Share

AKANKAH HATIKU KUAT?

Author: Sinuka
last update Last Updated: 2025-03-04 10:05:00

Kami tampak bahagia dan saling mencintai. Tapi dasarnya akulah yang terlalu naif ... mempercayai seseorang yang baru ku kenal hanya karena penampilannya yang lugu, hingga akhirnya orang itulah yang merusak rumah tanggaku.

Di dalam kamar aku hanya diam sambil mengamati sekeliling ruangan. Entah mengapa, aku tidak bisa menangis, meskipun sakit yang kurasakan rasanya hampir mencekik, tapi setetespun tidak ada air mata yang keluar. Mungkin aku terlalu marah hingga rasanya enggan menangisi penghianatan mas Danu, yang ada hanyalah rasa dendam dan kecewa.

"Laila ...." panggil mas Danu dari balik pintu. "Bisa bicara sebentar?"

"Masuklah,"

"Mama yakin dengan keputusan Mama? Mama ikhlas Papa menikahi Mina?" tanya mas Danu dengan raut wajah sendu. Mas Danu menggenggam tangaku erat dan menatap mataku nanar.

"Iya, aku yakin!"

"Pikirkan lagi, Ma. Kalau Papa menikahi Mina anak-anak bagaimana?"

"Kenapa baru sekarang mempertanyakan hal itu, Mas? Harusnya sebelum Mas meniduri Mina, Mas sudah tau konsekuensinya. Sekarang semua sudah terjadi, dan Mas harus tanggung jawab," ucapku dengan tatapan dingin.

"Baiklah, tapi Papa cuma minta satu hal, meskipun Papa sudah menikah dengan Mina, Mama harus tetap tinggal di rumah ini bersama anak-anak,"

"Kan sudah ku bilang, status Mina di rumah ini tetap sama ... dia tetap jadi pembantu dan aku Nyonya. Mas menikahi dia hanya sebagai pertanggung jawaban atas anak yang ada dalam kandungannya, bukan pada diri Mina," jawabku datar.

"Jangan pernah meminta pengampunan atas penghianatanmu kali ini, Mas. Akulah yang akan menentukan kapan aku siap dan aku mau memaafkanmu. Sebagai imbalan, aku akan tetap tinggal di rumah ini bersama anak-anak dan akan menutupi aib ini dari keluarga besar," imbuhku lagi,

"Kasian Mina Ma kalau dia tetap bekerja dalam keadaan mengandung. Kalau sampai terjadi apa-apa dengan kandungannya bagaimana? Kalau Mama membenci Mina setidaknya beri dia waktu sampai melahirkan, setelah itu semua terserah Mama,"

Aku menatap tajam kearah mas Danu, tanpa aku berbicara sekalipun dia pasti paham bahwa saat ini aku sedang menghujaninya dengan kebencian lewat tatapan mata.

Karena paham dengan situasi yang sedang dia hadapi, mas Danupun mencoba untuk menjelaskan maksud dari ucapannya.

"Maksud Papa, setidaknya selama Mina belum melahirkan biarkan dia istirahat dulu. Mama cari pembantu yang lain untuk membantu membersihkan rumah. Setelah Mina melahirkan, Mama boleh menjadikan Mina pembantu lagi. Hanya itu, Ma,"

"Hanya, kamu bilang? Sudah syukur aku tidak melaporkan kalian atas kasus perzinahan. Itu sudah syukur, Mas! Jangan memaksaku untuk berbuat sesuatu yang lebih kejam dari ini. Kalau Mas tidak setuju dengan keputusanku, lebih baik aku pergi dari rumah ini membawa anak-anak. Aku yakin, saat Gema dan Jesna tau kelakuan Papanya mereka pasti akan membencimu, Mas." Aku menggunakan anak-anak sebagai kunci atas kendaliku pada mas Danu. Aku tidak akan membiarkan Mina hidup nyaman diatas penderitaanku.

