Share

Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam
Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam
Author: Ele Storie

Pelampiasan

Author: Ele Storie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aaaahhh ... sakit ... sakit."

Teriakan menggema di sebuah hotel membuat Davino rasanya ingin mendobrak pintu dengan kencang. Tetapi, jika ia melakukannya pasti sang Tuan marah besar dan akan membunuhnya.

Seorang pria dengan wajah babak belur mendekati pintu hendak menerobos masuk, namun kedua orang berbadan besar sudah mencekal pergelangan tangannya lebih dulu agar tak mengganggu kegiatan Tuannya di dalam sana.

"Vino, tolong selamatkan Adikku! Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini. Ku mohon ..." lirihnya dengan iba.

Pria itu menangis memikirkan sang Adik di dalam sana yang berada di bawah kuasa Tuan kejam. Kedua pengawal terus saja mencekal tangannya dengan erat. Ia terus memberontak melepaskan diri.

Vino mengusap wajahnya frustrasi. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika selangkah saja menyelamatkan sang gadis, maka habislah nyawanya di tangan Tuan kejam. Vino mondar-mandir di depan pintu, memikirkan sebuah cara agar Tuannya tidak bertindak lebih jauh.

Semua penghuni hotel langsung melarikan diri saat mendengar keributan yang terjadi. Apalagi banyaknya orang-orang bertubuh besar membawa senjata tajam, mereka semua sangat ketakutan.

"Hei, kenapa kalian semua lari? Tolong selamatkan Adikku! Adikku dalam bahaya!" teriak Pria itu yang diketahui bernama Randy terus memohon.

DUAKKK

Pengawal yang mencekal tangannya memberi hantaman di bagian perut.

"Jika kau terus berontak, aku tak segan membawamu masuk ke dalam sana agar Tuan sendiri yang mengeksekusi!" tegasnya pada Randy.

"Bagus jika begitu bunuh saja aku! Tapi, tolong bebaskan Adikku! Aku yang bersalah, kenapa dia yang menjadi korban? Kalian semua tega!" teriaknya sambil meronta-ronta.

Vino menatap iba pada Randy. Mau bagaimana lagi jika sudah berurusan dengan Tuannya, ini adalah konsekuensi yang harus ditanggung. Randy memiliki utang sebanyak 500 juta dan berani main api dengan Sherren, kekasihnya Tuan kejam. Sontak saja Tuan kejam murka. Sebab tak ada seorang pun yang berani mengusik kehidupannya, tetapi dengan lancang pria miskin itu berani mencari masalah dengannya.

Sementara di dalam, seorang gadis berusia 20 tahun menangis menutupi tubuhnya dengan selimut sampai ke batas dada. Ia tak mengerti dengan semua ini. Mengapa laki-laki itu tega mengambil kehormatannya dengan paksa. Sakit, marah, kecewa, menjadi satu. Laki-laki itu bukan hanya menyakiti hatinya tapi juga fisik. Selama ini ia menjaga kesuciannya dari para lelaki nakal di luar sana. Tapi, dengan mudahnya lelaki kejam itu menodainya tanpa belas ampun. Hatinya perih bagai disayat ribuan pisau tajam.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok laki-laki tegap dengan sorot mata yang tajam. Lelaki itu keluar hanya menggunakan liitan handuk yang menutupi bagian privasinya.

"Lelaki biadab! Kenapa kamu tega melakukan semua ini, salahku apa?" tanyanya sambil terisak.

Alih-alih menjawab pertanyaan sang gadis, laki-laki itu malah menatap dirinya di pantulan cermin sambil menopang dagu.

"Kau tahu, aku paling benci dengan pengkhianat!" ucapnya lirih namun masih terdengar jelas di telinga sang gadis.

"Pengkhianat?" ulang gadis itu. "Aku tidak mengerti maksudmu, Tuan."

Lelaki itu menoleh ke belakang. Ia mendekat beberapa langkah, membuat gadis yang akrab disapa Lea itu semakin mempererat menutupi tubuhnya yang polos. Lea semakin ketakutan saat lelaki itu membuka handuk yang menutupi bagian privasinya tanpa rasa malu, hingga handuknya teronggok begitu saja di lantai.

"Be-belum puaskah kau menikmati tubuhku?" Lea berkata dengan mulut yang gemetar.

