Share

Menjadi budakmu

Author: Ele Storie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Perlahan Lea membuka matanya yang terasa berat, tubuh dan tulangnya terasa remuk. Namun, tidak kalah perih bagian privasinya yang terkoyak seperti habis dimasuki benda besar dan panjang. Ini semua perbuatan lelaki kejam itu yang menggagahinya seperti singa kelaparan, sangat buas dan tak memberi jeda sedikit pun. Lea menggeram. Sialnya, dia teringat bagaimana expresi lelaki tersebut yang tertawa di atas penderitaannya.

Spontan Lea bangkit dari tidurnya dan bersandar pada headboard ranjang dengan selimut yang dia tarik menutupi sampai batas dadanya. Gadis itu mengerang, merasakan denyutan kecil di kepalanya yang masih terasa.

"Brengsek! Aku akan membalas semuanya. Lihat saja!" Lea meremas jari-jarinya yang terkepal kuat.

Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Lea ingat ia disekap di sebuah Hotel dengan lelaki kejam itu. Lalu, untuk apa ia dipindahkan ke sini?

Tunggu, kamar mewah ini berhasil menyita perhatiannya. Kamar dengan aksen warna gold yang elegan. Ada cermin besar bergaya barok tergantung di latar belakang di samping lemari kecil yang dicat emas, sementara lantai dan dindingnya berlapis marmer.

Lupakan semua itu. Lea harus segera melarikan diri dari kamar ini dan mencari keberadaan Randy.

Gadis itu berjinjit menuju handle. Saat pintu terbuka, lukisan antik yang harganya berkisar ratusan juta berhasil menyita perhatiannya lagi. Gaya yang sama seperti di kamar berlanjut di seluruh rumah ini. Dari tangga emas ke lukisan langit-langit, wallpaper emas, dan karya seni yang menghiasi dinding. Lea takjub. Untuk pertama kalinya berada di rumah semegah ini.

"Apa ini rumah si Tuan kejam?" Lea menerka. "Memang sepertinya ini rumah si laki-laki biadab itu."

Lea tidak tahu nama laki-laki yang telah memperkosanya. Ia menyematkan nama Tuan kejam, karena cocok dengan perilaku lelaki itu. Bahkan jika tahu namanya saja, Lea tak sudi menyebutnya.

Lea melanjutkan langkahnya keluar dari kamar. Pelan dan hati-hati. Jangan sampai ada orang yang melihat dan kembali menyekapnya. Lea tak ingin mati muda menjadi budak pelampiasan Tuan kejam itu. Siapa dia menargetkan Lea menjadi budak nafsunya? Lea tidak sudi mengingat perkataan lelaki itu kemarin.

Lea terus berjalan mencari pintu keluar. Tapi, tak ada satupun tanda cahaya dari langit yang menembus rumah ini. Apa dia harus membobol tembok dulu agar bisa bebas? Rumah ini seperti penjara. Rapat dan tertutup. Seketika tubuh Lea meremang membayangkan kalau ia tidak bisa bebas dari Tuan kejam itu.

Namun, tiba-tiba Lea mendengar suara yang pernah didengarnya. Suara Tuan kejam. Ya, suara dingin yang pernah membuat jantungnya berdegup kencang. Bukan karena Lea jatuh cinta pada pandangan pertama. Tetapi, melihat tatapan menghunus yang dilemparkan laki-laki itu membuat jantung Lea seperti mau keluar dari tempatnya.

Lea berhasil menemukan satu pintu besar di rumah ini yang tidak tertutup rapat. Ia pun mendekatkan telinga dibalik pintu itu. Lea berusaha mengintip siapa saja yang berada di ruangan tersebut. Ketika matanya tak sengaja melihat sang Kakak yang diikat dan dihakimi, Lea langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Kepalanya menggeleng. Tubuhnya gemetaran.

"Kak Randy." Lea menangis tak kuat menyaksikan Kakaknya yang sudah tak berdaya.

Sekarang yang ada dipikirannya bagaimana cara menolong sang Kakak agar terbebas dari manusia jahat seperti mereka.

Entah darimana ide gilanya muncul, Lea mengambil sebuah pentungan yang memang berada di sudut ruangan.

