Beranda / CEO / Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam / Pelayan special untuk Lea

Share

Pelayan special untuk Lea

Penulis: Ele Storie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bara berdiri merapihkan kemejanya yang sedikit berantakan, lalu melangkah maju menatap wajah Lea yang terus menunduk.

"Davino?" panggil Bara.

"Iya, Tuan."

"Kira-kira hukuman apa yang pantas kuberikan pada gadis tak tahu diri ini?" ucap Bara, membuat Lea mengangkat wajahnya ke atas dan menggeleng cepat. Lea tak mau dihukum apapun.

"Sebaiknya ..."

"Aaaaaaa ... lepaskan!" baru saja Vino akan menjawab, Bara sudah menggendong gadis itu ala bridal style.

Bara membawanya ke dalam kamar dan menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang.

Brakkk

"Kau bermain-main denganku, Lea! Kau melupakan sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan kita berdua." Bara mengepalkan tangannya erat-erat dan sedikit menggeram.

"Maafkan aku, Tuan. Aku rasa kau tidak berhak mengurungku seperti ini! Tolong lepaskan aku!" Lea hendak berdiri, tapi Bara langsung menahan pergelangan tangannya dan kembali menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang.

Tangan Lea mendorong kuat-kuat dada Bara, namun pria sialan itu malah mengapit kedua tangan Lea dan menatapnya seperti monster yang siap menerkam. Bara langsung melumat bibir Lea saat gadis itu ingin berteriak. Lea berontak sekuat tenaga, tapi semakin lama Lea merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ia pasrah di bawah Kungkungan Tuan kejam yang ingin menyerangnya. Tanpa peduli ciuman itu seakan mengambil seluruh persediaan napasnya. Lea mencengkram bed cover, tidak tahu mana yang membuatnya sesak, saat dirinya tertangkap lagi, atau ciuman Bara yang membuat kepalanya terasa berputar. Bibir pria itu seakan meraup bibir Lea, menghisap bibir bawah dan atasnya secara bergantian.

Dengan sedikit paksaan Bara menghentikannya dengan wajah mereka yang masih tanpa jarak.

"Semua yang ada di dirimu adalah milikku," ucap Bara masih dengan napas tersengal.

Lea tak mengerti sepenuhnya ucapan Bara tersebut. Tapi, jika ia mencoba menelaah, bagi Bara dirinya adalah bonekanya. Dia sudah memutuskan untuk menjadi bagian dari segala permainan Bara, dan sudah semestinya dia menuruti segala permintaan pria ini. Termasuk menyerahkan seluruh kehidupannya pada Bara.

Bara bangun dan duduk di tepi pembaringan, kemudian memasang kembali kancing-kancing kemejanya yang terbuka.

"Jika sekali lagi kau melarikan diri, aku tidak segan membuat perhitungan padamu!" Bara langsung keluar kamar setelah mengatakan itu.

Sementara Lea, bersandar di tepi ranjang sambil memeluk kedua lututnya. Sakit? Tentu saja hatinya sakit diperlakukan seperti ini. Mengapa takdir begitu kejam mempertemukan ia dengan Bara akibat kesalahan pahaman yang terjadi. Semua seperti mimpi buruk baginya.

Larut dalam kesedihan, Lea pun tertidur pulas.

Jam menunjukkan pukul 10 malam, Lea terbangun saat sentuhan tangan memeluk erat dirinya dari belakang. Saat Lea hendak menyingkirkan tangan itu, justru pria itu memeluknya semakin erat.

"Kau mau kabur lagi?" ucapan Bara yang terdengar seksi di telinganya, membuat Lea menarik napas perlahan. Aroma yang tercium dari mulut pria itu membuat tubuhnya langsung meremang.

Lea pun memutar perlahan tubuhnya ke belakang menatap Bara dengan intens. Kini wajah keduanya hanya berjarak beberapa senti.

Tampan, mungkin kata itu yang ingin Lea ucapkan. Lelaki di depan matanya ini sungguh sempurna, memiliki rahang tegas, alis tebal, dan hidung yang mancung. Namun semua itu berbanding terbalik dengan sikapnya yang arrogant.

"Aku ingin ke kamar mandi," ucap Lea.