Lelaki itu langsung menarik selimut yang menutupi tubuh Lea. Menatapnya dengan seringai yang menakutkan. Lea gemetar. Lagi-lagi ia tak bisa berkutik dari lelaki kejam ini.

"Kakak mu akan sangat menderita melihat Adiknya tersakiti, bukan? Ini belum seberapa!"

Deg

"Ka-kakak?" gumam Lea dengan bibir gemetar.

Kini ia menyadari ternyata Randy yang punya masalah dengan Tuan ini. Tapi, kenapa harus dia yang menjadi korban pelampiasannya? Apa salah sang Kakak sangat besar hingga lelaki ini terlihat begitu dendam?

"Aaaahhh sa-sakit ..." lamunan Lea buyar saat lelaki itu mencengkram dagunya begitu kuat.

"Mulai saat ini dan selamanya kau harus menjadi budakku! Menjadi budak pelampiasan lebih tepatnya!" bisik lelaki itu dengan seringai menakutkan.

Lea gemetar. Kepalanya menggeleng. Air matanya jatuh bercucuran.

"Bersihkan tubuhmu dalam waktu 15 menit!" ucapnya setelah melepas cengkraman tangannya pada dagu Lea. "Aku tidak suka menunggu! Apa perlu aku berteriak di telingamu sekarang juga!"

Dalam sekejap, Lea langsung berlari menuju kamar mandi. Ia menangis sejadi-jadinya di bawah guyuran shower, menjambak rambutnya sendiri dengan kesal.

"Aku benci laki-laki itu! Aku benci!" Lea terisak.

Kenapa nasib begitu kejam? Baru saja Lea bahagia mendapat pekerjaan di sebuah rumah makan. Namun tiba-tiba dirinya dibawa paksa ke sebuah Hotel. Dimana Lea dipertemukan oleh sosok lelaki gagah yang menatap seperti ingin membunuhnya.

Brak!

DUAKK DUAKK DUAKK

Lea mendengar keributan dari arah luar. Ingin sekali dia mengintip. Tapi, ia harus menyelesaikan mandinya yang diberi waktu hanya 15 menit.

Lea langsung menyelesaikan mandinya secepat kilat. Mungkin saja di luar ada orang baik yang akan menolongnya. Lea sedikit tersenyum. Ia akan bebas dari jeratan laki-laki kejam itu. Setelah bebas ia akan melaporkan Tuan itu atas kasus kekerasan dan juga pemerkosaan. Tapi, khayalannya tiba-tiba sirna saat Lea mendengar suara yang tak asing di telinganya.

"Randy."

"Kak Randy," gumam Lea terkejut.

Dengan paniknya, Lea langsung mengambil handuk dan melilitkan di tubuhnya. Begitu keluar, ia pun terkejut. Randy, Kakaknya sedang dihajar habis-habisan oleh lelaki tak berperasaan itu.

"Hentikan! Jangan pukuli Kakak-ku!" Lea berlari. Ia langsung mencekal pergelangan tangan lelaki itu yang hendak memukuli Randy.

Darah segar terus mengalir dari sudut bibir Randy, membuat Lea semakin histeris.

"Tuan, ku mohon jangan!" ucap Lea terus memegangi lengannya.

Randy menatap Adiknya dari atas hingga bawah yang hanya menggunakan selembar handuk. Matanya tertuju pada tubuh putih Lea yang terlihat jelas banyak tanda merah. Artinya Tuan kejam ini sudah menodai kesucian Adiknya.

Tangan Randy langsung mengepal sempurna dengan rahang yang mengeras. Selama ini ia menjaga Adik kesayangannya dari laki-laki jahat. Tapi, mengapa semuanya begini. Lelaki itu telah menodai kesucian Lea, membuat Randy merasa bersalah karena telah gagal menjadi seorang Kakak.

DUAKK

Sekuat tenaga, Randy memukul wajah lelaki itu itu. Lelaki yang telah tega merusak masa depan Adiknya.

"Kau jahat! Kenapa kau lakukan semua ini?!" teriak Randy menggema di ruangan itu.

Laki-laki itu tersenyum smirk. Ia langsung membalasnya bertubi-tubi.

"Kakak ..." Lea berteriak histeris.

