Share

Gadis yg tulus

Author: Ele Storie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Lea menyipitkan mata saat cahaya pagi menerpa matanya.

"Bodoh, kenapa aku bisa ketiduran." padahal Lea sudah menyiapkan cara bagaimana ia bisa keluar dari istana ini dengan memanfaatkan Oliv.

Perlahan Lea bangun dan duduk di tepi pembaringan. Saat tak sengaja melihat dirinya di pantulan kaca, Lea pun terkejut karena dirinya sudah berganti pakaian. Padahal semalem Lea masih memakai dress dan belum menggantinya. Di tengah kebingungannya, Oliv datang entah dari mana.

"Saya yang mengganti pakaian Anda semalem, Nona."

Dengan senyum mengembang, Oliv berdiri di hadapan Lea sambil membungkuk hormat.

"Kalau Nona butuh sesuatu jangan sungkan beritahu saya. Untuk sarapan pagi, chef profesional sudah menyiapkan sarapan untuk Nona di meja makan."

Tidak! Ini sungguh berlebihan. Bara tidak mungkin memerintah Oliv memperlakukannya seperti Ratu di mansion ini. Mengingat perlakuan Bara waktu itu, mana mungkin dia berubah dalam sekejap. Atau mungkin pria itu punya maksud terselubung untuk mengelabui Lea?

Lupakan hal itu, ini kesempatan emas yang tidak akan datang dua kali. Lea bergegas untuk mandi setelahnya menghabiskan sarapan.

Selesai sarapan, Lea meminta Oliv mengantarnya ke taman belakang. Namun, dengan berat hati Oliv menolak. Sebab Bara tidak mengijinkan Lea kemana-mana setelah sarapan.

"Maaf, Nona. Anda harus masuk kamar lagi," ucap Oliv.

"Sebentar saja, Oliv. Aku ingin menghirup udara segar," ucap Lea memohon.

"Maaf, Nona. Tapi, Tuan bilang Anda tidak boleh melewati batas. Jika Anda melanggar, maka saya akan dihukum." Oliv mengatakan itu sambil menunduk ketakutan.

Lea menarik napas pelan. Pupus sudah harapannya untuk melarikan diri lagi. Kali ini, ia harus mengkhawatirkan nasib Oliv. Jika Bara sudah mengancamnya, pria itu tak segan-segan melakukan tindakan.

Dengan wajah lesu, Lea pun hendak kembali ke dalam kamar. Tapi baru beberapa langkah, ada seorang yang memanggilnya.

"Tunggu!" ucap wanita paruh baya.

Lea menoleh menatap wanita yang masih cantik di umurnya yang sudah tak lagi muda itu. Imelda berjalan anggun mendekati Lea.

"Siapa namamu gadis manis?" Imelda bertanya dengan senyum manisnya.

"A-aku Lea, Tante," jawab Lea gugup.

"Lea, saya adalah Imelda, ibu kandungnya Bara," ucapnya dengan ramah.

Sontak Lea terkejut, bagaimana bisa pria arrogant seperti Bara memiliki Ibu yang lembut seperti Imelda.

"Salam kenal, Tante," ucap Lea merasa gugup.

Imelda mengangguk, kemudian berkata "Saya sudah tahu semuanya dari Vino tentang kamu. Saya akan bantu Kakak mu mencari bukti bahwa dia tidak bersalah. Maafkan anak Tante, Lea."

Mendengar ucapan itu wajah Lea pun langsung sumringah.

"Benarkah Tante akan bantu Kakak ku? Tolonglah aku, Tante. Aku tidak mau menjadi budak Tuan Bara seumur hidup," ucap Lea dengan mengatupkan kedua tangannya di dada.

"Ya, Tante janji. Kau bersabarlah," ucap Imelda seraya mengusap lembut pipi Lea.

Sementara di kediaman lain, Bara melempar ponsel di tangannya hingga hancur berkeping-keping. Ia sangat marah mengetahui keberadaan sang mamah di rumahnya dan ikut campur urusannya.

Bara sendiri bingung dengan perasaannya. Mengapa seolah ia takut kehilangan gadis itu? Mengapa ia memberikan pelayanan bagus dengan mengirim Oliv sebagai pelayan special untuk Lea? Gadis itu pasti sedang mentertawakannya dan berpikir kalau ia mencintainya.