Dengan menahan tangis serta amarah yang memuncak, Lea berjalan pelan-pelan sambil mengarahkan pentungan itu tepat ke bagian punggung si Tuan kejam. Namun, Davino langsung melindunginya dengan cepat.

"Tuan awas ...!" teriak Vino membuat Tuan kejam memutar balikkan tubuhnya ke belakang.

Deg

Tubuh Lea mendadak kaku saat matanya bertemu langsung dengan mata laki-laki itu. Pentungan yang berada di tangannya pun jatuh begitu saja.

"Ka-ka-kamu," ucap Lea terbata-bata.

Tuan kejam mengepalkan kedua tangannya dengan gigi yang mengerutuk. Hal itu membuat Lea ketakutan dan mundur beberapa langkah saat lelaki itu berjalan mendekatinya.

"Lea awas!" Randy berteriak saat Tuan kejam menodongkan pistol ke arah Adiknya. Lea terkejut. Ia reflek mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Tuan, barkan Adikku bebas! Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini," ucap Randy memohon. "Jangan bunuh dia, Tuan. Bunuh saja aku!" ucapan Randy membuat air mata Lea jatuh begitu saja. Lea terisak menatap Kakaknya yang memohon seperti pengemis. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Lea masih tak mengerti kesalahan apa yang Randy perbuat hingga Tuan kejam ini begitu murka kepadanya.

"Wanita kurang ngajar! Beraninya kau ingin memukulku!" hardik Tuan kejam penuh amarah.

"Tuan, dia tidak bersalah sama sekali. Ku mohon bebaskan dia ..." Randy terus mengiba. Tubuhnya berontak sekuat tenaga. Bagaimana pun caranya Lea harus keluar dari tempat ini.

"Ka-kakak," ucap Lea terbata-bata saat Tuan kejam tiba-tiba mencengkram dagunya begitu kuat.

Brakkkk

Tuan kejam menyeret Lea ke hadapan Randy.

"Jangan harap kesalahanmu bisa ku maafkan begitu saja! Hutangmu yang 500 juta ku anggap lunas. Sebab, mulai detik ini Adikmu yang akan membayar semuanya dengan menjadi budakku!" ucap Tuan kejam membuat Lea menggelengkan kepala dengan cepat.

"Lea gak mau!"

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Lea membuat Randy berteriak histeris.

"Hentikan, Tuan! Dia wanita. Bagaimana jika Ibumu yang diperlakukan seperti itu?" ucap Randy membuat darah laki-laki itu mendidih.

DUAKK

DUAKK

DUAKK

"Beraninya kau menasehatiku!" Tuan kejam menghantam perut Randy habis-habisan.

"Cukup! Ku mohon cukup! Aku bersedia menjadi budakmu, Tuan. Tolong jangan sakiti Kakakku!" Lea berkata pasrah. Mana bisa ia sanggup melihat sang Kakak dianiaya di hadapannya.

"Lea, kau bicara apa? Sekalipun Kakak mati, Kakak tidak akan sudi kau menjadi budaknya!" Randy tak terima dengan keputusan Adiknya.

Tuan kejam tersenyum penuh kemenangan.

Ia memberi kode pada Davino. Davino mengerti dan langsung menyerahkan amplop besar berwarna coklat ke hadapan Lea.

"Kau tidak perlu membacanya! Tanda tangani surat itu!" ucap Tuan kejam penuh penekanan.

Lea membuka amplop. Ada banyak lembaran kertas di dalamnya. Tanpa banyak berpikir, Lea menandatangani surat yang isinya sama sekali dia tidak tahu. Terpenting baginya sekarang adalah keselamatan sang Kakak.

"Sudah, Tuan," ucap Lea menyerahkan amplop tersebut.

"Bagus, sekarang bawa dia pergi dari sini!" perintah Tuan kejam.

Davino dan Bodyguardnya pun menyeret Randy membawanya keluar dari ruangan itu.

"Kakak ..." teriak Lea saat Randy dibawa paksa oleh mereka.

Tuan kejam langsung menarik tangan Lea yang hendak menyusul Kakaknya. Ia membawa Lea masuk ke dalam kamar.

Lelaki itu melepas pakaiannya satu persatu di hadapan Lea. Lea sudah berpikir apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi, ternyata dugaan itu salah. Tuan kejam mengambil minyak angin dan menyuruh Lea untuk mengoleskannya.

