Home / Romansa / Hasrat Membara Penguasa Kejam / BAB 5 - Altar Berdarah

Share

BAB 5 - Altar Berdarah

Author: Mochiko
last update Huling Na-update: 2025-02-14 20:02:35

“GABRIEL!” Laura berteriak histeris, berusaha berlari menghampiri tunangannya, tetapi Madam Simone menahan tubuhnya dengan tangis ketakutan.

Gabriel terjatuh, lutut kanannya menghantam tanah, sementara tangan kirinya menekan luka yang mengucurkan darah. Napasnya jadi terasa memburu, tetapi tatapannya tetap penuh perlawanan mengarah pada Lucien.

“La—Laura, jangan mendekat!” seru Madam Simone dengan suara yang bergetar.

“Tetapi Gabriel terluka, Bu!” jawabnya.

“Ibu tahu, tapi lelaki itu … berbahaya!”

Lucien mulai melangkah maju dengan tenang, pistol berwarna hitam legam masih tergenggam di tangan kanannya. Mata dinginnya tak pernah lepas dari Gabriel yang kini berlutut di hadapannya.

“Melihatmu berlutut seperti ini membuatku bahagia,” ujar Lucien dengan suara rendah dan tajam.

“Karena pria yang katanya menjadi tunangan Laura … kini tunduk di kakiku.”

“Pengecut!” seru Gabriel dengan nada penuh amarah, meski suaranya terdengar melemah akibat rasa sakit di lututnya.

“Hanya pria lemah yang menggunakan senjata untuk menundukkan lawannya!”

Lucien menyeringai tipis mendengar ocehan yang sungguh berani ke luar dari mulut Gabriel, lalu berjongkok di depan Gabriel sambil mengamati wajahnya dengan tatapan merendahkan.

“Dan hanya pria bodoh yang berpikir bisa melindungi Laura dariku,” balas Lucien dingin.

Laura tak mampu lagi menahan diri. Ia meronta dari pelukan Ibunya dan berlari mendekati Gabriel, jatuh berlutut di sampingnya sambil menangis memperhatikan lututnya yang terluka.

“Apa kau pikir perlakuanmu ini akan membuatku mencintaimu?” jerit Laura, air matanya bercucuran.

Lucien mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh, lalu berdiri tegak sambil memutar-mutar pistol di tangannya.

“Aku tidak butuh cintamu, Laura. Aku hanya butuh kau berada di sisiku, dengan atau tanpa perasaanmu … kau akan menjadi milikku.”

Madam Simone mendekat, memohon dengan air mata yang tak terbendung. Ia tahu kalau dibiarkan terus-menerus akan membuat siapa pun bisa terluka.

“Lucien, saya mohon. Jika kau memiliki hati, tolong pergi dari sini.”

Lucien menatap Madam Simone dengan tatapan yang tak bisa dibaca, lalu memalingkan wajahnya ke arah bawahannya sekilas, lalu mereka semua tertawa sinis.

“Sayangnya, saya tidak punya hati untuk kubagi selain Laura,” katanya.

Laura yang mendengar ucapan Lucien seperti itu mulai menyatukan kedua tangannya di hadapan Lucien. Kali ini ia yang memohon agar Lucien segera pergi dari area rumahnya.

“Kalau begitu biarkan saya yang akan meminta. Tolong tinggalkan rumah ini dan jangan pernah kembali lagi.”

Lucien kini berlutut dengan satu kaki, lalu menaikkan dagu Laura, “Jangan memohon seperti itu dengan wajah manismu, Laura.”

“Baiklah, aku akan pergi dari sini,” ucap Lucien dingin karena tak sanggup melihat air mata Laura yang menetes, suaranya nyaris tanpa emosi.

“Tapi ingat baik-baik, Laura. Semakin kau menolakku, semakin banyak orang di sekitarmu yang akan menderita!”