"Tidak, aku tidak mencintai gadis itu! Dengan memberi pelayanan yang nyaman, dia mungkin tidak akan pernah berpikir untuk kabur, karena aku di luar kota. Setelah aku kembali, dia akan kembali merasakan kepedihan seperti yang kuberikan waktu itu!" gumam Bara dengan rahang yang mengeras.

"Aaaaaaaa ...!"

Bara menghamburkan barang yang ada di dekatnya hingga semua berserakan di lantai. Perasaannya dengan Lea sungguh membuat kepalanya pusing. Bara terus membentengi hatinya aga tak jatuh cinta dengan gadis itu.

Mendengar suara keributan dari dalam, Vino pun langsung masuk. Ia melihat semua barang berantakan dan sudah pasti semua itu ulah Tuannya. Davino tidak kaget. Emosi pria yang menjadi Tuannya memang tidak stabil jika sedang marah. Vino langsung memberikan ponsel cadangan untuk Bara yang pasti akan dibutuhkan. Entah untuk ke berapa kali Bara membanting ponselnya hingga hancur berkeping-keping.

Bara menarik napas perlahan berusaha meredakan emosinya yang memuncak. Ia menjatuhkan bokongnya di kursi sambil memijat pelipisnya.

"Apa perlu kita batalkan kontrak dengan Pak Samsul, agar kita pulang sekarang, Tuan?" Davino mengerti apa yang dipikirkan Tuannya saat ini.

"Tidak! Aku tak akan membatalkan kontrak kerja sama ini hanya karena gadis itu," ucap Bara.

"Baiklah." Davino pun meninggalkan Bara sendirian.

Malam hari.

"Tuan, ini sedikit tambahan informasi tentang Nona Lea." Davino memberikan sebuah map coklat, menggesernya ke hadapan Bara.

Bara bungkam. Dia sedikit terhenyak membaca fakta itu. Emosinya mereda, berganti dengan rasa ingin tahu yang lebih besar. Ada sedikit rasa bersalah yang tiba-tiba menyergap. Di saat yang sama, dia ingin tahu seperti apa kehidupan Lea, keluarganya, juga semua yang berhubungan dengannya.

"Bagaimana kalau suatu saat memang Randy tidak bersalah, Tuan? Apa Anda akan membebaskan Nona Lea?" tanya Vino membuat Bara menatapnya serius.

"Bodoh! Kau yang mengirim perselingkuhan mereka padaku kan? Jika memang pria itu tak bersalah, kau akan ku bunuh sudah memberi informasi yang tidak jelas!"

Davino meneguk salivanya.

"Saya akan selidiki lebih lanjut dan masih mencari bukti yang akurat," ucap Vino.

Bara pun mengibaskan tangannya menyuruh Davino keluar.

Untuk beberapa saat, Bara termenung memikirkan ucapan asistennya itu. Bagaimana kalau Randy memang tidak bersalah. Apakah ia sanggup melepas gadis itu. Sementara sekeras apapun ia berusaha membentengi hatinya, pikirannya tetap tertuju pada Lea.

"Kenapa aku bisa jatuh cinta secepat ini?" Bara memijat pelipisnya yang terasa pusing. "Sial, kau pasti sudah gila, Bara!" Pria itu membodohi dirinya sendiri.

Hampir 30 tahun hidup di dunia, Bara tak pernah segampang ini luluh dengan wanita termasuk dengan kekasihnya sendiri. Bara berpacaran dengan sherren atas dasar kesepakatan bersama. Kalau tidak karena sesuatu, Bara tak akan sudi menjalin hubungan dengan wanita murahan seperti Sherren. Satu tahun menjalin hubungan dengan wanita itu, tak mudah membuat dirinya jatuh cinta. Padahal berbagai upaya Sherren lakukan agar Bara jatuh cinta padanya.

Tring

Satu pesan masuk ke dalam ponselnya Oliv. Ia langsung membaca isi pesan tersebut yang ternyata dari Tuannya.

"Sedang apa gadis itu?" Bara bertanya.

Oliv pun memotret Lea yang tengah tertidur pulas dengan memakai piyama berwarna pink yang seksi, sehingga menampilkan paha mulus Lea yang terpampang jelas.

