Share

Bab 70

Penulis: Alana Nourah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dietrich mencium punggung tangan Natalie, entah untuk yang keberapa kalinya. Lelaki itu tersenyum ketika memandang Natalie lekat-lekat. "Aku tahu. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu dan untuk bayi di dalam perutmu."

Natalie tersenyum manis. Terlalu tercekat untuk mengatakan apa pun.

"Ah. Omong-omong tentang bayi ... apakah kau mau makan sesuatu yang lain? Aku bisa memesankan makanan berat dari restoran Chef Jacqueline." Dietrich menawarkan dengan manis.

Natalie menggeleng. "Tidak. Aku tidak banyak makan selama masa kehamilan karena aku mengalami morning sickness yang lumayan berat. Setiap selesai makan, aku memuntahkan hampir semuanya lagi."

Dietrich memandang Natalie prihatin. "Kasihan sekali kau, Nat. Kehamilanmu tidak seperti Catherine?"

Catherine hanya muntah di awal kehamilan. Itu pun tidak sering. Perempuan itu hamil seperti tidak sedang hamil. Dia bisa melompat, berlari, dan bahkan tetap pergi ke berbagai tempat untuk mengawasi kedua putri kembarnya yang kini berus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 71

    "Pinjamkan aku armadamu." Dimitri Wijaya nyengir kuda pada Vladimir malam itu.Vladimir mengusap keringat di dahinya. Ini sudah masuk musim dingin—tetapi dia berkeringat! Kegiatan berlarian sepanjang malam untuk mengurus para wartawan bersama anak buahnya cukup menguras tenaga juga rupanya. Namun, seolah itu semua belum cukup, kini Dimitri menghampirinya dengan gelagat mencurigakan."Armada? Yang mana? Kau mau bertempur malam ini?" Vladimir baru saja merebahkan bokongnya di sebuah tempat duduk. Akan tetapi, sekarang dia sudah berdiri lagi.Dimitri menyeringai. "Bukan." Mafia tampan yang lebih muda setahun daripada Vladimir itu menunjuk Douglas Kennedy dengan dagunya. "Dia ingin pergi melihat kapal perangku.""Bozhe Moy—Ya Tuhanku." Vladimir menghela napas panjang. Sebelah tangan naik ke rambut untuk menyugarnya ke belakang. "Kau menjanjikan dia mengunjungi Petrichor? Malam ini juga?""Dietrich bilang, akan lebih baik jika dia dikirim sangat jauh dari sini." Dimitri mengedikkan bahu.V

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 72

    "Dietrich! My Friend—Temanku!" Gabriel yang paling pertama menyambut kedatangan calon kedua mempelai.Para pengawal bertuksedo di kediaman Princess Stéphanie membukakan pintu limosin yang ditumpangi oleh Natalie dan Dietrich. Saat turun, Dietrich mengulurkan tangan pada Natalie untuk membantu perempuan cantik itu turun terlebih dulu, sebelum memeluk Gabriel sambil tertawa."Yo! Gabriel! Kau terlihat ... sangat segar." Dietrich menepuk-nepuk bahu kakak laki-laki kedua Natalie setelah mereka berpelukan sekilas."Kau juga! Tampan sekali! Sangat serasi dengan adikku, jika boleh kutambahkan!" Gabriel berganti memeluk Natalie yang wajahnya kini semerah kepiting rebus. "Kau juga tampak jauh lebih sehat daripada terakhir aku menemuimu di Paris, Natnat." Gabriel mencium kedua pipi Natalie dengan gemas.Natalie tersenyum. "Oh, cuaca di Paris—""Jangan salahkan cuaca di Paris," ucap Gabriel geli. "Cuaca di Paris terus memburuk dan semakin dingin, tetapi kesehatanmu pulih karena kau merasa gembir

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 73

    "Putriku! Akhirnya kau ingat rumah!" Princess Stéphanie memasuki ruangan dengan suara sepatu yang berkelotak. Wanita paruh baya berparas ayu tersebut menghampiri Natalie dan mendekapnya lumayan lama. "Gabriel bilang kau sempat sakit. Apakah semuanya baik-baik saja? Kita perlu memanggil dokter?" Princess Stéphanie beralih pada Dietrich. "Itukah sebabnya pria baik ini mengantarmu pulang?"Natalie tersenyum dan menggeleng. "Tidak. Bukan. Aku tidak sakit. Bagaimana kabarmu, Mama?""Aku sangat sehat," ucap Princess Stèphanie dengan suara dilambat-lambatkan. Bibirnya mendekat pada telinga Natalie, sebelum ia berbisik pelan, "Kau bilang akan datang kemari dengan Douglas Kennedy? Mengapa yang datang justru Dietrich Toussaint? Apakah aku berhalusinasi atau semacamnya? Tolong katakan bahwa aku tidak berhalusinasi."Natalie terkikik. "Tidak.""Mataku minus?""Tidak." Nat menggeleng sambil tertawa sekali lagi."Kalau begitu, ini hanyalah fatamorgana?"Natalie pura-pura memberengut. "Kita bahkan t