Laura menatapnya dengan tatapan penuh kebencian, tetapi ia tahu tidak ada gunanya melawan sekarang.

Gabriel yang terluka adalah prioritas utamanya supaya Lucien segera pergi dan tak melukainya lagi.

Lucien bangkit dan berjalan menjauh, tetapi sebelum masuk ke dalam mobilnya, ia berhenti sejenak, menoleh ke arah Laura.

“Jangan pernah membuatku menunggu terlalu lama. Aku bisa sangat … tidak sabar.”

Kemudian, Lucien masuk ke mobilnya, dan dalam sekejap, iring-iringan kendaraan itu melesat pergi, meninggalkan Laura yang masih menangis di samping Gabriel yang berjuang menahan rasa sakit.

“Ki—Kita harus segera membawa Gabriel ke rumah sakit, Laura,” ucap Madam Gabriel.

“Iya, Bu. Laura akan menghubungi ambulans lebih dulu,” jawabnya.

Tak lama kemudian ambulans pun datang untuk membawa Gabriel pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Laura tak henti-hentinya menangis karena ia merasa menyesal sudah menolong Lucien.

Ibu jari Gabriel mulai mengusap air mata Laura, “Jangan menangis terus seperti itu, aku tak sanggup melihat air matamu jatuh, Laura.”

“Maafkan aku, Gabriel. Gara-gara aku … kau jadi terluka seperti ini.”

Gabriel menggelengkan kepalanya.

“Kau tidak punya salah apa pun, karena yang salah itu pria tadi. Dia benar-benar sangat gila!” kata Gabriel.

Laura menggenggam tangan Gabriel dengan sesekali mengecup tangan kekarnya itu. Ia sangat mencintai pria ini, karena sebelum meninggal dunia, Ayahnya sempat berpesan supaya Laura menikah dengan Gabriel yang sangat ia percaya.

“Kau benar, Gabriel. Lucien memang sangat gila, tak hanya pernah membunuh suamiku, dia juga ingin merebut Laura dariku,” kata Madam Simone yang berdiri di sebelah Laura.

“Merebut? Maksudnya merebut bagaimana, Bu?” tanya Gabriel mengerutkan keningnya.

“Dia ingin menikahi Laura.”

“Aku tidak akan membiarkan Laura dimiliki oleh pria bajingan sepertinya, Bu, apalagi dia pernah membunuh Ayah Laura,” jawab Gabriel.

“Sebaiknya kalian berdua bergegas untuk menikah, sebelum dia datang kembali dan mengambil Laura dengan cara paksa.”

Laura dan Gabriel saling pandang mendengar pernyataan yang diucap Madam Simone. Ekspresi wajahnya terlihat jelas kalau wanita paruh baya itu sudah sangat putus asa.

“Kamu nggak masalah kan menikahi anak Ibu besok?” tanya Madam Simone.

“Saya sanggup,” jawab Gabriel.

Keesokan harinya, Laura berdiri di depan cermin ruang rias, mengenakan gaun putih sederhana yang dipinjamkan oleh pihak gereja. Gaun itu tidak mewah, namun cukup membuatnya cantik.

“Laura, kau cantik sekali,” ujar Madam Simone dari belakangnya.

Laura mencoba tersenyum, tetapi matanya tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang menggelayuti hatinya.

“Bu, aku takut. Bagaimana jika dia datang lagi?”

Madam Simone menggenggam tangan Laura erat.

“Gabriel sudah mengatur pengamanan di sekitar sini. Fokuslah pada pernikahanmu. Ini adalah hari yang seharusnya menjadi awal yang baru untukmu.”

Sementara itu, di ruang lain, Gabriel duduk dengan mengenakan setelan jas hitam. Lututnya yang terluka diperban dengan hati-hati, namun ia tetap berdiri dengan tegar meski rasa sakit masih menyiksa.

Pukul 11:00 siang, di altar pernikahan.