"Oke ... oke. Terserah Mama, Papa pasrah, yang penting Mama tetep tinggal di rumah ini," jawab mas Danu yang akhirnya menyerah dengan negosiasi kali ini.

"Secepatnya urus pernikahan Mas dengan Mina. Usahakan sebelum awal bulan depan kalian sudah sah. Besok biar aku yang bawa Mina ke dokter kandungan untuk mengetahui usia kandungannya,"

"Makasih, Laila. Mas minta maaf sudah menyakitimu untuk yang kedua kalinya." Mas danu hendak menarikku ke dalam pelukannya, tapi dengan cepat aku menolak lalu menyuruh mas Danu pergi karena aku butuh waktu untuk sendiri.

Setelah mas Danu keluar dari kamar, aku menelepon Jesna dan Gema untuk ke kamarku. Mereka sudah dewasa, dan sudah seharusnya tau tentang apa yang sedang terjadi dengan Papa dan Mamanya. Aku tidak mau mereka tau hal ini dari orang lain.

"Ada apa, Ma?" tanya Jesna yang langsung ikut duduk di pinggir ranjang bersamaku. Sedangkan Gema, lebih memilih untuk tiduran di atas ranjang dan memeluk pinggangku. Hubunganku dan anak-anak memang sangat dekat, mereka terbiasa menceritakan apapun padaku layaknya seorang teman.

"Sebelum Mama bicara, Mama boleh minta satu hal?" tanyaku sebelum mengawali pembicaraan. Gema dan Jesna hanya mengangguk dengan wajah penasaran. "Apapun yang akan Mama katakan, Mama minta kalian tetap kuat, dan jangan pernah membenci Papa. Bisa?"

"Bisa, Ma."

"Sebentar lagi Papa dan mbak Mina akan menikah. Mbak Mina sedang hamil anak Papa," ucapku dengan suara gemetar. Dihadapan mas Danu aku boleh saja kuat, tapi di depan putra-putriku aku tetap seorang istri yang dihianati kesetiaannya.

"Mama bercanda? Nggak lucu, ah," ucap Jesna merajuk. Sedang Gema langsung duduk dan memelukku. Karena usia Gema lebih tua, dia jadi lebih dewasa dalam menyikapi masalah, terlebih dia sangat menyayangiku. Dan tangisanku adalah hal yang paling dia benci di dunia ini, katanya.

Menyadari bahwa apa yang ku katakan adalah benar, Jesna pun langsung ikut memeluk dan menguatkan aku. Karena merekalah aku kuat, ada masa depan mereka yang harus ku perjuangkan haknya.

Hampir setengah jam lamanya kami berpelukan dan saling menguatkan satu sama lain. Meskipun hatiku remuk oleh mas Danu, tapi aku meminta anak-anak untuk tetap menghargai dan menyayangi Papanya.

"Jesna janji nggak akan biarin si Mina hidup bahagia diatas penderitaan, Mama. Dia harus tau akibatnya,"

***

Keesokan paginya, aku bangun seperti biasa, menyiapkan baju kerja mas Danu dan membangunkan anak-anak untuk sarapan.

Saat turun ke bawah aku dibuat terkejut dengan keadaan meja makan yang kosong melompong. Tak ada makanan satupun.

"Ma, kok mejanya kosong?" tanya Jesna heran. Tanpa menjawab pertanyaan Jesna, aku langsung menuju kamar Sri dengan diikuti Jesna dari belakang.

"Mina ... Minaa ... bangun!" Aku menggedor dan berteriak di depan kamar perempuan sinting dan tidak tau diri itu.

"Iya, Bu, sebentar," sahutnya dengan suara lemah.

Tak lama kemudian knop pintu berputar, Mina muncul dari dalam dengan wajah kuyu dan rambut acak-acakan.

"Kenapa kamu baru bangun? Sarapannya mana? Kamu saya gaji buat kerja bukan buat malas-malasan," ucapku penuh penekanan.