"Sudah, Tuan. Ku mohon jangan pukuli Kak Randy!" mohon Lea berkali-kali.

Tak mengindahkan ucapan Lea, dia langsung memanggil Davino orang kepercayaannya, untuk membawa Randy yang sudah tak berdaya ke sebuah tempat.

"Don't play with me!" ucapnya dengan gigi yang mengerutuk.

Related chapters

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Menjadi budakmu

    Perlahan Lea membuka matanya yang terasa berat, tubuh dan tulangnya terasa remuk. Namun, tidak kalah perih bagian privasinya yang terkoyak seperti habis dimasuki benda besar dan panjang. Ini semua perbuatan lelaki kejam itu yang menggagahinya seperti singa kelaparan, sangat buas dan tak memberi jeda sedikit pun. Lea menggeram. Sialnya, dia teringat bagaimana expresi lelaki tersebut yang tertawa di atas penderitaannya. Spontan Lea bangkit dari tidurnya dan bersandar pada headboard ranjang dengan selimut yang dia tarik menutupi sampai batas dadanya. Gadis itu mengerang, merasakan denyutan kecil di kepalanya yang masih terasa. "Brengsek! Aku akan membalas semuanya. Lihat saja!" Lea meremas jari-jarinya yang terkepal kuat. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Lea ingat ia disekap di sebuah Hotel dengan lelaki kejam itu. Lalu, untuk apa ia dipindahkan ke sini? Tunggu, kamar mewah ini berhasil menyita perhatiannya. Kamar dengan aksen warna gold yang elegan. Ada cermin besa

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Dibebaskan

    "Selamat pagi, Tuan. Ibu dan Adik Anda sudah menunggu di bawah untuk sarapan," ucap Vino membuat laki-laki itu mengangkat satu alisnya."Ngapain mereka ke sini?""Tidak tahu, Tuan. Katanya mau sarapan bersama.""Baik, aku segera turun," jawabnya yang diangguki kepala oleh Davino.Sementara Lea yang sudah terbangun dari awal hanya menyaksikan dua orang itu bicara dari kejauhan. Semalaman ia tidur di sofa dekat ujung jendela. Lelaki itu benar-benar tega. Ia tak memberikan Lea selimut untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan."Hei, kenapa kau masih di situ? Cepat mandi!" titahnya dengan tegas."Ta-tapi bukannya Anda juga akan mand ...""Kita mandi bersama!""A-apa?" mata Lea membulat sempurna. Mana mungkin ia mandi bareng dengan lelaki yang bukan suaminya.Tetapi, bukankah laki-laki itu sudah melihat semuanya. Lea merasa seperti wanita murahan yang tidak punya harga diri. Bahkan untuk melawan pun tidak sanggup. Lea hanya bisa mengangguk pasrah dengan helaan napas panjang.30 menit kemudia

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Kabur

    Flashback On"Randy, tolong bersihkan kamar 205. Sebentar lagi mau ada yang masuk!" titah Manager Hotel malam itu.Dengan penuh semangat, Randy menjalankan perintah tersebut. Tetapi, hari itu nasib sial menimpanya. Tiba-tiba pintu Hotel terkunci rapat, Randy tidak menyadari ada orang yang masuk ke dalam kamar. Brak!Randy terjatuh sambil memegangi kepalanya yang sakit akibat pukulan benda tumpul. Ia hendak menoleh ke belakang, namun rasa pusing yang menjalar di kepalanya seolah tubuhnya terasa berputar. Detik kemudian, Randy pun jatuh pingsan."Maxim, apa yang kamu lakukan?" ucap seorang wanita berambut pirang dengan panik. "Aku tidak mau masuk penjara!" "Aku tak punya banyak waktu, Sherren. Aku belum siap ketahuan Kak Bara. Jika dia tahu tentang hubungan kita aku akan dibunuh."Maxim langsung memapah tubuh Randy dan menidurkannya di atas kasur. Ia juga melepas kaos yang Randy kenakan, hingga pria itu bertelanjang dada."Kenapa kau egois, Maxim? Kau menyelamatkan dirimu sendiri, sem

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Jangan cari saya!