"Lakukan semua perintahku dan jangan membantah!" ucapnya seraya langsung tengkurap begitu saja.

Related chapters

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Dibebaskan

    "Selamat pagi, Tuan. Ibu dan Adik Anda sudah menunggu di bawah untuk sarapan," ucap Vino membuat laki-laki itu mengangkat satu alisnya."Ngapain mereka ke sini?""Tidak tahu, Tuan. Katanya mau sarapan bersama.""Baik, aku segera turun," jawabnya yang diangguki kepala oleh Davino.Sementara Lea yang sudah terbangun dari awal hanya menyaksikan dua orang itu bicara dari kejauhan. Semalaman ia tidur di sofa dekat ujung jendela. Lelaki itu benar-benar tega. Ia tak memberikan Lea selimut untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan."Hei, kenapa kau masih di situ? Cepat mandi!" titahnya dengan tegas."Ta-tapi bukannya Anda juga akan mand ...""Kita mandi bersama!""A-apa?" mata Lea membulat sempurna. Mana mungkin ia mandi bareng dengan lelaki yang bukan suaminya.Tetapi, bukankah laki-laki itu sudah melihat semuanya. Lea merasa seperti wanita murahan yang tidak punya harga diri. Bahkan untuk melawan pun tidak sanggup. Lea hanya bisa mengangguk pasrah dengan helaan napas panjang.30 menit kemudia

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Kabur

    Flashback On"Randy, tolong bersihkan kamar 205. Sebentar lagi mau ada yang masuk!" titah Manager Hotel malam itu.Dengan penuh semangat, Randy menjalankan perintah tersebut. Tetapi, hari itu nasib sial menimpanya. Tiba-tiba pintu Hotel terkunci rapat, Randy tidak menyadari ada orang yang masuk ke dalam kamar. Brak!Randy terjatuh sambil memegangi kepalanya yang sakit akibat pukulan benda tumpul. Ia hendak menoleh ke belakang, namun rasa pusing yang menjalar di kepalanya seolah tubuhnya terasa berputar. Detik kemudian, Randy pun jatuh pingsan."Maxim, apa yang kamu lakukan?" ucap seorang wanita berambut pirang dengan panik. "Aku tidak mau masuk penjara!" "Aku tak punya banyak waktu, Sherren. Aku belum siap ketahuan Kak Bara. Jika dia tahu tentang hubungan kita aku akan dibunuh."Maxim langsung memapah tubuh Randy dan menidurkannya di atas kasur. Ia juga melepas kaos yang Randy kenakan, hingga pria itu bertelanjang dada."Kenapa kau egois, Maxim? Kau menyelamatkan dirimu sendiri, sem

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Jangan cari saya!

    "Tuan, saya mendapat informasi kalau Nona Sherren kini berada di Paris," ucap Davino. Pria itu menghentikan kegiatannya yang tengah sibuk membaca buku. "Bagaimana dengan Lea, apa dia sudah ditemukan?" "Belum, Tuan." jawaban itu membuat emosi Bara meledak sampai ke ubun-ubun. "Saya masih melanjutkan mencari informasi tentang Nona Sherren."Brak!Tak tahan mendengar ucapan Vino, Bara menggebrak meja kerjanya dengan keras. Tangannya terulur menarik kerah kemeja asistennya itu. Wajahnya memerah dengan gigi menggertak. Raut kemurkaan sangat jelas terlihat karena ia berani menyebut nama wanita yang sudah berani mempermainkannya. "Berapa tahun kau bekerja denganku, Vin?" tanya Bara membuat pria itu menunduk diam. Seorang Bara Melviano kalau sedang emosi, jawaban apapun pasti akan salah di matanya. Menjawab pun tak ada gunanya."Aku menyuruhmu untuk mencari Lea sampai ketemu dan membawa ke hadapanku, bukan malah memberi informasi wanita itu. Kau tahu, dia mau di manapun, dia matipun aku