Bara langsung membuka matanya menatap wajah Lea yang terlihat sembab. Beberapa hari bersama gadis ini Bara menyadari sifatnya yang tidak mudah ditebak. Kadang Lea menjadi penurut, kadang juga ia suka melawan. Bara harus bisa mengendalikan emosinya saat bersama Lea.

"Mandilah, dan pakai baju yang sudah ku siapkan di lemari!" ucap Bara membuat Lea mengangguk. Toh, dirinya hanya punya baju yang menempel di dirinya saat ini. Bara tak mungkin mengijinkan ia untuk mengambil semua baju-bajunya di kontrakan.

Selesai mandi, Lea hendak memakai baju yang katanya sudah disiapkan Lelaki itu. Tetapi saat membuka lemari, Lea terhenyak melihat banyaknya pakaian wanita yang berjejer rapi di dalam sana. Apakah Bara memang sengaja menyediakan ini untuknya? Semua pakaian ini terlihat sangat mahal. Tak banyak berpikir, Lea langsung mengambil satu dress yang menarik perhatiannya, sebuah dress warna hitam yang dipadukan putih dengan motif bunga yang elegan. Lea langsung mengenakannya dan memutar tubuhnya di depan cermin. Tanpa sadar, senyum terukir di bibir manisnya. Kali pertama Lea memakai pakaian semewah ini. Mungkin Lea tak sanggup membeli pakaian ini, tapi untuk CEO arrogant seperti Bara Melviano yang memiliki perusahaan besar, bukan mustahil baginya jika ingin membeli satu stel pakaian wanita seperti yang dia kenakan sekarang. Jangankan satu stel, satu mall pun bisa dia beli dengan sekejap mata.

Tunggu, apa yang kau lakukan Lea? Tidakkah dia menyadari bahwa sepasang mata memperhatikannya dari tadi. Sontak Lea menoleh ke belakang melihat Bara yang kini tengah menatapnya tanpa berkedip. Lelaki itu duduk santai dengan menyilangkan kakinya sambil menopang dagu.

Wajah Lea langsung merah merona. Ia menundukkan pandangannya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Kenapa kau malu? Aku suka melihatmu seperti itu. Berputar ria di depan cermin dan senyum-senyum sendiri seperti orang gila." Bara menyunggingkan senyum, ia berjalan menghampiri Lea.

"Jika kau senang, aku akan membelikannya lagi," ucap Bara. Ia menyentuh lembut pipi Lea yang terus menunduk. "Kau cantik."

Mendengar pujian itu, Lea langsung mendongak menatap wajah Bara. Apa dirinya tidak salah dengar? Seorang Tuan kejam yang tega menyiksanya waktu itu kini sikapnya berubah 180 derajat. Mana mungkin? Keduanya pun larut dalam tatapan masing-masing. Bara hendak menyatukan bibirnya di bibir Lea, namun suara ketukan pintu membuatnya langsung tersadar.

"Maaf mengganggu, Tuan. Ada yang ingin bertemu dengan Anda," ucap Vino sambil membungkuk hormat.

"Ya." Bara langsung keluar kamar dan mengunci pintu, meninggalkan Lea yang masih terpaku di tempatnya.

"Mengapa tatapan itu berbeda?" Lea sedikit tercenung. "Ah, tidak! Tuan kejam itu tidak boleh mencintaiku! Tapi, mana mungkin Lea. Sekelas Bara Melviano pasti bukan dirinya. Kau ini hanya budak. Ya, Kau hanya budak pelampiasannya." Lea mengingatkan dirinya sendiri.

Ceklek

Seorang wanita dewasa datang dengan membungkuk hormat.

"Perkenalkan, Nona. Nama saya Olivia, dan Nona bisa memanggil saya Oliv," ucapnya memperkenalkan diri. "Saya pelayan special yang ditugaskan memenuhi kebutuhan yang Nona Lea minta," ucap Oliv dengan senyum yang mengembang.

"Apa?" Lea tidak salah dengar kan? Untuk apa Bara memerintahkan pelayan special untuknya? Bukankah statusnya di rumah ini hanya budak?

"Tidak, kau pasti salah, Oliv. Aku di sini bukan siapa-siapa, dan kalaupun aku butuh sesuatu aku bisa sendiri," ucap Lea.

"Ini semua atas perintah Tuan Bara dan Nona tidak bisa menolak!" ucap Oliv.

Apa maksud lelaki itu? Lea sungguh dibuat bingung. "Aku akan bicara dengan Tuan Bara, di mana dia?"