"Maaf, Bu. Saya mual dan lemas, mungkin karena usia kandungan saya yang masih trimester pertama. Maaf ya, Bu," jawabnya lesu.

"Mbak Mina yang cantik ... siapa suruh Mbak hamil? Mbak kan nggak punya suami. Lagian kemarin sebelum ketauan sama Mama nggak pernah mual dan lemas kan? Jangan banyak alasan, deh. Sekarang cepet buatin sarapan mbak. Sebentar lagi aku mau masuk kelas nih!" Jesna membentak Mina dengan mata melotot.

Jesna putriku memang terkenal galak dan judes, dia tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya pada seseorang.

"Cepat buatin sarapan. Saya tunggu setengah jam lagi," aku memutar badan dan tidak memperdulikan tatapan mengiba dari Mina. Mungkin dia berpikir setelah aku mengetahui semuanya, hidupnya akan jauh lebih mudah, ck ... padahal penderataan yang sebenarnya baru saja di mulai.

Tanpa aku membalas dendam dengan kejam, Jesna dan saudara-saudara mas Danu pasti aku membalaskan sakit hatiku pada Mina. Aku hanya tinggal berdiam diri menyaksikan karma menjalankan tugasnya.

"Dek, kok meja makan kosong?" tanya mas Danu, dia baru saja turun dari lantai atas.

"Mas tanyalah sama selingkuhan Mas, apa yang dia kerjakan sampai tidak memasak untuk sarapan pagi ini. Atau mungkin semalam kalian habis 'olahraga' lagi makanya pagi ini dia kelelahan," ucapku sambil menyruput segelas teh buatanku di depan TV. Aku berani berkata demikian karena kami hanya berdua di ruang TV, sedangkan Jesna sedang menunggu sarapan di taman belakang bersama Kakaknya.

"Sudahlah, Dek. Jangan bawa-bawa masalah itu. Kalau anak-anak dengar bagaimana?"

"Maksud Mas? Jadi selama ini Mas berpikir bisa menutupi bangkai ini dari anak-anak? Hahaha ... sadar, Mas. Anak-anakmu sudah besar, mereka bukan anak kecil yang bisa di bodohi dengan alasan konyol. Mereka pasti menyadari tingkah aneh Papa dan pembantunya," ucapku dengan nada mengejek dan pandangan lurus kedepan.

Bersambung .....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   BALAS DENDAM

    “Jadi sekarang mereka sudah tau tentang hal ini?" tanya mas Danu. "Aku memberitahu mereka semalam, bagiku itu lebih baik dari pada mereka tau masalah ini dari orang lain. Lebih baik aku jujur saja kan?" Aku tetap santai dan tenang, meskipun hatiku sudah hancur dan tubuhku rasanya mengawang, tapi aku harus tetap tenang. Karena emosi hanya akan membawaku pada penyesalan nantinya."Bersikaplah biasa saja, jangan terlalu menonjol agar Gema dan Jesna tidak terlalu membencimu," ucapku yang kemudian berdiri dan menghampiri Mina di dapur. Rupanya Jesna sedang mengawasi Mina memasak. Putriku itu memang gadis yang pemberani dan tangguh. Dia tidak akan membiarkan orang lain bahagia setelah merusak kebahagiaannya."Sayang ngapain disini?" tanyaku sambil membelai rambutnya. "Ngawasin dia masak, Mah. Nanti kalau nggak di awasin pasti ngelunjak males-malesan. Mentang-mentang udah bisa ngerebut hati Papa," jawab putriku sambil melirik sinis kearah Min

    Last Updated : 2025-03-04
  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   Rencana pertama