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 74

    Natalie kembali tak lama kemudian. Wanita cantik itu mengabarkan bahwa ayahnya sedang tidak ada di tempat. Sebuah perjalanan bisnis ke Italia atau semacamnya. Jadi, mereka berdua tidak dapat melakukan rencana awal mereka sekarang.Sebagai gantinya, Natalie mengajak Dietrich untuk pergi ke Pantai Larvotto. Perempuan itu memiliki sebuah restoran favorit yang selalu dirindukan setiap ia sedang berada jauh dari negaranya. Princess Stéphanie berulang kali menyarankan agar mereka tinggal lebih lama di rumah, tetapi Natalie bersikukuh untuk mengajak Dietrich berjalan-jalan."Tidak setiap hari Dietrich pergi ke Monako, Mama. Paling tidak, hari ini dia harus mencicipi salah satu suguhan Mediterania terbaik yang ada di sini," ujar Natalie saat berpamitan pada ibunya.Dietrich tersenyum manis. "Bibi Stéphanie jangan khawatir. Aku akan datang lagi nanti. Sering, aku berjanji."Princess Stéphanie memandang Dietrich dengan sorot tak rela—seolah sedang melepas putranya sendiri untuk pergi. "Tepati j

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 75

    "Baik, Monsieur Randall, terima kasih."Axel Junior menutup sambungan teleponnya, kemudian menghela napas dalam-dalam. Kastil Toussaint dalam kondisi mencekam saat ini. Musim dingin tidak pernah terasa sedingin ini. Semua orang merasa khawatir juga panik.Sudah tiga hari Dietrich menghilang tanpa kabar. Namun, Kakek Auguste bersikeras untuk mencari sang cucu hanya bermodalkan orang-orangnya—tanpa melapor pada pihak berwajib.Axel masih tidak mengerti mengapa nama baik keluarga lebih penting dibandingkan menemukan Dietrich. Ini Dietrich, yang menghilang. Bukan Julien, atau Luc, atau Leroux, yang memang gemar berpesta sampai pagi. Ini Dietrich—yang kehadirannya di kantor selalu full. Tidak pernah izin, kecuali ada kepentingan mendesak.Monsieur Randall dan orang-orangnya mencari di seluruh Praha. Axel meminta bantuan pada Vladimir Alexandrov untuk mengerahkan seluruh klannya. Kemudian, baru sekarang lelaki itu dapat mengembuskan napas lega.Moira, sang istri, menghampiri Axel dengan waj

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 76

    Lelaki itu mendorong Sigismund agar tidak menghalangi jalannya lalu berjalan tak tentu arah ke jalan keluar klub. Malam ini, dia mendatangi Jimmy'z—yang bisa dibilang adalah klub ikonik Monaco. Tempat ini telah menyenangkan pengunjung pesta sejak tahun 1971, dan kini menjadi lebih populer dari sebelumnya.Ada sebuah ruang yang paling disukai Dietrich di sini, yaitu ruang luar. Ruang luar inilah yang membuat tempat ini begitu mempesona—dilengkapi kanopi kaca melingkar digantung di atas tempat duduk terbuka dan Summer Bar terapung terletak di luar di lagunanya sendiri. Saat matahari terbenam, sound system menyala dan seluruh klub bermandikan cahaya merah jambu kemerahan.Sigismund dan Monsieur Randall mengikuti Dietrich, meski hal itu sulit dilakukan. Kerumunan orang di sini begitu gegap gempita. Musik menghentak sampai ingin berkata pun mereka harus melakukannya dengan tenaga ekstra.Kemudian, beberapa laki-laki berbadan besar berkerumun sembari tertawa dengan suara yang keras. Di tang