"Tuan Bara sedang keluar kota. Maka dari itu saya ditugaskan untuk menemani Anda."

"Keluar kota? Tuan Bara tidak mengatakan apapun tadi," ucap Lea terkejut. "Eh, lagi pula aku bukan siapa-siapa. Mana mungkin Tuan Bara akan ijin jika mau pergi kemana. Itu bukan urusanku."

"Tapi, bukankah ini kesempatan bagus untuk melarikan diri? Tidak ada salahnya mencoba lagi. Ia akan pergi jauh dimana Bara tidak akan pernah bisa menemukannya lagi.

Bab terkait

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Gadis yg tulus

    Lea menyipitkan mata saat cahaya pagi menerpa matanya. "Bodoh, kenapa aku bisa ketiduran." padahal Lea sudah menyiapkan cara bagaimana ia bisa keluar dari istana ini dengan memanfaatkan Oliv. Perlahan Lea bangun dan duduk di tepi pembaringan. Saat tak sengaja melihat dirinya di pantulan kaca, Lea pun terkejut karena dirinya sudah berganti pakaian. Padahal semalem Lea masih memakai dress dan belum menggantinya. Di tengah kebingungannya, Oliv datang entah dari mana. "Saya yang mengganti pakaian Anda semalem, Nona." Dengan senyum mengembang, Oliv berdiri di hadapan Lea sambil membungkuk hormat. "Kalau Nona butuh sesuatu jangan sungkan beritahu saya. Untuk sarapan pagi, chef profesional sudah menyiapkan sarapan untuk Nona di meja makan."Tidak! Ini sungguh berlebihan. Bara tidak mungkin memerintah Oliv memperlakukannya seperti Ratu di mansion ini. Mengingat perlakuan Bara waktu itu, mana mungkin dia berubah dalam sekejap. Atau mungkin pria itu punya maksud terselubung untuk mengelabu

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Aku tidak bisa mentoleransi pelayan itu

    "Kita tidak bisa diam saja, Ka. Kita harus lapor polisi!" ucap Lastri. Beberapa hari ini ia memikirkan sahabatnya itu. "Tidak semudah itu, Lastri. Tuan Bara bukan orang sembarangan." Randy memijat pelipisnya beberapa kali, memikirkan sang Adik yang kini berada di rumah Bara. Randy sudah meminta bukti cctv malam itu, namun satu pun dari mereka tak ada yang memberikannya. Bukannya dia diam saja, dia pun berusaha mati-matian untuk menyelamatkan Adiknya. "Ponsel Lea tidak aktiv. Bagaimana aku bisa tenang kalau Lea di sana baik-baik saja atau tidak." Keduanya nampak frustrasi. Apalagi Lastri adalah Sabahat Lea sejak kecil. Mana mungkin dia diam saja melihat sahabatnya yang mungkin menderita di sana. Sementara Lea kini tengah meminum teh ditemani Oliv. Oliv, baginya seperti manekin. Ia tidak bisa diajak bercanda seperti Lastri. Oliv hanya menjawab apapun yang Lea butuhkan. "Aku bosan membaca majalah ini. Adakah yang lain, Oliv?" tanya Lea. "Ada, Nona?" Oliv pun memberikan majalah yang

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Bukti kebenaran

    Brakk!!Bara melempar kasar semua bukti di tangannya ke hadapan Davino. Betapa tidak, bertahun-tahun menjadi asisten kepercayaannya baru inilah Davino tidak becus memberi informasi. Bagaimana mungkin ia bisa salah sasaran. Jelas dalam cctv tersebut, Randy masuk ke dalam kamar dengan membawa alat kebersihan. Sedangkan setelah Randy masuk, tak lama kemudian sepasang pria dan wanita mengintainya dan mereka mengikuti Randy masuk ke dalam kamar yang sama. Dari bukti cctv itu sang pria membawa sebuah pentungan yang diyakini alat itu untuk memukul Randy.Pria itu menggunakan masker dan juga penutup kepala. Namun, dari tubuh pria itu Bara bisa mengenalinya."Kau pikir kau bisa bebas dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas perbuatan mu!" Bara menggeram, tangannya mengepal erat, wajahnya merah padam."Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap Vino membuat Bara menatap asistennya itu dengan mata menyala."Diam kau bodoh! Kerjamu tidak becus akhir-akhir ini! Kau sadar tidak apa ke