    "Tuan, saya mendapat informasi kalau Nona Sherren kini berada di Paris," ucap Davino. Pria itu menghentikan kegiatannya yang tengah sibuk membaca buku. "Bagaimana dengan Lea, apa dia sudah ditemukan?" "Belum, Tuan." jawaban itu membuat emosi Bara meledak sampai ke ubun-ubun. "Saya masih melanjutkan mencari informasi tentang Nona Sherren."Brak!Tak tahan mendengar ucapan Vino, Bara menggebrak meja kerjanya dengan keras. Tangannya terulur menarik kerah kemeja asistennya itu. Wajahnya memerah dengan gigi menggertak. Raut kemurkaan sangat jelas terlihat karena ia berani menyebut nama wanita yang sudah berani mempermainkannya. "Berapa tahun kau bekerja denganku, Vin?" tanya Bara membuat pria itu menunduk diam. Seorang Bara Melviano kalau sedang emosi, jawaban apapun pasti akan salah di matanya. Menjawab pun tak ada gunanya."Aku menyuruhmu untuk mencari Lea sampai ketemu dan membawa ke hadapanku, bukan malah memberi informasi wanita itu. Kau tahu, dia mau di manapun, dia matipun aku

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelayan special untuk Lea

    Bara berdiri merapihkan kemejanya yang sedikit berantakan, lalu melangkah maju menatap wajah Lea yang terus menunduk. "Davino?" panggil Bara. "Iya, Tuan." "Kira-kira hukuman apa yang pantas kuberikan pada gadis tak tahu diri ini?" ucap Bara, membuat Lea mengangkat wajahnya ke atas dan menggeleng cepat. Lea tak mau dihukum apapun. "Sebaiknya ..." "Aaaaaaa ... lepaskan!" baru saja Vino akan menjawab, Bara sudah menggendong gadis itu ala bridal style. Bara membawanya ke dalam kamar dan menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Brakkk "Kau bermain-main denganku, Lea! Kau melupakan sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan kita berdua." Bara mengepalkan tangannya erat-erat dan sedikit menggeram. "Maafkan aku, Tuan. Aku rasa kau tidak berhak mengurungku seperti ini! Tolong lepaskan aku!" Lea hendak berdiri, tapi Bara langsung menahan pergelangan tangannya dan kembali menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Tangan Lea mendorong kuat-kuat dada Bara, namun pria sialan itu malah mengapi

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Gadis yg tulus

    Lea menyipitkan mata saat cahaya pagi menerpa matanya. "Bodoh, kenapa aku bisa ketiduran." padahal Lea sudah menyiapkan cara bagaimana ia bisa keluar dari istana ini dengan memanfaatkan Oliv. Perlahan Lea bangun dan duduk di tepi pembaringan. Saat tak sengaja melihat dirinya di pantulan kaca, Lea pun terkejut karena dirinya sudah berganti pakaian. Padahal semalem Lea masih memakai dress dan belum menggantinya. Di tengah kebingungannya, Oliv datang entah dari mana. "Saya yang mengganti pakaian Anda semalem, Nona." Dengan senyum mengembang, Oliv berdiri di hadapan Lea sambil membungkuk hormat. "Kalau Nona butuh sesuatu jangan sungkan beritahu saya. Untuk sarapan pagi, chef profesional sudah menyiapkan sarapan untuk Nona di meja makan."Tidak! Ini sungguh berlebihan. Bara tidak mungkin memerintah Oliv memperlakukannya seperti Ratu di mansion ini. Mengingat perlakuan Bara waktu itu, mana mungkin dia berubah dalam sekejap. Atau mungkin pria itu punya maksud terselubung untuk mengelabu

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Aku tidak bisa mentoleransi pelayan itu

    "Kita tidak bisa diam saja, Ka. Kita harus lapor polisi!" ucap Lastri. Beberapa hari ini ia memikirkan sahabatnya itu. "Tidak semudah itu, Lastri. Tuan Bara bukan orang sembarangan." Randy memijat pelipisnya beberapa kali, memikirkan sang Adik yang kini berada di rumah Bara. Randy sudah meminta bukti cctv malam itu, namun satu pun dari mereka tak ada yang memberikannya. Bukannya dia diam saja, dia pun berusaha mati-matian untuk menyelamatkan Adiknya. "Ponsel Lea tidak aktiv. Bagaimana aku bisa tenang kalau Lea di sana baik-baik saja atau tidak." Keduanya nampak frustrasi. Apalagi Lastri adalah Sabahat Lea sejak kecil. Mana mungkin dia diam saja melihat sahabatnya yang mungkin menderita di sana. Sementara Lea kini tengah meminum teh ditemani Oliv. Oliv, baginya seperti manekin. Ia tidak bisa diajak bercanda seperti Lastri. Oliv hanya menjawab apapun yang Lea butuhkan. "Aku bosan membaca majalah ini. Adakah yang lain, Oliv?" tanya Lea. "Ada, Nona?" Oliv pun memberikan majalah yang