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 77

    Dietrich bungkam.Ini sungguh tidak biasa karena lelaki itu jelas selalu memiliki sesuatu untuk dikatakan. Dietrich tahu siapa dirinya, di mana posisinya dan dia tahu semua perkataannya selalu didengarkan oleh seluruh anggota keluarga. Dia adalah cucu yang dibanggakan. Garis keturunannya terbaik. Ibunya adalah putri seorang Earl. Posisinya berada di atas seluruh sepupunya yang lain—di mata Kakek Auguste.Namun, kali ini dia diam. Sudah berjuta-juta kali pun Catherine berusaha mengorek keterangan darinya tentang apa yang terjadi, Dietrich tidak mengatakan sepatah kata pun.Sore itu, Dietrich duduk tak bergerak di drawing room. Nasya dan Tata sudah menjerit, tertawa cekikikan bahkan melemparkan boneka-boneka beruang tepat ke mukanya, tetapi Dietrich tetap pada posisinya semula. Pandangannya lurus ke depan memandang salju yang perlahan menumpuk di halaman samping."Nasya! Tata! Sudah, sini, Nak. Jangan ganggu paman kalian lagi. Ayo, Mama akan mengantar kalian ke playroom." Catherine meng

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 78

    "Kau pasti akan kelihatan sangat cantik dalam balutan gaun ini, Natalie," ucap Catherine ketika mengunjungi sahabatnya di Paris.Natalie dan Chiara sedang berada di fitting room salah satu butik terbaik di Champs-Élysées—D&D Atelier. Kain-kain satin dan tulle termewah dihamparkan di hadapan kedua perempuan borjuis tersebut, lengkap dengan contoh-contoh gaun yang sudah jadi.Mendengar suara Catherine, Natalie menoleh. "Hei, Kitkat. Kau sehat?" Perempuan cantik itu menunjuk perut Catherine yang tampaknya semakin besar saja."Aku mengenakan penyangga di bawah sini," kata Catherine. "Di beberapa waktu, Vladimir terkadang membantuku dengan mengangkat perut bagian bawahku sambil memeluk dari belakang."Natalie tersenyum manis. "How sweet."Catherine mendesah lelah. Wanita itu menghampiri salah satu sofa beludru yang tersedia di sana, kemudian duduk bersandar sambil mengelus perut. "Kau akan merasakannya nanti, Nat. Sekitar ... tujuh bulan lagi, tapi kurasa tidak akan separah aku karena keha

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 101

    Ruang makan di kastil Toussaint pagi itu ramai sekali. Acara makan pagi kali ini diselenggarakan secara tidak formal. Bahkan, anak-anak juga diizinkan untuk ikut makan bersama."Natalie!" Catherine berseru riang saat melihat sahabat yang kini telah menjadi kakak iparnya itu memasuki ruangan. "Sini! Duduklah bersama kami! Kau juga, Dietrich!"Maka, Natalie dan Dietrich duduk bersama dengan Catherine dan keluarga kecilnya, setelah berkeliling mengucapkan salam pada meja-meja lain yang berisi para tetua."Bonjour—Selamat pagi," sapa Natalie. Wanita itu tampak cerah dengan sebuah senyuman yang sungguh menampilkan kebahagiaan.Catherine kesulitan berdiri untuk menyapa, jadi Natalie merunduk untuk mencium kedua pipi sahabatnya itu."Pagi, Nat. Apakah tidurmu nyenyak?" Catherine bertanya.Natalie melirik Dietrich. Dietrich berdeham dengan wajah merona sedikit.Natalie tergelak ringan. "Well, ya. Kami tidur nyenyak. Bagaimana denganmu?"Catherine menunjuk perutnya. "Tidak senyenyak dirimu, te

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 100

    Namun, apa yang dilakukan oleh Dietrich selanjutnya justru membuat Nat semakin gelisah. Kepalanya menjadi pening dengan serbuan sensasi yang melandanya bertubi-tubi. Dietrich membisikkan kalimat-kalimat lembut yang nyaris tak terdengar di telinga Nat—di atas perut wanita itu. Sepertinya, Dietrich sedang memberikan salam pada anak mereka dan hal itu membuat Natalie begitu tersentuh hingga hampir menangis. Kemudian ciuman Dietrich bergerak semakin ke selatan menuju area kewanitaannya yang telah basah."Let me kiss you—Biarkan aku menciummu ...." ucap Dietrich di antara paha Natalie yang merapat dengan kaku. "Let me love you, Nat—Biarkan aku mencintaimu, Nat ...."Natalie terisak keras di saat Dietrich benar-benar membuka dirinya. Mulut pria itu terasa panas di bawah sana. Bibirnya lembut dan basah membelai bagian luar labia Natalie hingga kepala perempuan cantik itu terlempar ke kanan dan ke kiri.Cairan kewanitaan Natalie mengalir semakin banyak. Akan tetapi, Dietrich melakukan hal gi