Saat balasan masuk ke dalam ponselnya, Bara pun langsung membaca dan melihat foto tersebut.

"Kenapa wajah gadis ini membuatku nyaman. Melihat dia tertidur seperti ini, aku merasa dia gadis yang tulus," gumam Bara seraya memandangi wajah cantik Lea. Tanpa sadar senyum terukir di bibirnya.

Related chapters

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Aku tidak bisa mentoleransi pelayan itu

    "Kita tidak bisa diam saja, Ka. Kita harus lapor polisi!" ucap Lastri. Beberapa hari ini ia memikirkan sahabatnya itu. "Tidak semudah itu, Lastri. Tuan Bara bukan orang sembarangan." Randy memijat pelipisnya beberapa kali, memikirkan sang Adik yang kini berada di rumah Bara. Randy sudah meminta bukti cctv malam itu, namun satu pun dari mereka tak ada yang memberikannya. Bukannya dia diam saja, dia pun berusaha mati-matian untuk menyelamatkan Adiknya. "Ponsel Lea tidak aktiv. Bagaimana aku bisa tenang kalau Lea di sana baik-baik saja atau tidak." Keduanya nampak frustrasi. Apalagi Lastri adalah Sabahat Lea sejak kecil. Mana mungkin dia diam saja melihat sahabatnya yang mungkin menderita di sana. Sementara Lea kini tengah meminum teh ditemani Oliv. Oliv, baginya seperti manekin. Ia tidak bisa diajak bercanda seperti Lastri. Oliv hanya menjawab apapun yang Lea butuhkan. "Aku bosan membaca majalah ini. Adakah yang lain, Oliv?" tanya Lea. "Ada, Nona?" Oliv pun memberikan majalah yang

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Bukti kebenaran

    Brakk!!Bara melempar kasar semua bukti di tangannya ke hadapan Davino. Betapa tidak, bertahun-tahun menjadi asisten kepercayaannya baru inilah Davino tidak becus memberi informasi. Bagaimana mungkin ia bisa salah sasaran. Jelas dalam cctv tersebut, Randy masuk ke dalam kamar dengan membawa alat kebersihan. Sedangkan setelah Randy masuk, tak lama kemudian sepasang pria dan wanita mengintainya dan mereka mengikuti Randy masuk ke dalam kamar yang sama. Dari bukti cctv itu sang pria membawa sebuah pentungan yang diyakini alat itu untuk memukul Randy.Pria itu menggunakan masker dan juga penutup kepala. Namun, dari tubuh pria itu Bara bisa mengenalinya."Kau pikir kau bisa bebas dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas perbuatan mu!" Bara menggeram, tangannya mengepal erat, wajahnya merah padam."Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap Vino membuat Bara menatap asistennya itu dengan mata menyala."Diam kau bodoh! Kerjamu tidak becus akhir-akhir ini! Kau sadar tidak apa ke

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelampiasan

    "Aaaahhh ... sakit ... sakit." Teriakan menggema di sebuah hotel membuat Davino rasanya ingin mendobrak pintu dengan kencang. Tetapi, jika ia melakukannya pasti sang Tuan marah besar dan akan membunuhnya.Seorang pria dengan wajah babak belur mendekati pintu hendak menerobos masuk, namun kedua orang berbadan besar sudah mencekal pergelangan tangannya lebih dulu agar tak mengganggu kegiatan Tuannya di dalam sana."Vino, tolong selamatkan Adikku! Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini. Ku mohon ..." lirihnya dengan iba.Pria itu menangis memikirkan sang Adik di dalam sana yang berada di bawah kuasa Tuan kejam. Kedua pengawal terus saja mencekal tangannya dengan erat. Ia terus memberontak melepaskan diri.Vino mengusap wajahnya frustrasi. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika selangkah saja menyelamatkan sang gadis, maka habislah nyawanya di tangan Tuan kejam. Vino mondar-mandir di depan pintu, memikirkan sebuah cara agar Tuannya tidak bertindak lebih jauh.Semua penghuni hotel lang

