Ting tongAustin membantu Bella berdiri dari duduknya. Dengan menggunakan dress chiffon warna hitam bermotif bunga-bunga Bella terlihat begitu anggun."Kamu selalu menawan sayang," bisik Austin dengan mesra.Bella tersenyum manis dan mengedipkan matanya, "Biar kamu semakin cinta," ucapnya sambil tertawa kecil.Austin tertawa mendengar kekasih hatinya itu, "Hmm, kamu benar..Karena aku tiap detik, tiap menit, tiap jam semakin cinta sama kamu love," sahut Austin yang sudah meraih pinggul Bella dan mendekapnya.Di kecupnya bibir manis itu dengan mesra. "Aku mencintaimu di setiap helaan nafasku," bisik Austin dengan mesra."Me too..." jawab Bella pelan sambil mengusap pipi kekasihnya dengan mesra.Austin meraih tangan Bella dan menuntunya keluar dari Apartment.Ceklek! Terlihat Max sudah berdiri di depan pintu menunggu mereka berdua."Tuan, Nyonya... mobil sudah siap..." ujar Max dengan sedikit membungkuk."Thanks Max,
Bella membiarkan apa yang ingin Giselle lakukan karena banyak mata yang melihat ke arah mereka dan menjawab, "Sangat baik."Setelah memeluk Bella, Giselle kemudian beralih ke arah Austin dan ingin memeluk ala sahabat kepada pria tersebut. Karena itulah tujuan utamanya.Ketika dirinya hendak merangkul Austin, pria itu segera menoleh dan meminta map yang di pegang oleh Ethan."Mana berkasnya?" tanya Austin.Giselle kemudian tersenyum dan mundur perlahan.Ethan memberikan map yang sedari tadi dia pegang, "Ini Tuan.""Jadi, apa keperluan Tuan Austin datang mengunjungiku secara langsung seperti ini ?" ujar Giselle tersenyum manja. Dia tidak akan segan-segan di depan Bella. Kapan lagi dia memiliki kesempatan seperti ini bukan?Austin menaikkan satu alisnya, "Saya mau—"Giselle langsung memotong perkataan Austin, "Ah, atau bagaimana kalau ke ruangan saya saja Tuan? Jadi kita bisa bicara lebih nyaman dan mungkin jauh lebih akrab.”"Tapi kalau memang untuk pembicaraan bisnis, mohon maaf saya ti
Empat jam sebelumnya...Ting tongAustin dari dalam kamar keluar hanya dengan menggunakan kimono untuk membuka pintu Apartmentnya, sedangkan kekasih hatinya itu masih dalam tertidur pulas."Pagi Tuan," sapa Max yang sudah berdiri sopan."Ada apa Max?"Max menyerahkan satu map tebal berbahan kulit. "Ini ada kiriman dari Tuan Gerald," jawab Max."Masuk, kita bicarakan di kantorku."Austin dan Max segera masuk menuju kantor Austin yang berada di dalam Apartment.Pria tampan itu segera duduk di kursinya dan Max ikut duduk di kursi lainnya. Berhadapan dengan Tuannya itu."Apa dia sudah menerima kiriman dariku ?" Austin membuka percakapan."Sudah Tuan, anak buahku yang menyerahkannya secara langsung ke Asistent Tuan Gerald," imbuh Max."Hmm, baguslah. Semoga matanya bisa terbuka lebar! Dan otaknya bekerja dengan baik!! Dasar pria bodoh!" sungut Austin mengingat temannya itu yang berhasil di bodohi oleh Alea.Wanita rubah yang selalu bersikap manis dan polos di depan dirinya dan Gerald. Beru
Di dalam mobil Rolls Royce Phantom Limousin terlihat wanita cantik dengan perut sedikit membuncit di kehamilannya yang memasuki usia dua bulan."Love?" gumam Austin memanggil kekasih hatinya."Hmm..." jawab Bella singkat."Oh my, apa lagi salahku saat ini?" gumam Austin dalam hati. Melihati situasi tidak baik-baik saja. Austin memilih menutup sekat antara mereka berdua dan Max. "Max langsung ke Rumah Sakit," seru Austin sebelum sekat tersebut tertutup dengan sempurna."Baik Tuan," sahut Max bertepatan dengan tertutup dengan sempurnanya sekat tersebut.Austin kemudian berbalik ke arah wanitanya itu. Wajah manis yang mengalihkan dunia seorang Austin Harold."Sayang, jangan diam seperti ini please," bujuk Austin sambil menggenggam kedua tangan kekasih hatinya."Aku tidak apa-apa," jawab Bella singkat.Austin menghela nafas. Karena kata 'Aku tidak apa-apa' lebih terdengar menakutkan dari pada di marahi secara langsung. Dan diamnya
