Lucien Deveraux, ketua gangster paling ditakuti di Milan, tidak pernah gagal mendapatkan apa yang diinginkannya, termasuk Laura Marchand, gadis yang pernah menyelamatkan nyawa pria itu. Sayangnya, Laura menganggap Lucien adalah mimpi buruk yang ingin ia lupakan. Lantas, bagaimana nasib Laura? Terlebih saat gadis itu mencoba melarikan diri dari pernikahan yang dipaksakan--tanpa menyadari bahwa Lucien bersumpah akan membawanya kembali, apa pun yang terjadi!
View MoreMalam ini, Lucien sengaja mengajak Laura pergi ke restoran mewah setelah beberapa jam dikunci di dalam kamar. Restoran itu sungguh mewah dengan lampu-lampu kristal yang memantulkan cahaya keemasan, seperti sedang menjadi saksi bisu ketegangan yang terjalin di antara Laura yang menjagak dari Lucien.Di meja mereka, tampak berbagai hidangan mahal sudah tersaji lengkap. Lucien menatap wajah cantik Laura dengan tatapan tajamnya, dan bibirnya melengkung dalam senyuman yang sungguh memabukkan.“Makanlah,” katanya pelan dengan nada memerintah.“Kau membutuhkan energi sebelum melayaniku malam ini.”Apa yang baru saja dikatakan oleh bajingan ini? Melayani? Memangnya Lucien pikir Laura mau melayani pria bajingan yang sudah menyiksa Ayahnya sampai mati?“Sepertinya kau terlalu mabuk, Lucien. Kau memintaku untuk melayanimu?” Laura tertawa jahat mendengarnya.“Kau mengajakku makan malam di restoran semewah ini hanya karena ingin menyentuhku? Hentikan omong kosongmu itu, Tuan Lucien!”Laura membanti
“Aku benci kau, Lucien!” teriak tegas Laura sampai suaranya terdengar begitu nyaring dalam kamar, sampai matanya terlihat berkaca-kaca.“Kau adalah mimpi buruk yang tak ingin aku ulang! Bahkan jika semua yang terjadi sekarang adalah mimpi buruk, aku akan bangun dan rela tidak tidur untuk selamanya!”Lucien yang mendengar betapa marahnya Laura padanya malah tertawa kecil. Suara tawanya yang menggema itu membuat sekujur tubuh Laura menggigil. “Dan kau, jalang kecilku, adalah satu-satunya hal yang membuat mimpi buruk itu terasa indah.”Dalam sekejap, ia kembali mendorong tubuh Laura ke dinding lebih keras, sampai kepala bagian belakangnya agak terbentur, membuat gadis itu tersentak dengan sikap kasar Lucien padanya.Tanpa peringata yang jelas, Lucien kembali mencium bibir ranum Laura dengan brutal—sangat posesif dan sangat marah, tanpa memberi ruang untuk Laura melawan aksi gilanya itu.Bibirnya telah berhasil menguasai bibir Laura sampai terlihat agak bengkak dan terasa benar-benar kebas
Sebuah pukulan keras mendarat sempurna ke pipi kiri Lucien usai Laura berhasil melepaskan tangannya, dengan jarak 3 inci ketika Lucien hendak mencium bibirnya lagi.Darah segar pun ke luar dari sudut bibir Lucien karena pukulan Laura yang begitu kuat, lalu ia langsung mengusapnya dan menjilatnya sendiri dengan mata yang menatap sinis ke Laura di bawah tubuhnya.Lucien hanya bisa menarik napas panjang, tak peduli meskipun darahnya masih mengalir dari lukanya. Bibirnya yang penuh sekarang melengkungkan senyuman dingin, seperti seorang Iblis yang baru saja menemukan hiburan baru.“Kau benar-benar menarik, Laura,” desisnya, suaranya terdengar serak dan tajam.“Seorang gadis biasa tidak akan berani melakukan hal ini padaku.”Sekarang berganti Laura yang tersenyum di bawahnya, dan dengan penuh percaya diri ia mulai mengatakan, “Sayangnya, saya bukanlah gadis yang bisa kau permainkan semudah itu!”Mendengar jawaban tegas dari bibir yang hampir ia cium, justru membuat Lucien semakin gemas dan