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Menjadi budakmu

    Perlahan Lea membuka matanya yang terasa berat, tubuh dan tulangnya terasa remuk. Namun, tidak kalah perih bagian privasinya yang terkoyak seperti habis dimasuki benda besar dan panjang. Ini semua perbuatan lelaki kejam itu yang menggagahinya seperti singa kelaparan, sangat buas dan tak memberi jeda sedikit pun. Lea menggeram. Sialnya, dia teringat bagaimana expresi lelaki tersebut yang tertawa di atas penderitaannya. Spontan Lea bangkit dari tidurnya dan bersandar pada headboard ranjang dengan selimut yang dia tarik menutupi sampai batas dadanya. Gadis itu mengerang, merasakan denyutan kecil di kepalanya yang masih terasa. "Brengsek! Aku akan membalas semuanya. Lihat saja!" Lea meremas jari-jarinya yang terkepal kuat. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Lea ingat ia disekap di sebuah Hotel dengan lelaki kejam itu. Lalu, untuk apa ia dipindahkan ke sini? Tunggu, kamar mewah ini berhasil menyita perhatiannya. Kamar dengan aksen warna gold yang elegan. Ada cermin besa

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Dibebaskan

    "Selamat pagi, Tuan. Ibu dan Adik Anda sudah menunggu di bawah untuk sarapan," ucap Vino membuat laki-laki itu mengangkat satu alisnya."Ngapain mereka ke sini?""Tidak tahu, Tuan. Katanya mau sarapan bersama.""Baik, aku segera turun," jawabnya yang diangguki kepala oleh Davino.Sementara Lea yang sudah terbangun dari awal hanya menyaksikan dua orang itu bicara dari kejauhan. Semalaman ia tidur di sofa dekat ujung jendela. Lelaki itu benar-benar tega. Ia tak memberikan Lea selimut untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan."Hei, kenapa kau masih di situ? Cepat mandi!" titahnya dengan tegas."Ta-tapi bukannya Anda juga akan mand ...""Kita mandi bersama!""A-apa?" mata Lea membulat sempurna. Mana mungkin ia mandi bareng dengan lelaki yang bukan suaminya.Tetapi, bukankah laki-laki itu sudah melihat semuanya. Lea merasa seperti wanita murahan yang tidak punya harga diri. Bahkan untuk melawan pun tidak sanggup. Lea hanya bisa mengangguk pasrah dengan helaan napas panjang.30 menit kemudia

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Kabur

    Flashback On"Randy, tolong bersihkan kamar 205. Sebentar lagi mau ada yang masuk!" titah Manager Hotel malam itu.Dengan penuh semangat, Randy menjalankan perintah tersebut. Tetapi, hari itu nasib sial menimpanya. Tiba-tiba pintu Hotel terkunci rapat, Randy tidak menyadari ada orang yang masuk ke dalam kamar. Brak!Randy terjatuh sambil memegangi kepalanya yang sakit akibat pukulan benda tumpul. Ia hendak menoleh ke belakang, namun rasa pusing yang menjalar di kepalanya seolah tubuhnya terasa berputar. Detik kemudian, Randy pun jatuh pingsan."Maxim, apa yang kamu lakukan?" ucap seorang wanita berambut pirang dengan panik. "Aku tidak mau masuk penjara!" "Aku tak punya banyak waktu, Sherren. Aku belum siap ketahuan Kak Bara. Jika dia tahu tentang hubungan kita aku akan dibunuh."Maxim langsung memapah tubuh Randy dan menidurkannya di atas kasur. Ia juga melepas kaos yang Randy kenakan, hingga pria itu bertelanjang dada."Kenapa kau egois, Maxim? Kau menyelamatkan dirimu sendiri, sem

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Jangan cari saya!

    "Tuan, saya mendapat informasi kalau Nona Sherren kini berada di Paris," ucap Davino. Pria itu menghentikan kegiatannya yang tengah sibuk membaca buku. "Bagaimana dengan Lea, apa dia sudah ditemukan?" "Belum, Tuan." jawaban itu membuat emosi Bara meledak sampai ke ubun-ubun. "Saya masih melanjutkan mencari informasi tentang Nona Sherren."Brak!Tak tahan mendengar ucapan Vino, Bara menggebrak meja kerjanya dengan keras. Tangannya terulur menarik kerah kemeja asistennya itu. Wajahnya memerah dengan gigi menggertak. Raut kemurkaan sangat jelas terlihat karena ia berani menyebut nama wanita yang sudah berani mempermainkannya. "Berapa tahun kau bekerja denganku, Vin?" tanya Bara membuat pria itu menunduk diam. Seorang Bara Melviano kalau sedang emosi, jawaban apapun pasti akan salah di matanya. Menjawab pun tak ada gunanya."Aku menyuruhmu untuk mencari Lea sampai ketemu dan membawa ke hadapanku, bukan malah memberi informasi wanita itu. Kau tahu, dia mau di manapun, dia matipun aku