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelayan special untuk Lea

    Bara berdiri merapihkan kemejanya yang sedikit berantakan, lalu melangkah maju menatap wajah Lea yang terus menunduk. "Davino?" panggil Bara. "Iya, Tuan." "Kira-kira hukuman apa yang pantas kuberikan pada gadis tak tahu diri ini?" ucap Bara, membuat Lea mengangkat wajahnya ke atas dan menggeleng cepat. Lea tak mau dihukum apapun. "Sebaiknya ..." "Aaaaaaa ... lepaskan!" baru saja Vino akan menjawab, Bara sudah menggendong gadis itu ala bridal style. Bara membawanya ke dalam kamar dan menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Brakkk "Kau bermain-main denganku, Lea! Kau melupakan sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan kita berdua." Bara mengepalkan tangannya erat-erat dan sedikit menggeram. "Maafkan aku, Tuan. Aku rasa kau tidak berhak mengurungku seperti ini! Tolong lepaskan aku!" Lea hendak berdiri, tapi Bara langsung menahan pergelangan tangannya dan kembali menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Tangan Lea mendorong kuat-kuat dada Bara, namun pria sialan itu malah mengapi

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Gadis yg tulus

    Lea menyipitkan mata saat cahaya pagi menerpa matanya. "Bodoh, kenapa aku bisa ketiduran." padahal Lea sudah menyiapkan cara bagaimana ia bisa keluar dari istana ini dengan memanfaatkan Oliv. Perlahan Lea bangun dan duduk di tepi pembaringan. Saat tak sengaja melihat dirinya di pantulan kaca, Lea pun terkejut karena dirinya sudah berganti pakaian. Padahal semalem Lea masih memakai dress dan belum menggantinya. Di tengah kebingungannya, Oliv datang entah dari mana. "Saya yang mengganti pakaian Anda semalem, Nona." Dengan senyum mengembang, Oliv berdiri di hadapan Lea sambil membungkuk hormat. "Kalau Nona butuh sesuatu jangan sungkan beritahu saya. Untuk sarapan pagi, chef profesional sudah menyiapkan sarapan untuk Nona di meja makan."Tidak! Ini sungguh berlebihan. Bara tidak mungkin memerintah Oliv memperlakukannya seperti Ratu di mansion ini. Mengingat perlakuan Bara waktu itu, mana mungkin dia berubah dalam sekejap. Atau mungkin pria itu punya maksud terselubung untuk mengelabu

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Aku tidak bisa mentoleransi pelayan itu

    "Kita tidak bisa diam saja, Ka. Kita harus lapor polisi!" ucap Lastri. Beberapa hari ini ia memikirkan sahabatnya itu. "Tidak semudah itu, Lastri. Tuan Bara bukan orang sembarangan." Randy memijat pelipisnya beberapa kali, memikirkan sang Adik yang kini berada di rumah Bara. Randy sudah meminta bukti cctv malam itu, namun satu pun dari mereka tak ada yang memberikannya. Bukannya dia diam saja, dia pun berusaha mati-matian untuk menyelamatkan Adiknya. "Ponsel Lea tidak aktiv. Bagaimana aku bisa tenang kalau Lea di sana baik-baik saja atau tidak." Keduanya nampak frustrasi. Apalagi Lastri adalah Sabahat Lea sejak kecil. Mana mungkin dia diam saja melihat sahabatnya yang mungkin menderita di sana. Sementara Lea kini tengah meminum teh ditemani Oliv. Oliv, baginya seperti manekin. Ia tidak bisa diajak bercanda seperti Lastri. Oliv hanya menjawab apapun yang Lea butuhkan. "Aku bosan membaca majalah ini. Adakah yang lain, Oliv?" tanya Lea. "Ada, Nona?" Oliv pun memberikan majalah yang

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Bukti kebenaran

    Brakk!!Bara melempar kasar semua bukti di tangannya ke hadapan Davino. Betapa tidak, bertahun-tahun menjadi asisten kepercayaannya baru inilah Davino tidak becus memberi informasi. Bagaimana mungkin ia bisa salah sasaran. Jelas dalam cctv tersebut, Randy masuk ke dalam kamar dengan membawa alat kebersihan. Sedangkan setelah Randy masuk, tak lama kemudian sepasang pria dan wanita mengintainya dan mereka mengikuti Randy masuk ke dalam kamar yang sama. Dari bukti cctv itu sang pria membawa sebuah pentungan yang diyakini alat itu untuk memukul Randy.Pria itu menggunakan masker dan juga penutup kepala. Namun, dari tubuh pria itu Bara bisa mengenalinya."Kau pikir kau bisa bebas dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas perbuatan mu!" Bara menggeram, tangannya mengepal erat, wajahnya merah padam."Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap Vino membuat Bara menatap asistennya itu dengan mata menyala."Diam kau bodoh! Kerjamu tidak becus akhir-akhir ini! Kau sadar tidak apa ke