    Meskipun dalam keadaan kesal mau tidak mau Mina tetap berangkat untuk membeli nasi uduk. Berulang kali aku melihat Mina mencuri pandang ke arah mas Danu untuk meminta pembelaan, tapi berulang kali juga mas Danu memilih acuh dan melanjutkan sarapannya. Biasanya kami sekeluarga tidak pernah protes dengan hidangan apapun yang disediakan oleh Mina, karena masakannya tergolong enak dan pas untuk lidah kami yang pecinta pedas. Tapi mungkin mulai sekarang Jesna akan mulai rewel dan banyak protes pada Mina mengenai banyak hal, sebagai bentuk balas dendamnya pada Mina. "Papa berangkat ya, Ma," pamit mas Danu. Dia hendak mencium keningku, tapi aku mundur beberapa langkah untuk menghindarinya. "Ma ... sekali saja," pinta mas Danu dengan wajah memelas. Mencium kening sudah seperti ritual kami saat mas Danu akan berangkat kerja. Tapi kali ini rasanya aku jijik ketika mengingat bibir itu telah dia gunakan untuk mencium wanita lai

    Last Updated : 2025-03-08
  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   KEMARAHAN DANU

    "Eh ada Tante Ica ... Kangen banget ih," teriak Jesna dari arah tangga. Jesna berlari dengan girangnya menghampiri Kak Ica lalu mereka berpelukan untuk beberapa saat. "Iya ... Tante juga kangen. Jesna kabar baik, Sayang?" tanya kak Ica lembut. "Baik, Tante. Jesna sehat." Kemudian Jesna mendekati Mina dan merangkul pundaknya. "Ini nih Tante ulat bulu yang Jesna maksud, Tante udah kenalan?" tanya Jesna dengan raut wajah mengejek. "Udah, Jes. Pantes aja kamu panggil ulat bulu, penampilannya aja kaya perempuan nggak bener gini. Ampun deh, Tante. Selera Papamu nggak banget," jawab kak Ica sambil bergidik. Sedangkan aku hanya berdiam diri sambil melipat tangan di depan dada. Pertunjukan ini sangat menyenangkan dan sayang untuk di lewatkan. "Hentikan! Kalian tidak berhak menghinaku. Yang di dalam perut ini juga anak mas Danu ... sama seperti Jesna. Kalau bu Laila bisa jadi istri yang baik, mana mungkin mas Danu selingkuh dengank

    Last Updated : 2025-03-08
  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   PERMULAAN!

    "Lihatlah Mina! Betapa suamiku sangat membanggakan aku di depanmu yang bahkan sedang mengandung anaknya. Kamu hanyalah wanita penghibur saat suamiku merasa bosan. Level kita terlalu jauh, Sayang," ucapku dengan tatapan merendahkan. "Maasss ... mana janjimu yang bakal bikin aku bahagia? Aku lagi hamil anak kamu, Mas. Aku butuh dukungan, aku disiksa disini," ucap Mina berderai air mata. Melihat Mina menangis dan memasang wajah sedih membuat mas Danu melunak. Dia menyugar rambutnya kasar, lalu menghela napas berat. "Tolonglah, Mina, jangan buat masalah disini. Siapa yang nyiksa kamu? Jelas-jelas kamu yang dengan entengnya nampar kak Ica," jawab mas Danu melembut."Mas ... aku seharian ini di siksa sama kak Ica dan Jesna. Padahal mereka tau aku lagi hamil, tapi aku nggak di bolehin istirahat. Kalau aku keguguran gimana?" Mina menangis tergugu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Fiuuhhh ... drama sekali perempuan ini!"Ap

    Last Updated : 2025-03-13
  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   POV MINA