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Bukti kebenaran

    Brakk!!Bara melempar kasar semua bukti di tangannya ke hadapan Davino. Betapa tidak, bertahun-tahun menjadi asisten kepercayaannya baru inilah Davino tidak becus memberi informasi. Bagaimana mungkin ia bisa salah sasaran. Jelas dalam cctv tersebut, Randy masuk ke dalam kamar dengan membawa alat kebersihan. Sedangkan setelah Randy masuk, tak lama kemudian sepasang pria dan wanita mengintainya dan mereka mengikuti Randy masuk ke dalam kamar yang sama. Dari bukti cctv itu sang pria membawa sebuah pentungan yang diyakini alat itu untuk memukul Randy.Pria itu menggunakan masker dan juga penutup kepala. Namun, dari tubuh pria itu Bara bisa mengenalinya."Kau pikir kau bisa bebas dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas perbuatan mu!" Bara menggeram, tangannya mengepal erat, wajahnya merah padam."Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap Vino membuat Bara menatap asistennya itu dengan mata menyala."Diam kau bodoh! Kerjamu tidak becus akhir-akhir ini! Kau sadar tidak apa ke

Latest chapter

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Bukti kebenaran

    Brakk!!Bara melempar kasar semua bukti di tangannya ke hadapan Davino. Betapa tidak, bertahun-tahun menjadi asisten kepercayaannya baru inilah Davino tidak becus memberi informasi. Bagaimana mungkin ia bisa salah sasaran. Jelas dalam cctv tersebut, Randy masuk ke dalam kamar dengan membawa alat kebersihan. Sedangkan setelah Randy masuk, tak lama kemudian sepasang pria dan wanita mengintainya dan mereka mengikuti Randy masuk ke dalam kamar yang sama. Dari bukti cctv itu sang pria membawa sebuah pentungan yang diyakini alat itu untuk memukul Randy.Pria itu menggunakan masker dan juga penutup kepala. Namun, dari tubuh pria itu Bara bisa mengenalinya."Kau pikir kau bisa bebas dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas perbuatan mu!" Bara menggeram, tangannya mengepal erat, wajahnya merah padam."Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap Vino membuat Bara menatap asistennya itu dengan mata menyala."Diam kau bodoh! Kerjamu tidak becus akhir-akhir ini! Kau sadar tidak apa ke

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Aku tidak bisa mentoleransi pelayan itu

    "Kita tidak bisa diam saja, Ka. Kita harus lapor polisi!" ucap Lastri. Beberapa hari ini ia memikirkan sahabatnya itu. "Tidak semudah itu, Lastri. Tuan Bara bukan orang sembarangan." Randy memijat pelipisnya beberapa kali, memikirkan sang Adik yang kini berada di rumah Bara. Randy sudah meminta bukti cctv malam itu, namun satu pun dari mereka tak ada yang memberikannya. Bukannya dia diam saja, dia pun berusaha mati-matian untuk menyelamatkan Adiknya. "Ponsel Lea tidak aktiv. Bagaimana aku bisa tenang kalau Lea di sana baik-baik saja atau tidak." Keduanya nampak frustrasi. Apalagi Lastri adalah Sabahat Lea sejak kecil. Mana mungkin dia diam saja melihat sahabatnya yang mungkin menderita di sana. Sementara Lea kini tengah meminum teh ditemani Oliv. Oliv, baginya seperti manekin. Ia tidak bisa diajak bercanda seperti Lastri. Oliv hanya menjawab apapun yang Lea butuhkan. "Aku bosan membaca majalah ini. Adakah yang lain, Oliv?" tanya Lea. "Ada, Nona?" Oliv pun memberikan majalah yang