"Oh my! Sayang, please jangan hancurkan pertahananku untuk tidak melahapmu sekarang juga. Katakan padaku sekarang juga apa kesalahanku atau aku suruh Max putar kembali ke rumah dan benar-benar memakanmu. Apa kamu tahu, hari ini kamu terus membuatku pangling dengan sikap menggemaskanmu ini... Argh!"Deg!!Bella sontak berbalik, "Sa-sayang... Kamu! Masa ancamannya seperti itu. Lalu kenapa kamu yang sepe—Euhmm... Umpht!" Austin langsung melahap kembali bibir ranum yang terus berceloteh dengan menggemaskan.Bagaikan magnet yang kuat. Austin tidak akan pernah bisa menahan diri untuk satu hal itu.Dua menit mereka berpagutan. Meskipun Bella kesal kepada kekasihnya, dia tidak akan mampu menolak ciuman dan sentuhan lembut yang begitu memabukkan.Dengan menangkup wajah Bella, Austin berkata dengan lembut. "Jadi katakan sayang, apa salahku? Aku bukan cenayang yang bisa tahu di mana letak kesalahan yang sampai membuatmu kesal seperti ini."Bella
Sesaat Della masuk menyusul ke dalam ruangan Steve, ada pria yang tampak gelisah di ruang CCTV."Cepat alihkan ke ruangan Steve," seru Ethan memerintah.Petugas CCTV sedikit ragu karena petugas tersebut masih di bawah naungan Steve, setahunya.Melihat layar yang belum terganti, Ethan menatap tajam ke arah petugas tersebut."Lakukan tugasmu sesuai apa yang aku katakan, apa kamu tidak tahu kalau—""Maaf Pak Ethan, dia tidak tahu keadaan sebenarnya, biar saya yang ambil alih dari sini," sela seorang petugas CCTV senior."Hahh!!" Ethan menghela nafas dengan kasar dan kembali fokus ke layar tersebut.Di dalam ruangan Steve, Della duduk sambil memegang sebuah map berwarna merah."Duduk Della," titah Steve."Baik Pak," Della duduk tepat di hadapan Steve yang sudah melepaskan topi dan maskernya."Apa kamu sudah siapkan rapat bersama klien yang lain?" tanya Steve."Sudah pak, tapi para klien tidak ada yang men
SreettSteve menarik dengan kasar kemeja yang di kenakan Della sehingga semua kancing pakaiannya terhambur di lantai. Membuat bagian dadanya terbuka begitu saja."Sudah kuduga, tubuhmu memang sangat indah!!"Della menitikkan airmatanya, tidak menduga mendapatkan pelecehan seperti ini, biasanya dia bisa melawan laki-laki. Tapi yang Della tidak ketahui kalau saat ini Steve di terpa oleh amarah yang luar biasa membuat dirinya mendapatkan kekuatan lebih untuk menahan tubuh Della."Pak... aku mohon!" serak Della ketakutan. Dan yang membuatnya malu karena dia tidak bisa menutupi bagian dadanya yang kini terbuka lebar. Sedangkan kedua kakinya di himpit kursi oleh Steve. Dirinya benar-benar di buat tidak berdaya."Aku akan membuatmu mendesah kenikmatan Della! Mendesahlah seperti saat ini... Teriaklah ketika aku memberikanmu kenikmatan..." seru Steve sambil tersenyum smirk dan mendekatkan wajahnya ingin menciumi Della, namun Della berusaha sekuat tenaga men
"Silahkan Nyonya, Tuan," ujar Max yang membuka pintu untuk Austin dan Bella.Kini mereka sudah tiba di Rumah Sakit Harold Grup.Austin menuntun kekasihnya itu dan menautkan jemari mereka. Bella merangkul dengan mesra lengan Austin. Melewati koridor rumah sakit dengan sambutan dari perawat dan beberapa pasien yang menyapa mereka."Love, kenapa mereka menyapa kita??" tanya Bella bingung tapi tetap membalas senyuman orang-orang yang tidak dia kenali itu.Austin mengangkat bahunya, "Mungkin karena kamu terlalu mempesona sayang," jawab Austin yang membuat wajah Bella merona.Bella memukul pelan lengan kekasihnya itu, "Isss... Gombal terus.."Tawa kecil Austin melihat ekspresi malu manja kekasihnya itu."AuBel! Kami tim AuBel! Kalian sangat serasi!! Tuan Austin dan Nona Bella bahagia selalu!!" teriak beberapa pasien dengan kompak sambil melambaikan tangan mereka ke arah Austin dan Bella.Blush...Wajah Bella memerah, "Aubel?" gumam Bella sambil tersenyum malu.Beberapa dari mereka berusaha m