    POV : MINA Hari ini aku di buat terkejut saat bu Laila masuk kamarku tanpa mengetuk pintu. Apesnya saat ini aku sedang memegang lingerie yang dibelikan oleh mas Danu dua hari yang lalu, sebagai hadiah karena aku pintar melayaninya. Ah aku jadi senyum-senyum sendiri mengingatnya .... Tentu saja bu Laila langsung menanyakan asal-usul lingerie ini ... huh kepo sekali dia. Akhirnya aku beralasan kalau lingerie ini milik Kakakku di kampung. Meskipun raut wajah bu Laila nampak tidak yakin, tapi akhirnya dia iya-iya saja. Pagi ini dia memintaku pergi belanja ke swalayan biasa, yang membuatku senang bukan kepalang adalah, ternyata belanja kali ini aku diantar mas Danu yang katanya mau bertemu teman. Yaa ... kalian taulah itu cuma alibi. Meskipun weekend, untung saja swalayan yang ku datangi sedang sepi, jadi belanjanya tidak memakan waktu lama. Hanya sekitar empat puluh lima menit. "Tadi Laila pesan katanya j

    Last Updated : 2025-03-14
  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   MENGUSIR MINA?

    Aku berjalan menuju kamar kak Ica setelah puas mengerjai mas Danu. Sebenarnya aku kasihan, pasti dia merasa tersiksa saat keinginannya sudah di ubun-ubun tapi gagal mencapai klimaks. Ah ... tapi biarlah, apa yang mas Danu dapatkan belum seberapa daripada sakit hatiku ini. Semoga engkau mengampuniku YaAllah .... gumamku dalam hati. "Ngobrolin apa sama Danu?" tanya kak Ica. Lalu mengalirlah cerita kocak sore ini, kami berdua terbahak sampai sakit perut membayangkan ekspresi melas mas Danu. "Pinter ... kamu harus waspada masalah keuangan. Kalau bisa kurangin aja jatah Danu jadi lima juta perbulan biar dia kapok," ucap kak Ica dengan raut wajah grigitan."Kasian lah, Kak. Dia sering ke proyek soalnya, belum lagi buat makan sama klien saat negosiasi kerjaan," "Iya sih ... yaudah yang penting kamu amanin semua aset, termasuk buku nikah juga harus kamu simpan. Kakak takutnya Danu dihasut Mina buat menceraikan kamu. Nanti Kakak bantu buat ngo

    Last Updated : 2025-03-15
  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   NERAKA BAGI MINA

    Ini adalah hari pertama tanpa Mina di rumah. Moodku jadi lebih bagus, dan rumah terasa lebih nyaman, tentram, damai, sejuk ... ah intinya rumah jadi kembali seperti dulu. Hanya mas Danu yang masih terlihat kesal karena tadi malam dia harus mengeluarkan uang dua juta untuk membayar kontrakan dan uang makan Mina."Ayolah, Ma, tambahin lagi jatah Papa. Dua juta aja deh nggak usah banyak-banyak," rengek mas Danu sambil mengikutiku kesana kemari. "Uang Mas kan masih delapan juta, itu juga masih banyak," jawabku malas. "Mama ... ayolah!" Rengeknya lagi. "Yaudah nanti aku transfer," jawabku. "Makasih, Sayang. Papa berangkat dulu ya." Mas Danu langsung mengecup pipiku dan berjalan keluar rumah dengan langkah riang seperti anak kecil. Hari ini aku berencana mendatangi kontrakan Mina bersama Rumi. Kebetulan Rumi juga memintaku untuk menemaninya belanja bulanan. Karena dirumah ini sudah tidak ada ART jadi pekerjaan rumah ku handle send

    Last Updated : 2025-03-15
  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   KECURIGAAN?