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelayan special untuk Lea

    Bara berdiri merapihkan kemejanya yang sedikit berantakan, lalu melangkah maju menatap wajah Lea yang terus menunduk. "Davino?" panggil Bara. "Iya, Tuan." "Kira-kira hukuman apa yang pantas kuberikan pada gadis tak tahu diri ini?" ucap Bara, membuat Lea mengangkat wajahnya ke atas dan menggeleng cepat. Lea tak mau dihukum apapun. "Sebaiknya ..." "Aaaaaaa ... lepaskan!" baru saja Vino akan menjawab, Bara sudah menggendong gadis itu ala bridal style. Bara membawanya ke dalam kamar dan menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Brakkk "Kau bermain-main denganku, Lea! Kau melupakan sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan kita berdua." Bara mengepalkan tangannya erat-erat dan sedikit menggeram. "Maafkan aku, Tuan. Aku rasa kau tidak berhak mengurungku seperti ini! Tolong lepaskan aku!" Lea hendak berdiri, tapi Bara langsung menahan pergelangan tangannya dan kembali menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Tangan Lea mendorong kuat-kuat dada Bara, namun pria sialan itu malah mengapi

Latest chapter

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Bukti kebenaran

    Brakk!!Bara melempar kasar semua bukti di tangannya ke hadapan Davino. Betapa tidak, bertahun-tahun menjadi asisten kepercayaannya baru inilah Davino tidak becus memberi informasi. Bagaimana mungkin ia bisa salah sasaran. Jelas dalam cctv tersebut, Randy masuk ke dalam kamar dengan membawa alat kebersihan. Sedangkan setelah Randy masuk, tak lama kemudian sepasang pria dan wanita mengintainya dan mereka mengikuti Randy masuk ke dalam kamar yang sama. Dari bukti cctv itu sang pria membawa sebuah pentungan yang diyakini alat itu untuk memukul Randy.Pria itu menggunakan masker dan juga penutup kepala. Namun, dari tubuh pria itu Bara bisa mengenalinya."Kau pikir kau bisa bebas dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas perbuatan mu!" Bara menggeram, tangannya mengepal erat, wajahnya merah padam."Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap Vino membuat Bara menatap asistennya itu dengan mata menyala."Diam kau bodoh! Kerjamu tidak becus akhir-akhir ini! Kau sadar tidak apa ke

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Aku tidak bisa mentoleransi pelayan itu

    "Kita tidak bisa diam saja, Ka. Kita harus lapor polisi!" ucap Lastri. Beberapa hari ini ia memikirkan sahabatnya itu. "Tidak semudah itu, Lastri. Tuan Bara bukan orang sembarangan." Randy memijat pelipisnya beberapa kali, memikirkan sang Adik yang kini berada di rumah Bara. Randy sudah meminta bukti cctv malam itu, namun satu pun dari mereka tak ada yang memberikannya. Bukannya dia diam saja, dia pun berusaha mati-matian untuk menyelamatkan Adiknya. "Ponsel Lea tidak aktiv. Bagaimana aku bisa tenang kalau Lea di sana baik-baik saja atau tidak." Keduanya nampak frustrasi. Apalagi Lastri adalah Sabahat Lea sejak kecil. Mana mungkin dia diam saja melihat sahabatnya yang mungkin menderita di sana. Sementara Lea kini tengah meminum teh ditemani Oliv. Oliv, baginya seperti manekin. Ia tidak bisa diajak bercanda seperti Lastri. Oliv hanya menjawab apapun yang Lea butuhkan. "Aku bosan membaca majalah ini. Adakah yang lain, Oliv?" tanya Lea. "Ada, Nona?" Oliv pun memberikan majalah yang