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelampiasan

    "Aaaahhh ... sakit ... sakit." Teriakan menggema di sebuah hotel membuat Davino rasanya ingin mendobrak pintu dengan kencang. Tetapi, jika ia melakukannya pasti sang Tuan marah besar dan akan membunuhnya.Seorang pria dengan wajah babak belur mendekati pintu hendak menerobos masuk, namun kedua orang berbadan besar sudah mencekal pergelangan tangannya lebih dulu agar tak mengganggu kegiatan Tuannya di dalam sana."Vino, tolong selamatkan Adikku! Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini. Ku mohon ..." lirihnya dengan iba.Pria itu menangis memikirkan sang Adik di dalam sana yang berada di bawah kuasa Tuan kejam. Kedua pengawal terus saja mencekal tangannya dengan erat. Ia terus memberontak melepaskan diri.Vino mengusap wajahnya frustrasi. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika selangkah saja menyelamatkan sang gadis, maka habislah nyawanya di tangan Tuan kejam. Vino mondar-mandir di depan pintu, memikirkan sebuah cara agar Tuannya tidak bertindak lebih jauh.Semua penghuni hotel lang

Latest chapter

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Bukti kebenaran

    Brakk!!Bara melempar kasar semua bukti di tangannya ke hadapan Davino. Betapa tidak, bertahun-tahun menjadi asisten kepercayaannya baru inilah Davino tidak becus memberi informasi. Bagaimana mungkin ia bisa salah sasaran. Jelas dalam cctv tersebut, Randy masuk ke dalam kamar dengan membawa alat kebersihan. Sedangkan setelah Randy masuk, tak lama kemudian sepasang pria dan wanita mengintainya dan mereka mengikuti Randy masuk ke dalam kamar yang sama. Dari bukti cctv itu sang pria membawa sebuah pentungan yang diyakini alat itu untuk memukul Randy.Pria itu menggunakan masker dan juga penutup kepala. Namun, dari tubuh pria itu Bara bisa mengenalinya."Kau pikir kau bisa bebas dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas perbuatan mu!" Bara menggeram, tangannya mengepal erat, wajahnya merah padam."Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap Vino membuat Bara menatap asistennya itu dengan mata menyala."Diam kau bodoh! Kerjamu tidak becus akhir-akhir ini! Kau sadar tidak apa ke

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Aku tidak bisa mentoleransi pelayan itu

    "Kita tidak bisa diam saja, Ka. Kita harus lapor polisi!" ucap Lastri. Beberapa hari ini ia memikirkan sahabatnya itu. "Tidak semudah itu, Lastri. Tuan Bara bukan orang sembarangan." Randy memijat pelipisnya beberapa kali, memikirkan sang Adik yang kini berada di rumah Bara. Randy sudah meminta bukti cctv malam itu, namun satu pun dari mereka tak ada yang memberikannya. Bukannya dia diam saja, dia pun berusaha mati-matian untuk menyelamatkan Adiknya. "Ponsel Lea tidak aktiv. Bagaimana aku bisa tenang kalau Lea di sana baik-baik saja atau tidak." Keduanya nampak frustrasi. Apalagi Lastri adalah Sabahat Lea sejak kecil. Mana mungkin dia diam saja melihat sahabatnya yang mungkin menderita di sana. Sementara Lea kini tengah meminum teh ditemani Oliv. Oliv, baginya seperti manekin. Ia tidak bisa diajak bercanda seperti Lastri. Oliv hanya menjawab apapun yang Lea butuhkan. "Aku bosan membaca majalah ini. Adakah yang lain, Oliv?" tanya Lea. "Ada, Nona?" Oliv pun memberikan majalah yang