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Gadis yg tulus

    Lea menyipitkan mata saat cahaya pagi menerpa matanya. "Bodoh, kenapa aku bisa ketiduran." padahal Lea sudah menyiapkan cara bagaimana ia bisa keluar dari istana ini dengan memanfaatkan Oliv. Perlahan Lea bangun dan duduk di tepi pembaringan. Saat tak sengaja melihat dirinya di pantulan kaca, Lea pun terkejut karena dirinya sudah berganti pakaian. Padahal semalem Lea masih memakai dress dan belum menggantinya. Di tengah kebingungannya, Oliv datang entah dari mana. "Saya yang mengganti pakaian Anda semalem, Nona." Dengan senyum mengembang, Oliv berdiri di hadapan Lea sambil membungkuk hormat. "Kalau Nona butuh sesuatu jangan sungkan beritahu saya. Untuk sarapan pagi, chef profesional sudah menyiapkan sarapan untuk Nona di meja makan."Tidak! Ini sungguh berlebihan. Bara tidak mungkin memerintah Oliv memperlakukannya seperti Ratu di mansion ini. Mengingat perlakuan Bara waktu itu, mana mungkin dia berubah dalam sekejap. Atau mungkin pria itu punya maksud terselubung untuk mengelabu

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelayan special untuk Lea

    Bara berdiri merapihkan kemejanya yang sedikit berantakan, lalu melangkah maju menatap wajah Lea yang terus menunduk. "Davino?" panggil Bara. "Iya, Tuan." "Kira-kira hukuman apa yang pantas kuberikan pada gadis tak tahu diri ini?" ucap Bara, membuat Lea mengangkat wajahnya ke atas dan menggeleng cepat. Lea tak mau dihukum apapun. "Sebaiknya ..." "Aaaaaaa ... lepaskan!" baru saja Vino akan menjawab, Bara sudah menggendong gadis itu ala bridal style. Bara membawanya ke dalam kamar dan menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Brakkk "Kau bermain-main denganku, Lea! Kau melupakan sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan kita berdua." Bara mengepalkan tangannya erat-erat dan sedikit menggeram. "Maafkan aku, Tuan. Aku rasa kau tidak berhak mengurungku seperti ini! Tolong lepaskan aku!" Lea hendak berdiri, tapi Bara langsung menahan pergelangan tangannya dan kembali menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Tangan Lea mendorong kuat-kuat dada Bara, namun pria sialan itu malah mengapi

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Jangan cari saya!

    "Tuan, saya mendapat informasi kalau Nona Sherren kini berada di Paris," ucap Davino. Pria itu menghentikan kegiatannya yang tengah sibuk membaca buku. "Bagaimana dengan Lea, apa dia sudah ditemukan?" "Belum, Tuan." jawaban itu membuat emosi Bara meledak sampai ke ubun-ubun. "Saya masih melanjutkan mencari informasi tentang Nona Sherren."Brak!Tak tahan mendengar ucapan Vino, Bara menggebrak meja kerjanya dengan keras. Tangannya terulur menarik kerah kemeja asistennya itu. Wajahnya memerah dengan gigi menggertak. Raut kemurkaan sangat jelas terlihat karena ia berani menyebut nama wanita yang sudah berani mempermainkannya. "Berapa tahun kau bekerja denganku, Vin?" tanya Bara membuat pria itu menunduk diam. Seorang Bara Melviano kalau sedang emosi, jawaban apapun pasti akan salah di matanya. Menjawab pun tak ada gunanya."Aku menyuruhmu untuk mencari Lea sampai ketemu dan membawa ke hadapanku, bukan malah memberi informasi wanita itu. Kau tahu, dia mau di manapun, dia matipun aku