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelampiasan

    "Aaaahhh ... sakit ... sakit." Teriakan menggema di sebuah hotel membuat Davino rasanya ingin mendobrak pintu dengan kencang. Tetapi, jika ia melakukannya pasti sang Tuan marah besar dan akan membunuhnya.Seorang pria dengan wajah babak belur mendekati pintu hendak menerobos masuk, namun kedua orang berbadan besar sudah mencekal pergelangan tangannya lebih dulu agar tak mengganggu kegiatan Tuannya di dalam sana."Vino, tolong selamatkan Adikku! Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini. Ku mohon ..." lirihnya dengan iba.Pria itu menangis memikirkan sang Adik di dalam sana yang berada di bawah kuasa Tuan kejam. Kedua pengawal terus saja mencekal tangannya dengan erat. Ia terus memberontak melepaskan diri.Vino mengusap wajahnya frustrasi. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika selangkah saja menyelamatkan sang gadis, maka habislah nyawanya di tangan Tuan kejam. Vino mondar-mandir di depan pintu, memikirkan sebuah cara agar Tuannya tidak bertindak lebih jauh.Semua penghuni hotel lang

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Menjadi budakmu

    Perlahan Lea membuka matanya yang terasa berat, tubuh dan tulangnya terasa remuk. Namun, tidak kalah perih bagian privasinya yang terkoyak seperti habis dimasuki benda besar dan panjang. Ini semua perbuatan lelaki kejam itu yang menggagahinya seperti singa kelaparan, sangat buas dan tak memberi jeda sedikit pun. Lea menggeram. Sialnya, dia teringat bagaimana expresi lelaki tersebut yang tertawa di atas penderitaannya. Spontan Lea bangkit dari tidurnya dan bersandar pada headboard ranjang dengan selimut yang dia tarik menutupi sampai batas dadanya. Gadis itu mengerang, merasakan denyutan kecil di kepalanya yang masih terasa. "Brengsek! Aku akan membalas semuanya. Lihat saja!" Lea meremas jari-jarinya yang terkepal kuat. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Lea ingat ia disekap di sebuah Hotel dengan lelaki kejam itu. Lalu, untuk apa ia dipindahkan ke sini? Tunggu, kamar mewah ini berhasil menyita perhatiannya. Kamar dengan aksen warna gold yang elegan. Ada cermin besa

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Dibebaskan

    "Selamat pagi, Tuan. Ibu dan Adik Anda sudah menunggu di bawah untuk sarapan," ucap Vino membuat laki-laki itu mengangkat satu alisnya."Ngapain mereka ke sini?""Tidak tahu, Tuan. Katanya mau sarapan bersama.""Baik, aku segera turun," jawabnya yang diangguki kepala oleh Davino.Sementara Lea yang sudah terbangun dari awal hanya menyaksikan dua orang itu bicara dari kejauhan. Semalaman ia tidur di sofa dekat ujung jendela. Lelaki itu benar-benar tega. Ia tak memberikan Lea selimut untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan."Hei, kenapa kau masih di situ? Cepat mandi!" titahnya dengan tegas."Ta-tapi bukannya Anda juga akan mand ...""Kita mandi bersama!""A-apa?" mata Lea membulat sempurna. Mana mungkin ia mandi bareng dengan lelaki yang bukan suaminya.Tetapi, bukankah laki-laki itu sudah melihat semuanya. Lea merasa seperti wanita murahan yang tidak punya harga diri. Bahkan untuk melawan pun tidak sanggup. Lea hanya bisa mengangguk pasrah dengan helaan napas panjang.30 menit kemudia

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Kabur

    Flashback On"Randy, tolong bersihkan kamar 205. Sebentar lagi mau ada yang masuk!" titah Manager Hotel malam itu.Dengan penuh semangat, Randy menjalankan perintah tersebut. Tetapi, hari itu nasib sial menimpanya. Tiba-tiba pintu Hotel terkunci rapat, Randy tidak menyadari ada orang yang masuk ke dalam kamar. Brak!Randy terjatuh sambil memegangi kepalanya yang sakit akibat pukulan benda tumpul. Ia hendak menoleh ke belakang, namun rasa pusing yang menjalar di kepalanya seolah tubuhnya terasa berputar. Detik kemudian, Randy pun jatuh pingsan."Maxim, apa yang kamu lakukan?" ucap seorang wanita berambut pirang dengan panik. "Aku tidak mau masuk penjara!" "Aku tak punya banyak waktu, Sherren. Aku belum siap ketahuan Kak Bara. Jika dia tahu tentang hubungan kita aku akan dibunuh."Maxim langsung memapah tubuh Randy dan menidurkannya di atas kasur. Ia juga melepas kaos yang Randy kenakan, hingga pria itu bertelanjang dada."Kenapa kau egois, Maxim? Kau menyelamatkan dirimu sendiri, sem

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Jangan cari saya!