“Kau satu-satunya gadis yang … berhasil membuatku gila, Laura.”Laura tertawa sumbang mendengar ucapan Lucien, lalu berkata, “Ternyata kau baru sadar, ya, Tuan? Bukankah sejak dulu … kau memang sudah tidak waras, karena hobi menyiksa dan membunuh orang lain hanya demi keinginan bodohmu yang tidak jelas itu?”“Termasuk Ayahku … kau bahkan menyiksanya dengan cara paling tragis dan tidak manusiawi!” bentak Laura dengan kedua tangan memukul kuat-kuat dada bidang Lucien. Matanya menyorot dengan tajam saking bencinya pada pria yang ada di hadapannya sekarang.“Ayolah, Laura. Kenapa kau sangat membenciku seperti ini?” tanya Lucien dengan wajah pura-pura sedihnya yang begitu khas.Laura lumayan syok, dan mencoba memberanikan diri untuk mendekat saat pertanyaan itu lolos dengan entengnya dari mulut seorang kriminal berhati dingin seperti Lucien.Dalam gerakan cepat, kedua tangan Laura berhasil mencengkeram kerah kemeja Lucien dengan kaki yang agak berjinjit. Cengkeramannya terlihat begitu kuat,
“Kau … berani sekali melakukan ini padaku, Sayang.”Darah berwarna merah pekat seketika mengalir lumayan deras dari perut Lucien usai apa yang dilakukan oleh Laura, sehingga menodai kemeja putihnya yang mahal sampai beberapa darah juga menetes di atas lantai.Tubuh Lucien seketika membeku atas keberaniannya. Matanya membelalak kaget akan rasa sakit yang ia rasakan, tapi sesaat kemudian wajahnya justru menunjukkan senyum licik yang mengartikan bahwa rasa sakit ini tidaklah seberapa.“Aku akui nyalimu, kucing kecil.”Ia mundur selangkah dari hadapan Laura dan mencoba memberi jarak antara mereka berdua, sembari tangannya bergerak menahan luka di perutnya, tetapi tatapannya tetap terkunci pada wajah cantik Laura yang terlihat sangat panik atas apa yang telah ia lakukan.Detak jantung Laura mendadak terasa cepat, sampai napasnya jadi terengah-engah, juga tangannya gemetar memegang pecahan gelas yang kini sudah berlumuran darah sampai menjatuhkan gelas itu hingga pecah berkeping-keping ke la
“Aku berhak, karena kau sebentar lagi akan kujadikan permaisuri di istana megahku, Laura.”Melihat celah Lucien yang terbuka begitu lebar, Laura langsung melepas jepit rambut hitam lancip yang selalu digunakan, dan mulai menusuk leher Lucien hingga mengeluarkan darah segar.Sayangnya, bukannya melepas genggaman dari tubuh ramping Laura, tangan kekar Lucien justru semakin mengerat mempercepat langkahnya untuk masuk ke dalam mobil.“TURUNKAN TUBUHKU, SIALAN! KALAU KAU MEMBAWAKU, AKAN KUPASTIKAN KAU AKAN MENYESAL!” teriak Laura mulai frustrasi dengan sikap egois Lucien.Mendengar teriakan dan ancaman yang diberikan oleh Laura, sama sekali tidak membuat Lucien takut. Justru kebalikannya, ia semakin ingin menjadikannya miliknya sampai mati.Bahkan jika sampai Laura tidak bisa menjadi miliknya di masa depan nanti, maka siapa pun pria lain tidak ada hak untuk menyentuh ataupun memilikinya juga.Ketika hal itu sampai terjadi, ia akan pastikan Laura mati di tangannya saat itu juga, karena jika
“Sampai kapan pun aku tidak akan menyerahkan putriku yang telah membunuh suamiku dengan cara paling kejam!”“Kau … Kau tidak pantas mendapatkan darah dagingku dan suamiku, Lucien!” sambung Madam Simone sampai suaranya menggema dalam Gereja.Mendengar pengakuan keras kepala dari Madam Simone, justru memancing amarah yang sejak tadi berusaha dipendam oleh Lucien.“Menurutmu seorang pembunuh tidak bisa menikahi putrimu?” tanya Lucien.“Ya, kau tidak pantas menikahi putriku!”Lucien menyeringai, dan berkata dengan tenang, “Bagaimana jika putrimu juga membunuh orang yang dicintainya?”“Bukankah akan serasi menikah denganku yang sama-sama pem-bu-nuh?” tantang Lucien dengan mulai perlahan menarik pelatuk yang di mana ujung pistolnya sudah membidik dahi Gabriel.Mata Laura seketika memejam karena tak kuat jika ucapan Lucien benar-benar membuat Gabriel tiada.Terlebih lagi tangannya yang dituntun untuk menarik pelatuk dalam posisi yang tak bisa mengelak.“HENTIKAN, LUCIEN! JANGAN MEMBUAT PUTRIK