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Kabur

    Flashback On"Randy, tolong bersihkan kamar 205. Sebentar lagi mau ada yang masuk!" titah Manager Hotel malam itu.Dengan penuh semangat, Randy menjalankan perintah tersebut. Tetapi, hari itu nasib sial menimpanya. Tiba-tiba pintu Hotel terkunci rapat, Randy tidak menyadari ada orang yang masuk ke dalam kamar. Brak!Randy terjatuh sambil memegangi kepalanya yang sakit akibat pukulan benda tumpul. Ia hendak menoleh ke belakang, namun rasa pusing yang menjalar di kepalanya seolah tubuhnya terasa berputar. Detik kemudian, Randy pun jatuh pingsan."Maxim, apa yang kamu lakukan?" ucap seorang wanita berambut pirang dengan panik. "Aku tidak mau masuk penjara!" "Aku tak punya banyak waktu, Sherren. Aku belum siap ketahuan Kak Bara. Jika dia tahu tentang hubungan kita aku akan dibunuh."Maxim langsung memapah tubuh Randy dan menidurkannya di atas kasur. Ia juga melepas kaos yang Randy kenakan, hingga pria itu bertelanjang dada."Kenapa kau egois, Maxim? Kau menyelamatkan dirimu sendiri, sem

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Dibebaskan

    "Selamat pagi, Tuan. Ibu dan Adik Anda sudah menunggu di bawah untuk sarapan," ucap Vino membuat laki-laki itu mengangkat satu alisnya."Ngapain mereka ke sini?""Tidak tahu, Tuan. Katanya mau sarapan bersama.""Baik, aku segera turun," jawabnya yang diangguki kepala oleh Davino.Sementara Lea yang sudah terbangun dari awal hanya menyaksikan dua orang itu bicara dari kejauhan. Semalaman ia tidur di sofa dekat ujung jendela. Lelaki itu benar-benar tega. Ia tak memberikan Lea selimut untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan."Hei, kenapa kau masih di situ? Cepat mandi!" titahnya dengan tegas."Ta-tapi bukannya Anda juga akan mand ...""Kita mandi bersama!""A-apa?" mata Lea membulat sempurna. Mana mungkin ia mandi bareng dengan lelaki yang bukan suaminya.Tetapi, bukankah laki-laki itu sudah melihat semuanya. Lea merasa seperti wanita murahan yang tidak punya harga diri. Bahkan untuk melawan pun tidak sanggup. Lea hanya bisa mengangguk pasrah dengan helaan napas panjang.30 menit kemudia

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Menjadi budakmu

    Perlahan Lea membuka matanya yang terasa berat, tubuh dan tulangnya terasa remuk. Namun, tidak kalah perih bagian privasinya yang terkoyak seperti habis dimasuki benda besar dan panjang. Ini semua perbuatan lelaki kejam itu yang menggagahinya seperti singa kelaparan, sangat buas dan tak memberi jeda sedikit pun. Lea menggeram. Sialnya, dia teringat bagaimana expresi lelaki tersebut yang tertawa di atas penderitaannya. Spontan Lea bangkit dari tidurnya dan bersandar pada headboard ranjang dengan selimut yang dia tarik menutupi sampai batas dadanya. Gadis itu mengerang, merasakan denyutan kecil di kepalanya yang masih terasa. "Brengsek! Aku akan membalas semuanya. Lihat saja!" Lea meremas jari-jarinya yang terkepal kuat. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Lea ingat ia disekap di sebuah Hotel dengan lelaki kejam itu. Lalu, untuk apa ia dipindahkan ke sini? Tunggu, kamar mewah ini berhasil menyita perhatiannya. Kamar dengan aksen warna gold yang elegan. Ada cermin besa

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelampiasan

    "Aaaahhh ... sakit ... sakit." Teriakan menggema di sebuah hotel membuat Davino rasanya ingin mendobrak pintu dengan kencang. Tetapi, jika ia melakukannya pasti sang Tuan marah besar dan akan membunuhnya.Seorang pria dengan wajah babak belur mendekati pintu hendak menerobos masuk, namun kedua orang berbadan besar sudah mencekal pergelangan tangannya lebih dulu agar tak mengganggu kegiatan Tuannya di dalam sana."Vino, tolong selamatkan Adikku! Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini. Ku mohon ..." lirihnya dengan iba.Pria itu menangis memikirkan sang Adik di dalam sana yang berada di bawah kuasa Tuan kejam. Kedua pengawal terus saja mencekal tangannya dengan erat. Ia terus memberontak melepaskan diri.Vino mengusap wajahnya frustrasi. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika selangkah saja menyelamatkan sang gadis, maka habislah nyawanya di tangan Tuan kejam. Vino mondar-mandir di depan pintu, memikirkan sebuah cara agar Tuannya tidak bertindak lebih jauh.Semua penghuni hotel lang

DMCA.com Protection Status