    "Tuan, saya mendapat informasi kalau Nona Sherren kini berada di Paris," ucap Davino. Pria itu menghentikan kegiatannya yang tengah sibuk membaca buku. "Bagaimana dengan Lea, apa dia sudah ditemukan?" "Belum, Tuan." jawaban itu membuat emosi Bara meledak sampai ke ubun-ubun. "Saya masih melanjutkan mencari informasi tentang Nona Sherren."Brak!Tak tahan mendengar ucapan Vino, Bara menggebrak meja kerjanya dengan keras. Tangannya terulur menarik kerah kemeja asistennya itu. Wajahnya memerah dengan gigi menggertak. Raut kemurkaan sangat jelas terlihat karena ia berani menyebut nama wanita yang sudah berani mempermainkannya. "Berapa tahun kau bekerja denganku, Vin?" tanya Bara membuat pria itu menunduk diam. Seorang Bara Melviano kalau sedang emosi, jawaban apapun pasti akan salah di matanya. Menjawab pun tak ada gunanya."Aku menyuruhmu untuk mencari Lea sampai ketemu dan membawa ke hadapanku, bukan malah memberi informasi wanita itu. Kau tahu, dia mau di manapun, dia matipun aku

Bab terbaru

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Bukti kebenaran

    Brakk!!Bara melempar kasar semua bukti di tangannya ke hadapan Davino. Betapa tidak, bertahun-tahun menjadi asisten kepercayaannya baru inilah Davino tidak becus memberi informasi. Bagaimana mungkin ia bisa salah sasaran. Jelas dalam cctv tersebut, Randy masuk ke dalam kamar dengan membawa alat kebersihan. Sedangkan setelah Randy masuk, tak lama kemudian sepasang pria dan wanita mengintainya dan mereka mengikuti Randy masuk ke dalam kamar yang sama. Dari bukti cctv itu sang pria membawa sebuah pentungan yang diyakini alat itu untuk memukul Randy.Pria itu menggunakan masker dan juga penutup kepala. Namun, dari tubuh pria itu Bara bisa mengenalinya."Kau pikir kau bisa bebas dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas perbuatan mu!" Bara menggeram, tangannya mengepal erat, wajahnya merah padam."Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap Vino membuat Bara menatap asistennya itu dengan mata menyala."Diam kau bodoh! Kerjamu tidak becus akhir-akhir ini! Kau sadar tidak apa ke

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Aku tidak bisa mentoleransi pelayan itu

    "Kita tidak bisa diam saja, Ka. Kita harus lapor polisi!" ucap Lastri. Beberapa hari ini ia memikirkan sahabatnya itu. "Tidak semudah itu, Lastri. Tuan Bara bukan orang sembarangan." Randy memijat pelipisnya beberapa kali, memikirkan sang Adik yang kini berada di rumah Bara. Randy sudah meminta bukti cctv malam itu, namun satu pun dari mereka tak ada yang memberikannya. Bukannya dia diam saja, dia pun berusaha mati-matian untuk menyelamatkan Adiknya. "Ponsel Lea tidak aktiv. Bagaimana aku bisa tenang kalau Lea di sana baik-baik saja atau tidak." Keduanya nampak frustrasi. Apalagi Lastri adalah Sabahat Lea sejak kecil. Mana mungkin dia diam saja melihat sahabatnya yang mungkin menderita di sana. Sementara Lea kini tengah meminum teh ditemani Oliv. Oliv, baginya seperti manekin. Ia tidak bisa diajak bercanda seperti Lastri. Oliv hanya menjawab apapun yang Lea butuhkan. "Aku bosan membaca majalah ini. Adakah yang lain, Oliv?" tanya Lea. "Ada, Nona?" Oliv pun memberikan majalah yang