Semua orang menatap ke sumber suara, melihat sosok Lucien yang berjalan di tengah para bawahannya yang sudah berbaris di sepanjang karpet merah yang panjang, sambil memegang pistol masing-masing.“Lu-Lucien?” gumam Madam Simone.Gabriel yang berdiri segera menggenggam erat tangan Laura, karena khawatir pengantinnya dibawa kabur oleh pria tidak waras itu.Seharusnya pernikahan mereka dilaksanakan secara privasi dan hanya beberapa keluarga saja yang diundang. Tidak ada satu orang luar pun yang mengetahuinya, karena sudah disuap oleh Madam Simone untuk tetap diam demi lancarnya acara pernikahan Laura dan Gabriel.“Apa kau sedang bingung, jalang kecilku?” tanya Lucien.“Berani sekali kau melakukan pernikahan secara diam-diam.”“Bukan urusanmu, Tuan!” jawab Laura tegas.Gabriel yang sangat marah karena pernikahannya dengan Laura justru dirusak oleh Lucien, ia segera menoleh ke Pastor yang berdiri ketakutan, untuk memaksanya tetap melanjutkan acara ini sampai selesai.Namun, Pastor itu terli
“GABRIEL!” Laura berteriak histeris, berusaha berlari menghampiri tunangannya, tetapi Madam Simone menahan tubuhnya dengan tangis ketakutan.Gabriel terjatuh, lutut kanannya menghantam tanah, sementara tangan kirinya menekan luka yang mengucurkan darah. Napasnya jadi terasa memburu, tetapi tatapannya tetap penuh perlawanan mengarah pada Lucien.“La—Laura, jangan mendekat!” seru Madam Simone dengan suara yang bergetar.“Tetapi Gabriel terluka, Bu!” jawabnya.“Ibu tahu, tapi lelaki itu … berbahaya!”Lucien mulai melangkah maju dengan tenang, pistol berwarna hitam legam masih tergenggam di tangan kanannya. Mata dinginnya tak pernah lepas dari Gabriel yang kini berlutut di hadapannya.“Melihatmu berlutut seperti ini membuatku bahagia,” ujar Lucien dengan suara rendah dan tajam.“Karena pria yang katanya menjadi tunangan Laura … kini tunduk di kakiku.”“Pengecut!” seru Gabriel dengan nada penuh amarah, meski suaranya terdengar melemah akibat rasa sakit di lututnya.“Hanya pria lemah yang m
Hotel Bellagio, Milan – Tengah MalamLampu kristal tampak bergemerlapan di aula resepsi mewah yang digelar secara mendadak.“Gawat, Tuan! Pengantin Anda … kabur.”Pria bernama Lucien Deveraux segera berbalik badan, lalu mencengkeram erat kerah kemeja pria di hadapannya menggunakan kedua tangan.“Dasar tidak becus!” hinanya dengan mata yang menyorot tajam.“Cepat cari dia sampai ketemu! Kalau tidak … akan kuhabisi nyawamu malam ini!” imbuhnya dengan nada yang begitu tegas, membuat pria di hadapannya menelan saliva susah payah sambil menganggukkan kepala.Beberapa menit kemudian, gadis bernama Laura Marchand terlihat sedang berlari terburu-buru, dengan gaun pengantin yang panjangnya menyeret lantai.Napasnya tersengal, wajahnya panik, dan tangannya pun tampak gemetar saat mulai memegang sepatu hak tingginya yang dilepas paksa agar bisa kabur lebih cepat.“A—Aku harus cepat pergi dari sini,” gumamnya gemetar.Jantungnya berdetak semakin liar, bukan hanya karena larinya yang terburu-buru,...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments