sekali! Sangat serasi dengan adikku, jika boleh kutambahkan!" Gabriel berganti memeluk Natalie yang wajahnya kini semerah kepiting rebus. "Kau juga tampak jauh lebih sehat daripada terakhir aku menemuimu di Paris, Natnat." Gabriel mencium kedua pipi Natalie dengan gemas.Natalie tersenyum. "Oh, cuaca di Paris—""Jangan salahkan cuaca di Paris," ucap Gabriel geli. "Cuaca di Paris terus memburuk dan semakin dingin, tetapi kesehatanmu pulih karena kau merasa gembir

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 73

    "Putriku! Akhirnya kau ingat rumah!" Princess Stéphanie memasuki ruangan dengan suara sepatu yang berkelotak. Wanita paruh baya berparas ayu tersebut menghampiri Natalie dan mendekapnya lumayan lama. "Gabriel bilang kau sempat sakit. Apakah semuanya baik-baik saja? Kita perlu memanggil dokter?" Princess Stéphanie beralih pada Dietrich. "Itukah sebabnya pria baik ini mengantarmu pulang?"Natalie tersenyum dan menggeleng. "Tidak. Bukan. Aku tidak sakit. Bagaimana kabarmu, Mama?""Aku sangat sehat," ucap Princess Stèphanie dengan suara dilambat-lambatkan. Bibirnya mendekat pada telinga Natalie, sebelum ia berbisik pelan, "Kau bilang akan datang kemari dengan Douglas Kennedy? Mengapa yang datang justru Dietrich Toussaint? Apakah aku berhalusinasi atau semacamnya? Tolong katakan bahwa aku tidak berhalusinasi."Natalie terkikik. "Tidak.""Mataku minus?""Tidak." Nat menggeleng sambil tertawa sekali lagi."Kalau begitu, ini hanyalah fatamorgana?"Natalie pura-pura memberengut. "Kita bahkan t

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 74

    Natalie kembali tak lama kemudian. Wanita cantik itu mengabarkan bahwa ayahnya sedang tidak ada di tempat. Sebuah perjalanan bisnis ke Italia atau semacamnya. Jadi, mereka berdua tidak dapat melakukan rencana awal mereka sekarang.Sebagai gantinya, Natalie mengajak Dietrich untuk pergi ke Pantai Larvotto. Perempuan itu memiliki sebuah restoran favorit yang selalu dirindukan setiap ia sedang berada jauh dari negaranya. Princess Stéphanie berulang kali menyarankan agar mereka tinggal lebih lama di rumah, tetapi Natalie bersikukuh untuk mengajak Dietrich berjalan-jalan."Tidak setiap hari Dietrich pergi ke Monako, Mama. Paling tidak, hari ini dia harus mencicipi salah satu suguhan Mediterania terbaik yang ada di sini," ujar Natalie saat berpamitan pada ibunya.Dietrich tersenyum manis. "Bibi Stéphanie jangan khawatir. Aku akan datang lagi nanti. Sering, aku berjanji."Princess Stéphanie memandang Dietrich dengan sorot tak rela—seolah sedang melepas putranya sendiri untuk pergi. "Tepati j

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 101

    Ruang makan di kastil Toussaint pagi itu ramai sekali. Acara makan pagi kali ini diselenggarakan secara tidak formal. Bahkan, anak-anak juga diizinkan untuk ikut makan bersama."Natalie!" Catherine berseru riang saat melihat sahabat yang kini telah menjadi kakak iparnya itu memasuki ruangan. "Sini! Duduklah bersama kami! Kau juga, Dietrich!"Maka, Natalie dan Dietrich duduk bersama dengan Catherine dan keluarga kecilnya, setelah berkeliling mengucapkan salam pada meja-meja lain yang berisi para tetua."Bonjour—Selamat pagi," sapa Natalie. Wanita itu tampak cerah dengan sebuah senyuman yang sungguh menampilkan kebahagiaan.Catherine kesulitan berdiri untuk menyapa, jadi Natalie merunduk untuk mencium kedua pipi sahabatnya itu."Pagi, Nat. Apakah tidurmu nyenyak?" Catherine bertanya.Natalie melirik Dietrich. Dietrich berdeham dengan wajah merona sedikit.Natalie tergelak ringan. "Well, ya. Kami tidur nyenyak. Bagaimana denganmu?"Catherine menunjuk perutnya. "Tidak senyenyak dirimu, te