    “Min, kalau di rumah tolong pakaiannya lebih sopan, ya. Di rumah kan ada Bapak sama mas Gema, kurang pantas kalau kamu pakai baju seperti itu," ujarku menegur Mina, asisten rumah tangga yang baru bekerja di rumahku dua bulan belakangan.Ada gurat tidak suka dalam ekspresinya, tapi dengan cepat dia menutupinya dengan senyum dan anggukan sopan. Bukan tanpa alasan aku menegurnya seperti ini, baju yang di kenakan Mina sangat ketat, ada kancing yang terbuka di bagian atas, hingga saat dia sedikit menunduk membuat buah dadanya terlihat dengan leluasa. Beberapa kali aku memergoki Gema, anak sulungku mencuri pandang pada Mina. Usia mereka memang tidak beda jauh, Gema 21 tahun sedangkan Mina 26 tahun. Tidak bisa di pungkiri, tubuh ARTku itu memang padat berisi, sehingga menonjolkan beberapa bagian tubuhnya yang membuat mata laki-laki akan langsung menatap takjub pada kemolekannya. Tapi sebenarnya hal itu bisa diakali kalau saja Mina mengenakan baju yang lebih longgar

    Last Updated : 2025-03-04

Latest chapter

  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   NERAKA BAGI MINA

    Ini adalah hari pertama tanpa Mina di rumah. Moodku jadi lebih bagus, dan rumah terasa lebih nyaman, tentram, damai, sejuk ... ah intinya rumah jadi kembali seperti dulu. Hanya mas Danu yang masih terlihat kesal karena tadi malam dia harus mengeluarkan uang dua juta untuk membayar kontrakan dan uang makan Mina."Ayolah, Ma, tambahin lagi jatah Papa. Dua juta aja deh nggak usah banyak-banyak," rengek mas Danu sambil mengikutiku kesana kemari. "Uang Mas kan masih delapan juta, itu juga masih banyak," jawabku malas. "Mama ... ayolah!" Rengeknya lagi. "Yaudah nanti aku transfer," jawabku. "Makasih, Sayang. Papa berangkat dulu ya." Mas Danu langsung mengecup pipiku dan berjalan keluar rumah dengan langkah riang seperti anak kecil. Hari ini aku berencana mendatangi kontrakan Mina bersama Rumi. Kebetulan Rumi juga memintaku untuk menemaninya belanja bulanan. Karena dirumah ini sudah tidak ada ART jadi pekerjaan rumah ku handle send

  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   MENGUSIR MINA?

    Aku berjalan menuju kamar kak Ica setelah puas mengerjai mas Danu. Sebenarnya aku kasihan, pasti dia merasa tersiksa saat keinginannya sudah di ubun-ubun tapi gagal mencapai klimaks. Ah ... tapi biarlah, apa yang mas Danu dapatkan belum seberapa daripada sakit hatiku ini. Semoga engkau mengampuniku YaAllah .... gumamku dalam hati. "Ngobrolin apa sama Danu?" tanya kak Ica. Lalu mengalirlah cerita kocak sore ini, kami berdua terbahak sampai sakit perut membayangkan ekspresi melas mas Danu. "Pinter ... kamu harus waspada masalah keuangan. Kalau bisa kurangin aja jatah Danu jadi lima juta perbulan biar dia kapok," ucap kak Ica dengan raut wajah grigitan."Kasian lah, Kak. Dia sering ke proyek soalnya, belum lagi buat makan sama klien saat negosiasi kerjaan," "Iya sih ... yaudah yang penting kamu amanin semua aset, termasuk buku nikah juga harus kamu simpan. Kakak takutnya Danu dihasut Mina buat menceraikan kamu. Nanti Kakak bantu buat ngo

  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   POV MINA

    POV : MINA Hari ini aku di buat terkejut saat bu Laila masuk kamarku tanpa mengetuk pintu. Apesnya saat ini aku sedang memegang lingerie yang dibelikan oleh mas Danu dua hari yang lalu, sebagai hadiah karena aku pintar melayaninya. Ah aku jadi senyum-senyum sendiri mengingatnya .... Tentu saja bu Laila langsung menanyakan asal-usul lingerie ini ... huh kepo sekali dia. Akhirnya aku beralasan kalau lingerie ini milik Kakakku di kampung. Meskipun raut wajah bu Laila nampak tidak yakin, tapi akhirnya dia iya-iya saja. Pagi ini dia memintaku pergi belanja ke swalayan biasa, yang membuatku senang bukan kepalang adalah, ternyata belanja kali ini aku diantar mas Danu yang katanya mau bertemu teman. Yaa ... kalian taulah itu cuma alibi. Meskipun weekend, untung saja swalayan yang ku datangi sedang sepi, jadi belanjanya tidak memakan waktu lama. Hanya sekitar empat puluh lima menit. "Tadi Laila pesan katanya j

  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   PERMULAAN!