Kapel kecil itu dipenuhi keheningan yang hanya dipecahkan oleh langkah lembut sosok Laura yang mulai menuju altar. Gabriel berdiri di ujung, menatap calon istrinya dengan senyum tipis.

Laura melangkah dengan hati-hati, menggenggam buket bunga putih yang dipetik dari kebun belakang gereja.

Di altar, Gabriel mengulurkan tangannya, menyambut Laura dengan manis, yang membuat Laura merasa sedikit tenang.

“Laura? Hari ini aku bersumpah akan selalu melindungimu. Tidak ada yang akan memisahkan kita.”

Mata Laura berkaca-kaca, “Aku percaya padamu, Gabriel.”

Pastor mulai melafalkan upacara pernikahan, memimpin doa, dan mengajukan pertanyaan penting pada kedua mempelai.

“Laura, apa kau bersedia menerima Gabriel sebagai suami dalam suka maupun duka, hingga maut memisahkan?”

Laura mengangguk mantap. “Aku bersedia.”

Dan ketika giliran Gabriel, ia menjawab dengan suara lantang, “Aku bersedia!”

Namun, sebelum cincin pernikahan sempat disematkan, suara langkah kaki yang begitu berisik sampai pintu gereja dibuka dengan kasar pun menggema.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 6 - Tawanan Cinta

    Semua orang menatap ke sumber suara, melihat sosok Lucien yang berjalan di tengah para bawahannya yang sudah berbaris di sepanjang karpet merah yang panjang, sambil memegang pistol masing-masing.“Lu-Lucien?” gumam Madam Simone.Gabriel yang berdiri segera menggenggam erat tangan Laura, karena khawatir pengantinnya dibawa kabur oleh pria tidak waras itu.Seharusnya pernikahan mereka dilaksanakan secara privasi dan hanya beberapa keluarga saja yang diundang. Tidak ada satu orang luar pun yang mengetahuinya, karena sudah disuap oleh Madam Simone untuk tetap diam demi lancarnya acara pernikahan Laura dan Gabriel.“Apa kau sedang bingung, jalang kecilku?” tanya Lucien.“Berani sekali kau melakukan pernikahan secara diam-diam.”“Bukan urusanmu, Tuan!” jawab Laura tegas.Gabriel yang sangat marah karena pernikahannya dengan Laura justru dirusak oleh Lucien, ia segera menoleh ke Pastor yang berdiri ketakutan, untuk memaksanya tetap melanjutkan acara ini sampai selesai.Namun, Pastor itu terli

    Huling Na-update : 2025-03-08
  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 7 - Selamanya Milikku!

    “Sampai kapan pun aku tidak akan menyerahkan putriku yang telah membunuh suamiku dengan cara paling kejam!”“Kau … Kau tidak pantas mendapatkan darah dagingku dan suamiku, Lucien!” sambung Madam Simone sampai suaranya menggema dalam Gereja.Mendengar pengakuan keras kepala dari Madam Simone, justru memancing amarah yang sejak tadi berusaha dipendam oleh Lucien.“Menurutmu seorang pembunuh tidak bisa menikahi putrimu?” tanya Lucien.“Ya, kau tidak pantas menikahi putriku!”Lucien menyeringai, dan berkata dengan tenang, “Bagaimana jika putrimu juga membunuh orang yang dicintainya?”“Bukankah akan serasi menikah denganku yang sama-sama pem-bu-nuh?” tantang Lucien dengan mulai perlahan menarik pelatuk yang di mana ujung pistolnya sudah membidik dahi Gabriel.Mata Laura seketika memejam karena tak kuat jika ucapan Lucien benar-benar membuat Gabriel tiada.Terlebih lagi tangannya yang dituntun untuk menarik pelatuk dalam posisi yang tak bisa mengelak.“HENTIKAN, LUCIEN! JANGAN MEMBUAT PUTRIK

    Huling Na-update : 2025-03-08
  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 8 - Lebih Baik Kau Mati!