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 100

    Namun, apa yang dilakukan oleh Dietrich selanjutnya justru membuat Nat semakin gelisah. Kepalanya menjadi pening dengan serbuan sensasi yang melandanya bertubi-tubi. Dietrich membisikkan kalimat-kalimat lembut yang nyaris tak terdengar di telinga Nat—di atas perut wanita itu. Sepertinya, Dietrich sedang memberikan salam pada anak mereka dan hal itu membuat Natalie begitu tersentuh hingga hampir menangis. Kemudian ciuman Dietrich bergerak semakin ke selatan menuju area kewanitaannya yang telah basah."Let me kiss you—Biarkan aku menciummu ...." ucap Dietrich di antara paha Natalie yang merapat dengan kaku. "Let me love you, Nat—Biarkan aku mencintaimu, Nat ...."Natalie terisak keras di saat Dietrich benar-benar membuka dirinya. Mulut pria itu terasa panas di bawah sana. Bibirnya lembut dan basah membelai bagian luar labia Natalie hingga kepala perempuan cantik itu terlempar ke kanan dan ke kiri.Cairan kewanitaan Natalie mengalir semakin banyak. Akan tetapi, Dietrich melakukan hal gi

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 99

    Tidak ada percakapan yang terjadi saat Dietrich dan Natalie bergerak menuju kamar mereka di quartier kamar tidur anggota keluarga. Bulan yang tersamarkan oleh awan menggantung rendah di langit Belgia. Sinarnya menembus jendela-jendela kaca kuno besar di salah satu sisi koridor. Membaur layaknya cincin asap besar di kegelapan malam musim dingin.Tangan Dietrich dan Natalie saling bertaut. Sesekali mereka menoleh untuk melemparkan sebuah senyuman satu sama lain. Pipi Dietrich merah sebelah. Rahangnya terasa kaku, dan wajah Natalie masih menampakkan sisa-sisa air mata. Namun, itu semua tidak menghalangi mereka untuk berbahagia.Saat sampai di depan pintu ganda yang menghubungkan dua kamar terbesar di kastil ini, jantung Natalie mengentak cepat. Ini bukan kamar Dietrich yang dulu—jelas bukan kamar yang sama dengan kamar Dietrich yang dimasukinya diam-diam bersama Catherine di masa remaja.Kamar ini ... adalah kamar The Lord and The Lady of The House."Dietrich ...." Tangan Natalie dengan

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 98

    Dietrich dan Natalie pergi ke Brussel di saat salju turun semakin tebal di akhir tahun. Para paparazzi sudah tidak tampak di sekitar apartemen Dietrich di Paris—sepertinya mereka pulang ke tempat asal masing-masing untuk liburan natal dan tahun baru. Pada saat Dietrich dan Natalie keluar dari gedung apartemen, rasanya sejuk sekali. Seolah mereka berdua baru saja menghirup udara kebebasan.Monsieur Randall mengantarkan mereka berdua menuju Charles de Gaulle. Kemudian, saat mendarat di Brussel, Paman Axel mengirimkan sebuah Rolls Royce yang mengantarkan mereka langsung menuju kastil Toussaint."Dietrich aku gugup sekali ...." Natalie berbisik pelan saat mobil yang mereka berdua tumpangi memasuki pintu gerbang kastil.Dietrich mengangguk pada sang istri. Tangannya meremas tangan Natalie pelan. "Aku juga. Tapi, jangan khawatir. Kita bisa menghadapi ini bersama-sama.""Kuharap mereka tidak terlalu marah.” Natalie balas meremas tangan suaminya.Dietrich tidak menyukai raut cemas di wajah Na

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 97

    [From: Catherine To: Dietrich Kami semua sudah kembali ke Brussel. Pulanglah, Di, dan bawa istrimu ke rumah. Tunggu. Kau benar-benar sudah menikah dengan Nat?]Dietrich mendapatkan pesan tersebut beberapa hari kemudian. Dia dan Natalie sudah tinggal cukup lama—bersembunyi, meski tempat persembunyian itu tidak dapat dikatakan terpencil—dari semua hal yang memusingkan. Keduanya mematikan ponsel selama berhari-hari. Pun dengan sengaja tidak menyalakan ponsel dan tidak keluar dari apartemen untuk menghindari para pencari berita.Saat dirasa seluruh kontroversi sudah mulai mereda, Dietrich baru membuka ponsel dan menemukan pesan dari sang adik.Jemari lelaki itu dengan cepat mengetikkan balasan.[To: Catherine From: Dietrich Ya. Aku sudah menikah dengan Nat. Apakah Kakek marah besar? Bagaimana dengan suamimu? Kennedy sekarang memusuhi kita? Lalu ... apakah Bibi Stéphanie murka?]Balasan Catherine datang dengan agak terlalu cepat.[From: Catherine To: Dietrich Kakek, Papa, Paman

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 96

    Natalie tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini, tetapi saat membuka mata dan melihat Dietrich yang tertidur pulas setelah penerbangan panjang belasan jam menuju Paris, perempuan itu baru sadar bahwa dia sekarang sudah menikah. Ini sudah hampir 24 jam berlalu, tetapi Natalie masih belum menyangka bahwa dirinya sekarang sudah berstatus menjadi istri pria yang sejak dulu ia impikan ini.Dia sedang mengandung anak dari Dietrich.Masa depan memang sebuah misteri, tetapi apa yang akhir-akhir ini terjadi benar-benar menjungkirbalikkan dunia Natalie tanpa sisa.Pun tentang pernyataan cinta Dietrich .... Entahlah. Natalie tidak bisa berpikir jernih sekarang. Wanita itu menggigit bibir. Ia ingin memercayai suaminya. Namun, rasanya benar-benar sulit. Benarkah Dietrich merasakan hal yang sama untuknya? Atau ... pria itu hanya ingin sekadar menenangkan dan memaksanya masuk ke dalam jurang pernikahan yang sama-sama tidak mereka inginkan pada awalnya?"Hei, kau tidak tidur?" Suara parau khas

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 95

    Dietrich merasa was-was. “Jangan bilang kau merasa ragu? Kau tidak bisa meninggalkanku di altar, Nat ….”Natalie menelan ludah dan menghindari tatapan Dietrich. “Nat, Pastor Ryan sudah menunggu kita. Dia hampir membeku kedinginan,” ucap Dietrich dengan keputusasaan. “Jangan lakukan ini padaku. Kumohon padamu ….” Natalie menghela napas. Ketika mendongak, matanya berkaca-kaca. “Aku tidak ingin kau menyesal, Dietrich kau bahkan … tidak mencintaiku.” Air mata Natalie menetes. Lalu, tetesan itu berubah menjadi deras. Dietrich tertegun. “Siapa yang mengatakan itu padamu?” Natalie menggeleng cepat. “Bukan siapa yang mengatakan apa. Ini adalah tentang kau tidak mengatakan apa-apa.” Dietrich memandang Natalie tak percaya. “Apakah kau tidak bisa melihat bahwa seumur hidupku, orang yang paling kupedulikan adalah kau? Tidak bisakah kau merasakan bahwa aku menc—“ “Cukup. Jangan membohongi kita berdua, Di. Kau sendiri yang mengatakan bahwa cinta itu omong kosong? Kau tidak mencintaiku. Tidak

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 94

    Tak lebih dari dua jam kemudian, Natalie dan Dietrich sudah duduk di sebuah penerbangan first class menuju Nevada. Keduanya cekikikan bersama-sama. Meski para pramugari sedang menuangkan anggur—untuk Dietrich dan jus untuk Natalie, mereka berdua tidak bisa berhenti tertawa."Apakah kau bisa membayangkan raut wajah Vladimir saat kita kabur?" Dietrich tertawa tengil. "Malam ini agak gelap. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tetapi aku bisa membayangkannya."Natalie tertawa lagi. "Kau benar-benar nakal, kau tahu?" Dietrich mencolek hidung Natalie sekilas. "Coba tebak, karena siapa aku jadi begini?" Natalie menepuk dada Dietrich main-main. Kebahagiaan membuncah di dadanya. Sebentar lagi. Hanya tinggal sebentar lagi mereka berstatus sebagai suami istri.Seharusnya Natalie malu. Dia bukan hanya mendobrak tradisi agung pernikahan keluarga kerajaan, tetapi juga menurunkan standar pernikahan ke posisi paling bawah. Pernikahan drive-thru. Sekarang bukan hanya makanan cepat saji saja yang

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 93

    Dietrich mendekatkan wajahnya, memosisikan bibir Natalie sehingga bertaut dengannya. Lidahnya menyusuri bibir manis beraroma mint milik Natalie. Napas Natalie terengah ketika Dietrich menekan lidahnya lebih dalam menjelajahi mulut Natalie. Sedikit terburu-buru didesak hasrat, Dietrich tak bisa menahannya lagi. Natalie adalah miliknya dan ia sudah menginginkan Nat sejak lama. Tubuh Natalie dengan mudah dikuasainya. Tangan Dietrich menurun ke pundak Nat, membelai kulit halus yang terbuka itu. Dietrich menyesap sisi leher Natalie—yang seketika membuat desah wanita cantik itu terlontar begitu saja. Kemudian, si presdir tampan mencium dan menenggelamkan wajahnya di leher Natalie. Suara ciuman yang menggelora berhenti sejenak. Dietrich melepaskan dan menatap wajah Natalie yang sudah memerah. Sementara itu, sorot mata Natalie tampak sayu sekaligus bergairah. Sial. Bagaimana Dietrich dapat berhenti sekarang? Miliknya yang mengeras bergesekan dengan milik Natalie yang terasa basah. Dietr

DMCA.com Protection Status