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Gadis yg tulus

    Lea menyipitkan mata saat cahaya pagi menerpa matanya. "Bodoh, kenapa aku bisa ketiduran." padahal Lea sudah menyiapkan cara bagaimana ia bisa keluar dari istana ini dengan memanfaatkan Oliv. Perlahan Lea bangun dan duduk di tepi pembaringan. Saat tak sengaja melihat dirinya di pantulan kaca, Lea pun terkejut karena dirinya sudah berganti pakaian. Padahal semalem Lea masih memakai dress dan belum menggantinya. Di tengah kebingungannya, Oliv datang entah dari mana. "Saya yang mengganti pakaian Anda semalem, Nona." Dengan senyum mengembang, Oliv berdiri di hadapan Lea sambil membungkuk hormat. "Kalau Nona butuh sesuatu jangan sungkan beritahu saya. Untuk sarapan pagi, chef profesional sudah menyiapkan sarapan untuk Nona di meja makan."Tidak! Ini sungguh berlebihan. Bara tidak mungkin memerintah Oliv memperlakukannya seperti Ratu di mansion ini. Mengingat perlakuan Bara waktu itu, mana mungkin dia berubah dalam sekejap. Atau mungkin pria itu punya maksud terselubung untuk mengelabu

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelayan special untuk Lea

    Bara berdiri merapihkan kemejanya yang sedikit berantakan, lalu melangkah maju menatap wajah Lea yang terus menunduk. "Davino?" panggil Bara. "Iya, Tuan." "Kira-kira hukuman apa yang pantas kuberikan pada gadis tak tahu diri ini?" ucap Bara, membuat Lea mengangkat wajahnya ke atas dan menggeleng cepat. Lea tak mau dihukum apapun. "Sebaiknya ..." "Aaaaaaa ... lepaskan!" baru saja Vino akan menjawab, Bara sudah menggendong gadis itu ala bridal style. Bara membawanya ke dalam kamar dan menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Brakkk "Kau bermain-main denganku, Lea! Kau melupakan sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan kita berdua." Bara mengepalkan tangannya erat-erat dan sedikit menggeram. "Maafkan aku, Tuan. Aku rasa kau tidak berhak mengurungku seperti ini! Tolong lepaskan aku!" Lea hendak berdiri, tapi Bara langsung menahan pergelangan tangannya dan kembali menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Tangan Lea mendorong kuat-kuat dada Bara, namun pria sialan itu malah mengapi

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Jangan cari saya!

    "Tuan, saya mendapat informasi kalau Nona Sherren kini berada di Paris," ucap Davino. Pria itu menghentikan kegiatannya yang tengah sibuk membaca buku. "Bagaimana dengan Lea, apa dia sudah ditemukan?" "Belum, Tuan." jawaban itu membuat emosi Bara meledak sampai ke ubun-ubun. "Saya masih melanjutkan mencari informasi tentang Nona Sherren."Brak!Tak tahan mendengar ucapan Vino, Bara menggebrak meja kerjanya dengan keras. Tangannya terulur menarik kerah kemeja asistennya itu. Wajahnya memerah dengan gigi menggertak. Raut kemurkaan sangat jelas terlihat karena ia berani menyebut nama wanita yang sudah berani mempermainkannya. "Berapa tahun kau bekerja denganku, Vin?" tanya Bara membuat pria itu menunduk diam. Seorang Bara Melviano kalau sedang emosi, jawaban apapun pasti akan salah di matanya. Menjawab pun tak ada gunanya."Aku menyuruhmu untuk mencari Lea sampai ketemu dan membawa ke hadapanku, bukan malah memberi informasi wanita itu. Kau tahu, dia mau di manapun, dia matipun aku