    “Aku berhak, karena kau sebentar lagi akan kujadikan permaisuri di istana megahku, Laura.”Melihat celah Lucien yang terbuka begitu lebar, Laura langsung melepas jepit rambut hitam lancip yang selalu digunakan, dan mulai menusuk leher Lucien hingga mengeluarkan darah segar.Sayangnya, bukannya melepas genggaman dari tubuh ramping Laura, tangan kekar Lucien justru semakin mengerat mempercepat langkahnya untuk masuk ke dalam mobil.“TURUNKAN TUBUHKU, SIALAN! KALAU KAU MEMBAWAKU, AKAN KUPASTIKAN KAU AKAN MENYESAL!” teriak Laura mulai frustrasi dengan sikap egois Lucien.Mendengar teriakan dan ancaman yang diberikan oleh Laura, sama sekali tidak membuat Lucien takut. Justru kebalikannya, ia semakin ingin menjadikannya miliknya sampai mati.Bahkan jika sampai Laura tidak bisa menjadi miliknya di masa depan nanti, maka siapa pun pria lain tidak ada hak untuk menyentuh ataupun memilikinya juga.Ketika hal itu sampai terjadi, ia akan pastikan Laura mati di tangannya saat itu juga, karena jika

    Huling Na-update : 2025-03-09
  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 9 - Ranjang dengan Noda Darah

    “Kau … berani sekali melakukan ini padaku, Sayang.”Darah berwarna merah pekat seketika mengalir lumayan deras dari perut Lucien usai apa yang dilakukan oleh Laura, sehingga menodai kemeja putihnya yang mahal sampai beberapa darah juga menetes di atas lantai.Tubuh Lucien seketika membeku atas keberaniannya. Matanya membelalak kaget akan rasa sakit yang ia rasakan, tapi sesaat kemudian wajahnya justru menunjukkan senyum licik yang mengartikan bahwa rasa sakit ini tidaklah seberapa.“Aku akui nyalimu, kucing kecil.”Ia mundur selangkah dari hadapan Laura dan mencoba memberi jarak antara mereka berdua, sembari tangannya bergerak menahan luka di perutnya, tetapi tatapannya tetap terkunci pada wajah cantik Laura yang terlihat sangat panik atas apa yang telah ia lakukan.Detak jantung Laura mendadak terasa cepat, sampai napasnya jadi terengah-engah, juga tangannya gemetar memegang pecahan gelas yang kini sudah berlumuran darah sampai menjatuhkan gelas itu hingga pecah berkeping-keping ke la

    Huling Na-update : 2025-03-09
  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 10 - Ciuman Memabukkan

    “Kau satu-satunya gadis yang … berhasil membuatku gila, Laura.”Laura tertawa sumbang mendengar ucapan Lucien, lalu berkata, “Ternyata kau baru sadar, ya, Tuan? Bukankah sejak dulu … kau memang sudah tidak waras, karena hobi menyiksa dan membunuh orang lain hanya demi keinginan bodohmu yang tidak jelas itu?”“Termasuk Ayahku … kau bahkan menyiksanya dengan cara paling tragis dan tidak manusiawi!” bentak Laura dengan kedua tangan memukul kuat-kuat dada bidang Lucien. Matanya menyorot dengan tajam saking bencinya pada pria yang ada di hadapannya sekarang.“Ayolah, Laura. Kenapa kau sangat membenciku seperti ini?” tanya Lucien dengan wajah pura-pura sedihnya yang begitu khas.Laura lumayan syok, dan mencoba memberanikan diri untuk mendekat saat pertanyaan itu lolos dengan entengnya dari mulut seorang kriminal berhati dingin seperti Lucien.Dalam gerakan cepat, kedua tangan Laura berhasil mencengkeram kerah kemeja Lucien dengan kaki yang agak berjinjit. Cengkeramannya terlihat begitu kuat,