    "Lihatlah Mina! Betapa suamiku sangat membanggakan aku di depanmu yang bahkan sedang mengandung anaknya. Kamu hanyalah wanita penghibur saat suamiku merasa bosan. Level kita terlalu jauh, Sayang," ucapku dengan tatapan merendahkan. "Maasss ... mana janjimu yang bakal bikin aku bahagia? Aku lagi hamil anak kamu, Mas. Aku butuh dukungan, aku disiksa disini," ucap Mina berderai air mata. Melihat Mina menangis dan memasang wajah sedih membuat mas Danu melunak. Dia menyugar rambutnya kasar, lalu menghela napas berat. "Tolonglah, Mina, jangan buat masalah disini. Siapa yang nyiksa kamu? Jelas-jelas kamu yang dengan entengnya nampar kak Ica," jawab mas Danu melembut."Mas ... aku seharian ini di siksa sama kak Ica dan Jesna. Padahal mereka tau aku lagi hamil, tapi aku nggak di bolehin istirahat. Kalau aku keguguran gimana?" Mina menangis tergugu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Fiuuhhh ... drama sekali perempuan ini!"Ap

  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   KEMARAHAN DANU

    "Eh ada Tante Ica ... Kangen banget ih," teriak Jesna dari arah tangga. Jesna berlari dengan girangnya menghampiri Kak Ica lalu mereka berpelukan untuk beberapa saat. "Iya ... Tante juga kangen. Jesna kabar baik, Sayang?" tanya kak Ica lembut. "Baik, Tante. Jesna sehat." Kemudian Jesna mendekati Mina dan merangkul pundaknya. "Ini nih Tante ulat bulu yang Jesna maksud, Tante udah kenalan?" tanya Jesna dengan raut wajah mengejek. "Udah, Jes. Pantes aja kamu panggil ulat bulu, penampilannya aja kaya perempuan nggak bener gini. Ampun deh, Tante. Selera Papamu nggak banget," jawab kak Ica sambil bergidik. Sedangkan aku hanya berdiam diri sambil melipat tangan di depan dada. Pertunjukan ini sangat menyenangkan dan sayang untuk di lewatkan. "Hentikan! Kalian tidak berhak menghinaku. Yang di dalam perut ini juga anak mas Danu ... sama seperti Jesna. Kalau bu Laila bisa jadi istri yang baik, mana mungkin mas Danu selingkuh dengank

  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   Rencana pertama

    Meskipun dalam keadaan kesal mau tidak mau Mina tetap berangkat untuk membeli nasi uduk. Berulang kali aku melihat Mina mencuri pandang ke arah mas Danu untuk meminta pembelaan, tapi berulang kali juga mas Danu memilih acuh dan melanjutkan sarapannya. Biasanya kami sekeluarga tidak pernah protes dengan hidangan apapun yang disediakan oleh Mina, karena masakannya tergolong enak dan pas untuk lidah kami yang pecinta pedas. Tapi mungkin mulai sekarang Jesna akan mulai rewel dan banyak protes pada Mina mengenai banyak hal, sebagai bentuk balas dendamnya pada Mina. "Papa berangkat ya, Ma," pamit mas Danu. Dia hendak mencium keningku, tapi aku mundur beberapa langkah untuk menghindarinya. "Ma ... sekali saja," pinta mas Danu dengan wajah memelas. Mencium kening sudah seperti ritual kami saat mas Danu akan berangkat kerja. Tapi kali ini rasanya aku jijik ketika mengingat bibir itu telah dia gunakan untuk mencium wanita lai