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 99

    Tidak ada percakapan yang terjadi saat Dietrich dan Natalie bergerak menuju kamar mereka di quartier kamar tidur anggota keluarga. Bulan yang tersamarkan oleh awan menggantung rendah di langit Belgia. Sinarnya menembus jendela-jendela kaca kuno besar di salah satu sisi koridor. Membaur layaknya cincin asap besar di kegelapan malam musim dingin.Tangan Dietrich dan Natalie saling bertaut. Sesekali mereka menoleh untuk melemparkan sebuah senyuman satu sama lain. Pipi Dietrich merah sebelah. Rahangnya terasa kaku, dan wajah Natalie masih menampakkan sisa-sisa air mata. Namun, itu semua tidak menghalangi mereka untuk berbahagia.Saat sampai di depan pintu ganda yang menghubungkan dua kamar terbesar di kastil ini, jantung Natalie mengentak cepat. Ini bukan kamar Dietrich yang dulu—jelas bukan kamar yang sama dengan kamar Dietrich yang dimasukinya diam-diam bersama Catherine di masa remaja.Kamar ini ... adalah kamar The Lord and The Lady of The House."Dietrich ...." Tangan Natalie dengan

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 98

    Dietrich dan Natalie pergi ke Brussel di saat salju turun semakin tebal di akhir tahun. Para paparazzi sudah tidak tampak di sekitar apartemen Dietrich di Paris—sepertinya mereka pulang ke tempat asal masing-masing untuk liburan natal dan tahun baru. Pada saat Dietrich dan Natalie keluar dari gedung apartemen, rasanya sejuk sekali. Seolah mereka berdua baru saja menghirup udara kebebasan.Monsieur Randall mengantarkan mereka berdua menuju Charles de Gaulle. Kemudian, saat mendarat di Brussel, Paman Axel mengirimkan sebuah Rolls Royce yang mengantarkan mereka langsung menuju kastil Toussaint."Dietrich aku gugup sekali ...." Natalie berbisik pelan saat mobil yang mereka berdua tumpangi memasuki pintu gerbang kastil.Dietrich mengangguk pada sang istri. Tangannya meremas tangan Natalie pelan. "Aku juga. Tapi, jangan khawatir. Kita bisa menghadapi ini bersama-sama.""Kuharap mereka tidak terlalu marah.” Natalie balas meremas tangan suaminya.Dietrich tidak menyukai raut cemas di wajah Na

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 97

    [From: Catherine To: Dietrich Kami semua sudah kembali ke Brussel. Pulanglah, Di, dan bawa istrimu ke rumah. Tunggu. Kau benar-benar sudah menikah dengan Nat?]Dietrich mendapatkan pesan tersebut beberapa hari kemudian. Dia dan Natalie sudah tinggal cukup lama—bersembunyi, meski tempat persembunyian itu tidak dapat dikatakan terpencil—dari semua hal yang memusingkan. Keduanya mematikan ponsel selama berhari-hari. Pun dengan sengaja tidak menyalakan ponsel dan tidak keluar dari apartemen untuk menghindari para pencari berita.Saat dirasa seluruh kontroversi sudah mulai mereda, Dietrich baru membuka ponsel dan menemukan pesan dari sang adik.Jemari lelaki itu dengan cepat mengetikkan balasan.[To: Catherine From: Dietrich Ya. Aku sudah menikah dengan Nat. Apakah Kakek marah besar? Bagaimana dengan suamimu? Kennedy sekarang memusuhi kita? Lalu ... apakah Bibi Stéphanie murka?]Balasan Catherine datang dengan agak terlalu cepat.[From: Catherine To: Dietrich Kakek, Papa, Paman

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 96

    Natalie tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini, tetapi saat membuka mata dan melihat Dietrich yang tertidur pulas setelah penerbangan panjang belasan jam menuju Paris, perempuan itu baru sadar bahwa dia sekarang sudah menikah. Ini sudah hampir 24 jam berlalu, tetapi Natalie masih belum menyangka bahwa dirinya sekarang sudah berstatus menjadi istri pria yang sejak dulu ia impikan ini.Dia sedang mengandung anak dari Dietrich.Masa depan memang sebuah misteri, tetapi apa yang akhir-akhir ini terjadi benar-benar menjungkirbalikkan dunia Natalie tanpa sisa.Pun tentang pernyataan cinta Dietrich .... Entahlah. Natalie tidak bisa berpikir jernih sekarang. Wanita itu menggigit bibir. Ia ingin memercayai suaminya. Namun, rasanya benar-benar sulit. Benarkah Dietrich merasakan hal yang sama untuknya? Atau ... pria itu hanya ingin sekadar menenangkan dan memaksanya masuk ke dalam jurang pernikahan yang sama-sama tidak mereka inginkan pada awalnya?"Hei, kau tidak tidur?" Suara parau khas

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 95

    Dietrich merasa was-was. “Jangan bilang kau merasa ragu? Kau tidak bisa meninggalkanku di altar, Nat ….”Natalie menelan ludah dan menghindari tatapan Dietrich. “Nat, Pastor Ryan sudah menunggu kita. Dia hampir membeku kedinginan,” ucap Dietrich dengan keputusasaan. “Jangan lakukan ini padaku. Kumohon padamu ….” Natalie menghela napas. Ketika mendongak, matanya berkaca-kaca. “Aku tidak ingin kau menyesal, Dietrich kau bahkan … tidak mencintaiku.” Air mata Natalie menetes. Lalu, tetesan itu berubah menjadi deras. Dietrich tertegun. “Siapa yang mengatakan itu padamu?” Natalie menggeleng cepat. “Bukan siapa yang mengatakan apa. Ini adalah tentang kau tidak mengatakan apa-apa.” Dietrich memandang Natalie tak percaya. “Apakah kau tidak bisa melihat bahwa seumur hidupku, orang yang paling kupedulikan adalah kau? Tidak bisakah kau merasakan bahwa aku menc—“ “Cukup. Jangan membohongi kita berdua, Di. Kau sendiri yang mengatakan bahwa cinta itu omong kosong? Kau tidak mencintaiku. Tidak

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 94

    Tak lebih dari dua jam kemudian, Natalie dan Dietrich sudah duduk di sebuah penerbangan first class menuju Nevada. Keduanya cekikikan bersama-sama. Meski para pramugari sedang menuangkan anggur—untuk Dietrich dan jus untuk Natalie, mereka berdua tidak bisa berhenti tertawa."Apakah kau bisa membayangkan raut wajah Vladimir saat kita kabur?" Dietrich tertawa tengil. "Malam ini agak gelap. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tetapi aku bisa membayangkannya."Natalie tertawa lagi. "Kau benar-benar nakal, kau tahu?" Dietrich mencolek hidung Natalie sekilas. "Coba tebak, karena siapa aku jadi begini?" Natalie menepuk dada Dietrich main-main. Kebahagiaan membuncah di dadanya. Sebentar lagi. Hanya tinggal sebentar lagi mereka berstatus sebagai suami istri.Seharusnya Natalie malu. Dia bukan hanya mendobrak tradisi agung pernikahan keluarga kerajaan, tetapi juga menurunkan standar pernikahan ke posisi paling bawah. Pernikahan drive-thru. Sekarang bukan hanya makanan cepat saji saja yang

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 93

    Dietrich mendekatkan wajahnya, memosisikan bibir Natalie sehingga bertaut dengannya. Lidahnya menyusuri bibir manis beraroma mint milik Natalie. Napas Natalie terengah ketika Dietrich menekan lidahnya lebih dalam menjelajahi mulut Natalie. Sedikit terburu-buru didesak hasrat, Dietrich tak bisa menahannya lagi. Natalie adalah miliknya dan ia sudah menginginkan Nat sejak lama. Tubuh Natalie dengan mudah dikuasainya. Tangan Dietrich menurun ke pundak Nat, membelai kulit halus yang terbuka itu. Dietrich menyesap sisi leher Natalie—yang seketika membuat desah wanita cantik itu terlontar begitu saja. Kemudian, si presdir tampan mencium dan menenggelamkan wajahnya di leher Natalie. Suara ciuman yang menggelora berhenti sejenak. Dietrich melepaskan dan menatap wajah Natalie yang sudah memerah. Sementara itu, sorot mata Natalie tampak sayu sekaligus bergairah. Sial. Bagaimana Dietrich dapat berhenti sekarang? Miliknya yang mengeras bergesekan dengan milik Natalie yang terasa basah. Dietr

DMCA.com Protection Status