    Huling Na-update : 2025-03-11
  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 11 - Panas Dingin Dibuatnya

    Sebuah pukulan keras mendarat sempurna ke pipi kiri Lucien usai Laura berhasil melepaskan tangannya, dengan jarak 3 inci ketika Lucien hendak mencium bibirnya lagi.Darah segar pun ke luar dari sudut bibir Lucien karena pukulan Laura yang begitu kuat, lalu ia langsung mengusapnya dan menjilatnya sendiri dengan mata yang menatap sinis ke Laura di bawah tubuhnya.Lucien hanya bisa menarik napas panjang, tak peduli meskipun darahnya masih mengalir dari lukanya. Bibirnya yang penuh sekarang melengkungkan senyuman dingin, seperti seorang Iblis yang baru saja menemukan hiburan baru.“Kau benar-benar menarik, Laura,” desisnya, suaranya terdengar serak dan tajam.“Seorang gadis biasa tidak akan berani melakukan hal ini padaku.”Sekarang berganti Laura yang tersenyum di bawahnya, dan dengan penuh percaya diri ia mulai mengatakan, “Sayangnya, saya bukanlah gadis yang bisa kau permainkan semudah itu!”Mendengar jawaban tegas dari bibir yang hampir ia cium, justru membuat Lucien semakin gemas dan

    Huling Na-update : 2025-03-11
  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 12 - Budak Nafsu?

    “Aku benci kau, Lucien!” teriak tegas Laura sampai suaranya terdengar begitu nyaring dalam kamar, sampai matanya terlihat berkaca-kaca.“Kau adalah mimpi buruk yang tak ingin aku ulang! Bahkan jika semua yang terjadi sekarang adalah mimpi buruk, aku akan bangun dan rela tidak tidur untuk selamanya!”Lucien yang mendengar betapa marahnya Laura padanya malah tertawa kecil. Suara tawanya yang menggema itu membuat sekujur tubuh Laura menggigil. “Dan kau, jalang kecilku, adalah satu-satunya hal yang membuat mimpi buruk itu terasa indah.”Dalam sekejap, ia kembali mendorong tubuh Laura ke dinding lebih keras, sampai kepala bagian belakangnya agak terbentur, membuat gadis itu tersentak dengan sikap kasar Lucien padanya.Tanpa peringata yang jelas, Lucien kembali mencium bibir ranum Laura dengan brutal—sangat posesif dan sangat marah, tanpa memberi ruang untuk Laura melawan aksi gilanya itu.Bibirnya telah berhasil menguasai bibir Laura sampai terlihat agak bengkak dan terasa benar-benar kebas

    Huling Na-update : 2025-03-13
  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 13 - Melarikan Diri

    Malam ini, Lucien sengaja mengajak Laura pergi ke restoran mewah setelah beberapa jam dikunci di dalam kamar. Restoran itu sungguh mewah dengan lampu-lampu kristal yang memantulkan cahaya keemasan, seperti sedang menjadi saksi bisu ketegangan yang terjalin di antara Laura yang menjagak dari Lucien.Di meja mereka, tampak berbagai hidangan mahal sudah tersaji lengkap. Lucien menatap wajah cantik Laura dengan tatapan tajamnya, dan bibirnya melengkung dalam senyuman yang sungguh memabukkan.“Makanlah,” katanya pelan dengan nada memerintah.“Kau membutuhkan energi sebelum melayaniku malam ini.”Apa yang baru saja dikatakan oleh bajingan ini? Melayani? Memangnya Lucien pikir Laura mau melayani pria bajingan yang sudah menyiksa Ayahnya sampai mati?“Sepertinya kau terlalu mabuk, Lucien. Kau memintaku untuk melayanimu?” Laura tertawa jahat mendengarnya.“Kau mengajakku makan malam di restoran semewah ini hanya karena ingin menyentuhku? Hentikan omong kosongmu itu, Tuan Lucien!”Laura membanti