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Gadis yg tulus

    Lea menyipitkan mata saat cahaya pagi menerpa matanya. "Bodoh, kenapa aku bisa ketiduran." padahal Lea sudah menyiapkan cara bagaimana ia bisa keluar dari istana ini dengan memanfaatkan Oliv. Perlahan Lea bangun dan duduk di tepi pembaringan. Saat tak sengaja melihat dirinya di pantulan kaca, Lea pun terkejut karena dirinya sudah berganti pakaian. Padahal semalem Lea masih memakai dress dan belum menggantinya. Di tengah kebingungannya, Oliv datang entah dari mana. "Saya yang mengganti pakaian Anda semalem, Nona." Dengan senyum mengembang, Oliv berdiri di hadapan Lea sambil membungkuk hormat. "Kalau Nona butuh sesuatu jangan sungkan beritahu saya. Untuk sarapan pagi, chef profesional sudah menyiapkan sarapan untuk Nona di meja makan."Tidak! Ini sungguh berlebihan. Bara tidak mungkin memerintah Oliv memperlakukannya seperti Ratu di mansion ini. Mengingat perlakuan Bara waktu itu, mana mungkin dia berubah dalam sekejap. Atau mungkin pria itu punya maksud terselubung untuk mengelabu

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelayan special untuk Lea

    Bara berdiri merapihkan kemejanya yang sedikit berantakan, lalu melangkah maju menatap wajah Lea yang terus menunduk. "Davino?" panggil Bara. "Iya, Tuan." "Kira-kira hukuman apa yang pantas kuberikan pada gadis tak tahu diri ini?" ucap Bara, membuat Lea mengangkat wajahnya ke atas dan menggeleng cepat. Lea tak mau dihukum apapun. "Sebaiknya ..." "Aaaaaaa ... lepaskan!" baru saja Vino akan menjawab, Bara sudah menggendong gadis itu ala bridal style. Bara membawanya ke dalam kamar dan menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Brakkk "Kau bermain-main denganku, Lea! Kau melupakan sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan kita berdua." Bara mengepalkan tangannya erat-erat dan sedikit menggeram. "Maafkan aku, Tuan. Aku rasa kau tidak berhak mengurungku seperti ini! Tolong lepaskan aku!" Lea hendak berdiri, tapi Bara langsung menahan pergelangan tangannya dan kembali menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang. Tangan Lea mendorong kuat-kuat dada Bara, namun pria sialan itu malah mengapi

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Jangan cari saya!

    "Tuan, saya mendapat informasi kalau Nona Sherren kini berada di Paris," ucap Davino. Pria itu menghentikan kegiatannya yang tengah sibuk membaca buku. "Bagaimana dengan Lea, apa dia sudah ditemukan?" "Belum, Tuan." jawaban itu membuat emosi Bara meledak sampai ke ubun-ubun. "Saya masih melanjutkan mencari informasi tentang Nona Sherren."Brak!Tak tahan mendengar ucapan Vino, Bara menggebrak meja kerjanya dengan keras. Tangannya terulur menarik kerah kemeja asistennya itu. Wajahnya memerah dengan gigi menggertak. Raut kemurkaan sangat jelas terlihat karena ia berani menyebut nama wanita yang sudah berani mempermainkannya. "Berapa tahun kau bekerja denganku, Vin?" tanya Bara membuat pria itu menunduk diam. Seorang Bara Melviano kalau sedang emosi, jawaban apapun pasti akan salah di matanya. Menjawab pun tak ada gunanya."Aku menyuruhmu untuk mencari Lea sampai ketemu dan membawa ke hadapanku, bukan malah memberi informasi wanita itu. Kau tahu, dia mau di manapun, dia matipun aku