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Gadis yg tulus

    Lea menyipitkan mata saat cahaya pagi menerpa matanya. "Bodoh, kenapa aku bisa ketiduran." padahal Lea sudah menyiapkan cara bagaimana ia bisa keluar dari istana ini dengan memanfaatkan Oliv. Perlahan Lea bangun dan duduk di tepi pembaringan. Saat tak sengaja melihat dirinya di pantulan kaca, Lea pun terkejut karena dirinya sudah berganti pakaian. Padahal semalem Lea masih memakai dress dan belum menggantinya. Di tengah kebingungannya, Oliv datang entah dari mana. "Saya yang mengganti pakaian Anda semalem, Nona." Dengan senyum mengembang, Oliv berdiri di hadapan Lea sambil membungkuk hormat. "Kalau Nona butuh sesuatu jangan sungkan beritahu saya. Untuk sarapan pagi, chef profesional sudah menyiapkan sarapan untuk Nona di meja makan."Tidak! Ini sungguh berlebihan. Bara tidak mungkin memerintah Oliv memperlakukannya seperti Ratu di mansion ini. Mengingat perlakuan Bara waktu itu, mana mungkin dia berubah dalam sekejap. Atau mungkin pria itu punya maksud terselubung untuk mengelabu

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelayan special untuk Lea

    Bara berdiri merapihkan kemejanya yang sedikit berantakan, lalu melangkah maju menatap wajah Lea yang terus menunduk. "Davino?" panggil Bara. "Iya, Tuan." "Kira-kira hukuman apa yang pantas kuberikan pada gadis tak tahu diri ini?" ucap Bara, membuat Lea mengangkat wajahnya ke atas dan menggeleng cepat. Lea tak mau dihukum apapun. "Sebaiknya ..." "Aaaaaaa ... lepaskan!" baru saja Vino akan menjawab, Bara sudah menggendong gadis itu ala bridal style. Bara membawanya ke dalam kamar dan menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Brakkk "Kau bermain-main denganku, Lea! Kau melupakan sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan kita berdua." Bara mengepalkan tangannya erat-erat dan sedikit menggeram. "Maafkan aku, Tuan. Aku rasa kau tidak berhak mengurungku seperti ini! Tolong lepaskan aku!" Lea hendak berdiri, tapi Bara langsung menahan pergelangan tangannya dan kembali menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Tangan Lea mendorong kuat-kuat dada Bara, namun pria sialan itu malah mengapi

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Jangan cari saya!

    "Tuan, saya mendapat informasi kalau Nona Sherren kini berada di Paris," ucap Davino. Pria itu menghentikan kegiatannya yang tengah sibuk membaca buku. "Bagaimana dengan Lea, apa dia sudah ditemukan?" "Belum, Tuan." jawaban itu membuat emosi Bara meledak sampai ke ubun-ubun. "Saya masih melanjutkan mencari informasi tentang Nona Sherren."Brak!Tak tahan mendengar ucapan Vino, Bara menggebrak meja kerjanya dengan keras. Tangannya terulur menarik kerah kemeja asistennya itu. Wajahnya memerah dengan gigi menggertak. Raut kemurkaan sangat jelas terlihat karena ia berani menyebut nama wanita yang sudah berani mempermainkannya. "Berapa tahun kau bekerja denganku, Vin?" tanya Bara membuat pria itu menunduk diam. Seorang Bara Melviano kalau sedang emosi, jawaban apapun pasti akan salah di matanya. Menjawab pun tak ada gunanya."Aku menyuruhmu untuk mencari Lea sampai ketemu dan membawa ke hadapanku, bukan malah memberi informasi wanita itu. Kau tahu, dia mau di manapun, dia matipun aku

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Kabur

    Flashback On"Randy, tolong bersihkan kamar 205. Sebentar lagi mau ada yang masuk!" titah Manager Hotel malam itu.Dengan penuh semangat, Randy menjalankan perintah tersebut. Tetapi, hari itu nasib sial menimpanya. Tiba-tiba pintu Hotel terkunci rapat, Randy tidak menyadari ada orang yang masuk ke dalam kamar. Brak!Randy terjatuh sambil memegangi kepalanya yang sakit akibat pukulan benda tumpul. Ia hendak menoleh ke belakang, namun rasa pusing yang menjalar di kepalanya seolah tubuhnya terasa berputar. Detik kemudian, Randy pun jatuh pingsan."Maxim, apa yang kamu lakukan?" ucap seorang wanita berambut pirang dengan panik. "Aku tidak mau masuk penjara!" "Aku tak punya banyak waktu, Sherren. Aku belum siap ketahuan Kak Bara. Jika dia tahu tentang hubungan kita aku akan dibunuh."Maxim langsung memapah tubuh Randy dan menidurkannya di atas kasur. Ia juga melepas kaos yang Randy kenakan, hingga pria itu bertelanjang dada."Kenapa kau egois, Maxim? Kau menyelamatkan dirimu sendiri, sem