    Huling Na-update : 2025-03-13

Pinakabagong kabanata

  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 13 - Melarikan Diri

    Malam ini, Lucien sengaja mengajak Laura pergi ke restoran mewah setelah beberapa jam dikunci di dalam kamar. Restoran itu sungguh mewah dengan lampu-lampu kristal yang memantulkan cahaya keemasan, seperti sedang menjadi saksi bisu ketegangan yang terjalin di antara Laura yang menjagak dari Lucien.Di meja mereka, tampak berbagai hidangan mahal sudah tersaji lengkap. Lucien menatap wajah cantik Laura dengan tatapan tajamnya, dan bibirnya melengkung dalam senyuman yang sungguh memabukkan.“Makanlah,” katanya pelan dengan nada memerintah.“Kau membutuhkan energi sebelum melayaniku malam ini.”Apa yang baru saja dikatakan oleh bajingan ini? Melayani? Memangnya Lucien pikir Laura mau melayani pria bajingan yang sudah menyiksa Ayahnya sampai mati?“Sepertinya kau terlalu mabuk, Lucien. Kau memintaku untuk melayanimu?” Laura tertawa jahat mendengarnya.“Kau mengajakku makan malam di restoran semewah ini hanya karena ingin menyentuhku? Hentikan omong kosongmu itu, Tuan Lucien!”Laura membanti

  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 12 - Budak Nafsu?

    “Aku benci kau, Lucien!” teriak tegas Laura sampai suaranya terdengar begitu nyaring dalam kamar, sampai matanya terlihat berkaca-kaca.“Kau adalah mimpi buruk yang tak ingin aku ulang! Bahkan jika semua yang terjadi sekarang adalah mimpi buruk, aku akan bangun dan rela tidak tidur untuk selamanya!”Lucien yang mendengar betapa marahnya Laura padanya malah tertawa kecil. Suara tawanya yang menggema itu membuat sekujur tubuh Laura menggigil. “Dan kau, jalang kecilku, adalah satu-satunya hal yang membuat mimpi buruk itu terasa indah.”Dalam sekejap, ia kembali mendorong tubuh Laura ke dinding lebih keras, sampai kepala bagian belakangnya agak terbentur, membuat gadis itu tersentak dengan sikap kasar Lucien padanya.Tanpa peringata yang jelas, Lucien kembali mencium bibir ranum Laura dengan brutal—sangat posesif dan sangat marah, tanpa memberi ruang untuk Laura melawan aksi gilanya itu.Bibirnya telah berhasil menguasai bibir Laura sampai terlihat agak bengkak dan terasa benar-benar kebas

  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 11 - Panas Dingin Dibuatnya

    Sebuah pukulan keras mendarat sempurna ke pipi kiri Lucien usai Laura berhasil melepaskan tangannya, dengan jarak 3 inci ketika Lucien hendak mencium bibirnya lagi.Darah segar pun ke luar dari sudut bibir Lucien karena pukulan Laura yang begitu kuat, lalu ia langsung mengusapnya dan menjilatnya sendiri dengan mata yang menatap sinis ke Laura di bawah tubuhnya.Lucien hanya bisa menarik napas panjang, tak peduli meskipun darahnya masih mengalir dari lukanya. Bibirnya yang penuh sekarang melengkungkan senyuman dingin, seperti seorang Iblis yang baru saja menemukan hiburan baru.“Kau benar-benar menarik, Laura,” desisnya, suaranya terdengar serak dan tajam.“Seorang gadis biasa tidak akan berani melakukan hal ini padaku.”Sekarang berganti Laura yang tersenyum di bawahnya, dan dengan penuh percaya diri ia mulai mengatakan, “Sayangnya, saya bukanlah gadis yang bisa kau permainkan semudah itu!”Mendengar jawaban tegas dari bibir yang hampir ia cium, justru membuat Lucien semakin gemas dan

  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 10 - Ciuman Memabukkan

    “Kau satu-satunya gadis yang … berhasil membuatku gila, Laura.”Laura tertawa sumbang mendengar ucapan Lucien, lalu berkata, “Ternyata kau baru sadar, ya, Tuan? Bukankah sejak dulu … kau memang sudah tidak waras, karena hobi menyiksa dan membunuh orang lain hanya demi keinginan bodohmu yang tidak jelas itu?”“Termasuk Ayahku … kau bahkan menyiksanya dengan cara paling tragis dan tidak manusiawi!” bentak Laura dengan kedua tangan memukul kuat-kuat dada bidang Lucien. Matanya menyorot dengan tajam saking bencinya pada pria yang ada di hadapannya sekarang.“Ayolah, Laura. Kenapa kau sangat membenciku seperti ini?” tanya Lucien dengan wajah pura-pura sedihnya yang begitu khas.Laura lumayan syok, dan mencoba memberanikan diri untuk mendekat saat pertanyaan itu lolos dengan entengnya dari mulut seorang kriminal berhati dingin seperti Lucien.Dalam gerakan cepat, kedua tangan Laura berhasil mencengkeram kerah kemeja Lucien dengan kaki yang agak berjinjit. Cengkeramannya terlihat begitu kuat,

  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 9 - Ranjang dengan Noda Darah

    “Kau … berani sekali melakukan ini padaku, Sayang.”Darah berwarna merah pekat seketika mengalir lumayan deras dari perut Lucien usai apa yang dilakukan oleh Laura, sehingga menodai kemeja putihnya yang mahal sampai beberapa darah juga menetes di atas lantai.Tubuh Lucien seketika membeku atas keberaniannya. Matanya membelalak kaget akan rasa sakit yang ia rasakan, tapi sesaat kemudian wajahnya justru menunjukkan senyum licik yang mengartikan bahwa rasa sakit ini tidaklah seberapa.“Aku akui nyalimu, kucing kecil.”Ia mundur selangkah dari hadapan Laura dan mencoba memberi jarak antara mereka berdua, sembari tangannya bergerak menahan luka di perutnya, tetapi tatapannya tetap terkunci pada wajah cantik Laura yang terlihat sangat panik atas apa yang telah ia lakukan.Detak jantung Laura mendadak terasa cepat, sampai napasnya jadi terengah-engah, juga tangannya gemetar memegang pecahan gelas yang kini sudah berlumuran darah sampai menjatuhkan gelas itu hingga pecah berkeping-keping ke la

  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 8 - Lebih Baik Kau Mati!

    “Aku berhak, karena kau sebentar lagi akan kujadikan permaisuri di istana megahku, Laura.”Melihat celah Lucien yang terbuka begitu lebar, Laura langsung melepas jepit rambut hitam lancip yang selalu digunakan, dan mulai menusuk leher Lucien hingga mengeluarkan darah segar.Sayangnya, bukannya melepas genggaman dari tubuh ramping Laura, tangan kekar Lucien justru semakin mengerat mempercepat langkahnya untuk masuk ke dalam mobil.“TURUNKAN TUBUHKU, SIALAN! KALAU KAU MEMBAWAKU, AKAN KUPASTIKAN KAU AKAN MENYESAL!” teriak Laura mulai frustrasi dengan sikap egois Lucien.Mendengar teriakan dan ancaman yang diberikan oleh Laura, sama sekali tidak membuat Lucien takut. Justru kebalikannya, ia semakin ingin menjadikannya miliknya sampai mati.Bahkan jika sampai Laura tidak bisa menjadi miliknya di masa depan nanti, maka siapa pun pria lain tidak ada hak untuk menyentuh ataupun memilikinya juga.Ketika hal itu sampai terjadi, ia akan pastikan Laura mati di tangannya saat itu juga, karena jika

  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 7 - Selamanya Milikku!