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Kabur

    Flashback On"Randy, tolong bersihkan kamar 205. Sebentar lagi mau ada yang masuk!" titah Manager Hotel malam itu.Dengan penuh semangat, Randy menjalankan perintah tersebut. Tetapi, hari itu nasib sial menimpanya. Tiba-tiba pintu Hotel terkunci rapat, Randy tidak menyadari ada orang yang masuk ke dalam kamar. Brak!Randy terjatuh sambil memegangi kepalanya yang sakit akibat pukulan benda tumpul. Ia hendak menoleh ke belakang, namun rasa pusing yang menjalar di kepalanya seolah tubuhnya terasa berputar. Detik kemudian, Randy pun jatuh pingsan."Maxim, apa yang kamu lakukan?" ucap seorang wanita berambut pirang dengan panik. "Aku tidak mau masuk penjara!" "Aku tak punya banyak waktu, Sherren. Aku belum siap ketahuan Kak Bara. Jika dia tahu tentang hubungan kita aku akan dibunuh."Maxim langsung memapah tubuh Randy dan menidurkannya di atas kasur. Ia juga melepas kaos yang Randy kenakan, hingga pria itu bertelanjang dada."Kenapa kau egois, Maxim? Kau menyelamatkan dirimu sendiri, sem

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Dibebaskan

    "Selamat pagi, Tuan. Ibu dan Adik Anda sudah menunggu di bawah untuk sarapan," ucap Vino membuat laki-laki itu mengangkat satu alisnya."Ngapain mereka ke sini?""Tidak tahu, Tuan. Katanya mau sarapan bersama.""Baik, aku segera turun," jawabnya yang diangguki kepala oleh Davino.Sementara Lea yang sudah terbangun dari awal hanya menyaksikan dua orang itu bicara dari kejauhan. Semalaman ia tidur di sofa dekat ujung jendela. Lelaki itu benar-benar tega. Ia tak memberikan Lea selimut untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan."Hei, kenapa kau masih di situ? Cepat mandi!" titahnya dengan tegas."Ta-tapi bukannya Anda juga akan mand ...""Kita mandi bersama!""A-apa?" mata Lea membulat sempurna. Mana mungkin ia mandi bareng dengan lelaki yang bukan suaminya.Tetapi, bukankah laki-laki itu sudah melihat semuanya. Lea merasa seperti wanita murahan yang tidak punya harga diri. Bahkan untuk melawan pun tidak sanggup. Lea hanya bisa mengangguk pasrah dengan helaan napas panjang.30 menit kemudia

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Menjadi budakmu

    Perlahan Lea membuka matanya yang terasa berat, tubuh dan tulangnya terasa remuk. Namun, tidak kalah perih bagian privasinya yang terkoyak seperti habis dimasuki benda besar dan panjang. Ini semua perbuatan lelaki kejam itu yang menggagahinya seperti singa kelaparan, sangat buas dan tak memberi jeda sedikit pun. Lea menggeram. Sialnya, dia teringat bagaimana expresi lelaki tersebut yang tertawa di atas penderitaannya. Spontan Lea bangkit dari tidurnya dan bersandar pada headboard ranjang dengan selimut yang dia tarik menutupi sampai batas dadanya. Gadis itu mengerang, merasakan denyutan kecil di kepalanya yang masih terasa. "Brengsek! Aku akan membalas semuanya. Lihat saja!" Lea meremas jari-jarinya yang terkepal kuat. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Lea ingat ia disekap di sebuah Hotel dengan lelaki kejam itu. Lalu, untuk apa ia dipindahkan ke sini? Tunggu, kamar mewah ini berhasil menyita perhatiannya. Kamar dengan aksen warna gold yang elegan. Ada cermin besa

  • Hasrat Salah Sasaran CEO Kejam    Pelampiasan

    "Aaaahhh ... sakit ... sakit." Teriakan menggema di sebuah hotel membuat Davino rasanya ingin mendobrak pintu dengan kencang. Tetapi, jika ia melakukannya pasti sang Tuan marah besar dan akan membunuhnya.Seorang pria dengan wajah babak belur mendekati pintu hendak menerobos masuk, namun kedua orang berbadan besar sudah mencekal pergelangan tangannya lebih dulu agar tak mengganggu kegiatan Tuannya di dalam sana."Vino, tolong selamatkan Adikku! Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini. Ku mohon ..." lirihnya dengan iba.Pria itu menangis memikirkan sang Adik di dalam sana yang berada di bawah kuasa Tuan kejam. Kedua pengawal terus saja mencekal tangannya dengan erat. Ia terus memberontak melepaskan diri.Vino mengusap wajahnya frustrasi. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika selangkah saja menyelamatkan sang gadis, maka habislah nyawanya di tangan Tuan kejam. Vino mondar-mandir di depan pintu, memikirkan sebuah cara agar Tuannya tidak bertindak lebih jauh.Semua penghuni hotel lang

DMCA.com Protection Status