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Dibebaskan

    "Selamat pagi, Tuan. Ibu dan Adik Anda sudah menunggu di bawah untuk sarapan," ucap Vino membuat laki-laki itu mengangkat satu alisnya."Ngapain mereka ke sini?""Tidak tahu, Tuan. Katanya mau sarapan bersama.""Baik, aku segera turun," jawabnya yang diangguki kepala oleh Davino.Sementara Lea yang sudah terbangun dari awal hanya menyaksikan dua orang itu bicara dari kejauhan. Semalaman ia tidur di sofa dekat ujung jendela. Lelaki itu benar-benar tega. Ia tak memberikan Lea selimut untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan."Hei, kenapa kau masih di situ? Cepat mandi!" titahnya dengan tegas."Ta-tapi bukannya Anda juga akan mand ...""Kita mandi bersama!""A-apa?" mata Lea membulat sempurna. Mana mungkin ia mandi bareng dengan lelaki yang bukan suaminya.Tetapi, bukankah laki-laki itu sudah melihat semuanya. Lea merasa seperti wanita murahan yang tidak punya harga diri. Bahkan untuk melawan pun tidak sanggup. Lea hanya bisa mengangguk pasrah dengan helaan napas panjang.30 menit kemudia

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Menjadi budakmu

    Perlahan Lea membuka matanya yang terasa berat, tubuh dan tulangnya terasa remuk. Namun, tidak kalah perih bagian privasinya yang terkoyak seperti habis dimasuki benda besar dan panjang. Ini semua perbuatan lelaki kejam itu yang menggagahinya seperti singa kelaparan, sangat buas dan tak memberi jeda sedikit pun. Lea menggeram. Sialnya, dia teringat bagaimana expresi lelaki tersebut yang tertawa di atas penderitaannya. Spontan Lea bangkit dari tidurnya dan bersandar pada headboard ranjang dengan selimut yang dia tarik menutupi sampai batas dadanya. Gadis itu mengerang, merasakan denyutan kecil di kepalanya yang masih terasa. "Brengsek! Aku akan membalas semuanya. Lihat saja!" Lea meremas jari-jarinya yang terkepal kuat. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Lea ingat ia disekap di sebuah Hotel dengan lelaki kejam itu. Lalu, untuk apa ia dipindahkan ke sini? Tunggu, kamar mewah ini berhasil menyita perhatiannya. Kamar dengan aksen warna gold yang elegan. Ada cermin besa

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelampiasan

    "Aaaahhh ... sakit ... sakit." Teriakan menggema di sebuah hotel membuat Davino rasanya ingin mendobrak pintu dengan kencang. Tetapi, jika ia melakukannya pasti sang Tuan marah besar dan akan membunuhnya.Seorang pria dengan wajah babak belur mendekati pintu hendak menerobos masuk, namun kedua orang berbadan besar sudah mencekal pergelangan tangannya lebih dulu agar tak mengganggu kegiatan Tuannya di dalam sana."Vino, tolong selamatkan Adikku! Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini. Ku mohon ..." lirihnya dengan iba.Pria itu menangis memikirkan sang Adik di dalam sana yang berada di bawah kuasa Tuan kejam. Kedua pengawal terus saja mencekal tangannya dengan erat. Ia terus memberontak melepaskan diri.Vino mengusap wajahnya frustrasi. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika selangkah saja menyelamatkan sang gadis, maka habislah nyawanya di tangan Tuan kejam. Vino mondar-mandir di depan pintu, memikirkan sebuah cara agar Tuannya tidak bertindak lebih jauh.Semua penghuni hotel lang

DMCA.com Protection Status