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Kabur

    Flashback On"Randy, tolong bersihkan kamar 205. Sebentar lagi mau ada yang masuk!" titah Manager Hotel malam itu.Dengan penuh semangat, Randy menjalankan perintah tersebut. Tetapi, hari itu nasib sial menimpanya. Tiba-tiba pintu Hotel terkunci rapat, Randy tidak menyadari ada orang yang masuk ke dalam kamar. Brak!Randy terjatuh sambil memegangi kepalanya yang sakit akibat pukulan benda tumpul. Ia hendak menoleh ke belakang, namun rasa pusing yang menjalar di kepalanya seolah tubuhnya terasa berputar. Detik kemudian, Randy pun jatuh pingsan."Maxim, apa yang kamu lakukan?" ucap seorang wanita berambut pirang dengan panik. "Aku tidak mau masuk penjara!" "Aku tak punya banyak waktu, Sherren. Aku belum siap ketahuan Kak Bara. Jika dia tahu tentang hubungan kita aku akan dibunuh."Maxim langsung memapah tubuh Randy dan menidurkannya di atas kasur. Ia juga melepas kaos yang Randy kenakan, hingga pria itu bertelanjang dada."Kenapa kau egois, Maxim? Kau menyelamatkan dirimu sendiri, sem

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Dibebaskan

    "Selamat pagi, Tuan. Ibu dan Adik Anda sudah menunggu di bawah untuk sarapan," ucap Vino membuat laki-laki itu mengangkat satu alisnya."Ngapain mereka ke sini?""Tidak tahu, Tuan. Katanya mau sarapan bersama.""Baik, aku segera turun," jawabnya yang diangguki kepala oleh Davino.Sementara Lea yang sudah terbangun dari awal hanya menyaksikan dua orang itu bicara dari kejauhan. Semalaman ia tidur di sofa dekat ujung jendela. Lelaki itu benar-benar tega. Ia tak memberikan Lea selimut untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan."Hei, kenapa kau masih di situ? Cepat mandi!" titahnya dengan tegas."Ta-tapi bukannya Anda juga akan mand ...""Kita mandi bersama!""A-apa?" mata Lea membulat sempurna. Mana mungkin ia mandi bareng dengan lelaki yang bukan suaminya.Tetapi, bukankah laki-laki itu sudah melihat semuanya. Lea merasa seperti wanita murahan yang tidak punya harga diri. Bahkan untuk melawan pun tidak sanggup. Lea hanya bisa mengangguk pasrah dengan helaan napas panjang.30 menit kemudia

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Menjadi budakmu

    Perlahan Lea membuka matanya yang terasa berat, tubuh dan tulangnya terasa remuk. Namun, tidak kalah perih bagian privasinya yang terkoyak seperti habis dimasuki benda besar dan panjang. Ini semua perbuatan lelaki kejam itu yang menggagahinya seperti singa kelaparan, sangat buas dan tak memberi jeda sedikit pun. Lea menggeram. Sialnya, dia teringat bagaimana expresi lelaki tersebut yang tertawa di atas penderitaannya. Spontan Lea bangkit dari tidurnya dan bersandar pada headboard ranjang dengan selimut yang dia tarik menutupi sampai batas dadanya. Gadis itu mengerang, merasakan denyutan kecil di kepalanya yang masih terasa. "Brengsek! Aku akan membalas semuanya. Lihat saja!" Lea meremas jari-jarinya yang terkepal kuat. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Lea ingat ia disekap di sebuah Hotel dengan lelaki kejam itu. Lalu, untuk apa ia dipindahkan ke sini? Tunggu, kamar mewah ini berhasil menyita perhatiannya. Kamar dengan aksen warna gold yang elegan. Ada cermin besa

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelampiasan

    "Aaaahhh ... sakit ... sakit." Teriakan menggema di sebuah hotel membuat Davino rasanya ingin mendobrak pintu dengan kencang. Tetapi, jika ia melakukannya pasti sang Tuan marah besar dan akan membunuhnya.Seorang pria dengan wajah babak belur mendekati pintu hendak menerobos masuk, namun kedua orang berbadan besar sudah mencekal pergelangan tangannya lebih dulu agar tak mengganggu kegiatan Tuannya di dalam sana."Vino, tolong selamatkan Adikku! Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini. Ku mohon ..." lirihnya dengan iba.Pria itu menangis memikirkan sang Adik di dalam sana yang berada di bawah kuasa Tuan kejam. Kedua pengawal terus saja mencekal tangannya dengan erat. Ia terus memberontak melepaskan diri.Vino mengusap wajahnya frustrasi. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika selangkah saja menyelamatkan sang gadis, maka habislah nyawanya di tangan Tuan kejam. Vino mondar-mandir di depan pintu, memikirkan sebuah cara agar Tuannya tidak bertindak lebih jauh.Semua penghuni hotel lang

DMCA.com Protection Status