    “Sampai kapan pun aku tidak akan menyerahkan putriku yang telah membunuh suamiku dengan cara paling kejam!”“Kau … Kau tidak pantas mendapatkan darah dagingku dan suamiku, Lucien!” sambung Madam Simone sampai suaranya menggema dalam Gereja.Mendengar pengakuan keras kepala dari Madam Simone, justru memancing amarah yang sejak tadi berusaha dipendam oleh Lucien.“Menurutmu seorang pembunuh tidak bisa menikahi putrimu?” tanya Lucien.“Ya, kau tidak pantas menikahi putriku!”Lucien menyeringai, dan berkata dengan tenang, “Bagaimana jika putrimu juga membunuh orang yang dicintainya?”“Bukankah akan serasi menikah denganku yang sama-sama pem-bu-nuh?” tantang Lucien dengan mulai perlahan menarik pelatuk yang di mana ujung pistolnya sudah membidik dahi Gabriel.Mata Laura seketika memejam karena tak kuat jika ucapan Lucien benar-benar membuat Gabriel tiada.Terlebih lagi tangannya yang dituntun untuk menarik pelatuk dalam posisi yang tak bisa mengelak.“HENTIKAN, LUCIEN! JANGAN MEMBUAT PUTRIK

  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 6 - Tawanan Cinta

    Semua orang menatap ke sumber suara, melihat sosok Lucien yang berjalan di tengah para bawahannya yang sudah berbaris di sepanjang karpet merah yang panjang, sambil memegang pistol masing-masing.“Lu-Lucien?” gumam Madam Simone.Gabriel yang berdiri segera menggenggam erat tangan Laura, karena khawatir pengantinnya dibawa kabur oleh pria tidak waras itu.Seharusnya pernikahan mereka dilaksanakan secara privasi dan hanya beberapa keluarga saja yang diundang. Tidak ada satu orang luar pun yang mengetahuinya, karena sudah disuap oleh Madam Simone untuk tetap diam demi lancarnya acara pernikahan Laura dan Gabriel.“Apa kau sedang bingung, jalang kecilku?” tanya Lucien.“Berani sekali kau melakukan pernikahan secara diam-diam.”“Bukan urusanmu, Tuan!” jawab Laura tegas.Gabriel yang sangat marah karena pernikahannya dengan Laura justru dirusak oleh Lucien, ia segera menoleh ke Pastor yang berdiri ketakutan, untuk memaksanya tetap melanjutkan acara ini sampai selesai.Namun, Pastor itu terli

  • Hasrat Membara Penguasa Kejam   BAB 5 - Altar Berdarah

    “GABRIEL!” Laura berteriak histeris, berusaha berlari menghampiri tunangannya, tetapi Madam Simone menahan tubuhnya dengan tangis ketakutan.Gabriel terjatuh, lutut kanannya menghantam tanah, sementara tangan kirinya menekan luka yang mengucurkan darah. Napasnya jadi terasa memburu, tetapi tatapannya tetap penuh perlawanan mengarah pada Lucien.“La—Laura, jangan mendekat!” seru Madam Simone dengan suara yang bergetar.“Tetapi Gabriel terluka, Bu!” jawabnya.“Ibu tahu, tapi lelaki itu … berbahaya!”Lucien mulai melangkah maju dengan tenang, pistol berwarna hitam legam masih tergenggam di tangan kanannya. Mata dinginnya tak pernah lepas dari Gabriel yang kini berlutut di hadapannya.“Melihatmu berlutut seperti ini membuatku bahagia,” ujar Lucien dengan suara rendah dan tajam.“Karena pria yang katanya menjadi tunangan Laura … kini tunduk di kakiku.”“Pengecut!” seru Gabriel dengan nada penuh amarah, meski suaranya terdengar melemah akibat rasa sakit di lututnya.“Hanya pria lemah yang m

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status