  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   BALAS DENDAM

    “Jadi sekarang mereka sudah tau tentang hal ini?" tanya mas Danu. "Aku memberitahu mereka semalam, bagiku itu lebih baik dari pada mereka tau masalah ini dari orang lain. Lebih baik aku jujur saja kan?" Aku tetap santai dan tenang, meskipun hatiku sudah hancur dan tubuhku rasanya mengawang, tapi aku harus tetap tenang. Karena emosi hanya akan membawaku pada penyesalan nantinya."Bersikaplah biasa saja, jangan terlalu menonjol agar Gema dan Jesna tidak terlalu membencimu," ucapku yang kemudian berdiri dan menghampiri Mina di dapur. Rupanya Jesna sedang mengawasi Mina memasak. Putriku itu memang gadis yang pemberani dan tangguh. Dia tidak akan membiarkan orang lain bahagia setelah merusak kebahagiaannya."Sayang ngapain disini?" tanyaku sambil membelai rambutnya. "Ngawasin dia masak, Mah. Nanti kalau nggak di awasin pasti ngelunjak males-malesan. Mentang-mentang udah bisa ngerebut hati Papa," jawab putriku sambil melirik sinis kearah Min

  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   AKANKAH HATIKU KUAT?

    Kami tampak bahagia dan saling mencintai. Tapi dasarnya akulah yang terlalu naif ... mempercayai seseorang yang baru ku kenal hanya karena penampilannya yang lugu, hingga akhirnya orang itulah yang merusak rumah tanggaku. Di dalam kamar aku hanya diam sambil mengamati sekeliling ruangan. Entah mengapa, aku tidak bisa menangis, meskipun sakit yang kurasakan rasanya hampir mencekik, tapi setetespun tidak ada air mata yang keluar. Mungkin aku terlalu marah hingga rasanya enggan menangisi penghianatan mas Danu, yang ada hanyalah rasa dendam dan kecewa. "Laila ...." panggil mas Danu dari balik pintu. "Bisa bicara sebentar?""Masuklah," "Mama yakin dengan keputusan Mama? Mama ikhlas Papa menikahi Mina?" tanya mas Danu dengan raut wajah sendu. Mas Danu menggenggam tangaku erat dan menatap mataku nanar."Iya, aku yakin!""Pikirkan lagi, Ma. Kalau Papa menikahi Mina anak-anak bagaimana?" "Kenapa baru sekarang mempertanya

  • Hasrat Liar Suami dan Pembantuku   BUKAN YANG PERTAMA

    "Ternyata kamu mengulanginya lagi, Mas," ucapku dengan tatapan dingin ke arah mas Danu. "Sayang ini cuma salah paham. Papa bisa jelasin semuanya." Mas Danu berusaha mendekat dan meraih tanganku tapi dengan cepat aku menepisnya. "Lima belas tahun lalu aku memaafkanmu dan memberimu kesempatan demi anak-anak, tapi ternyata ini balasanmu, Mas? Apa harta membuatmu silau dan berfikir bisa memiliki semua yang kamu inginkan termasuk wanita? Sekarang aku mau Mas mengatakan yang sebenanya. Jangan ada yang di tutup-tutupi lagi," ucapku dengan tenang, meskipun hatiku sakit bak teriris sembilu tapi aku harus kuat dan tidak boleh gegabah. Ada anak-anak yang harus ku jaga perasaannya. Bagiku percuma menghabiskan energi untuk memaki kedua manusia tak beradab di hadapanku ini, toh tidak akan merubah kenyataan bahwa mas Danu sudah menghianatiku untuk yang kedua kalinya. "Jelaskan, Mas! Sejak kapan kalian berhubungan seperti ini. Jangan diam saja seperti pengecu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status