"Oh my! Sayang, please jangan hancurkan pertahananku untuk tidak melahapmu sekarang juga. Katakan padaku sekarang juga apa kesalahanku atau aku suruh Max putar kembali ke rumah dan benar-benar memakanmu. Apa kamu tahu, hari ini kamu terus membuatku pangling dengan sikap menggemaskanmu ini... Argh!"
Deg!!
Bella sontak berbalik, "Sa-sayang... Kamu! Masa ancamannya seperti itu. Lalu kenapa kamu yang sepe—Euhmm... Umpht!" Austin langsung melahap kembali bibir ranum yang terus berceloteh dengan menggemaskan.
Bagaikan magnet yang kuat. Austin tidak akan pernah bisa menahan diri untuk satu hal itu.
Dua menit mereka berpagutan. Meskipun Bella kesal kepada kekasihnya, dia tidak akan mampu menolak ciuman dan sentuhan lembut yang begitu memabukkan.
Dengan menangkup wajah Bella, Austin berkata dengan lembut. "Jadi katakan sayang, apa salahku? Aku bukan cenayang yang bisa tahu di mana letak kesalahan yang sampai membuatmu kesal seperti ini."
Bella
Sesaat Della masuk menyusul ke dalam ruangan Steve, ada pria yang tampak gelisah di ruang CCTV."Cepat alihkan ke ruangan Steve," seru Ethan memerintah.Petugas CCTV sedikit ragu karena petugas tersebut masih di bawah naungan Steve, setahunya.Melihat layar yang belum terganti, Ethan menatap tajam ke arah petugas tersebut."Lakukan tugasmu sesuai apa yang aku katakan, apa kamu tidak tahu kalau—""Maaf Pak Ethan, dia tidak tahu keadaan sebenarnya, biar saya yang ambil alih dari sini," sela seorang petugas CCTV senior."Hahh!!" Ethan menghela nafas dengan kasar dan kembali fokus ke layar tersebut.Di dalam ruangan Steve, Della duduk sambil memegang sebuah map berwarna merah."Duduk Della," titah Steve."Baik Pak," Della duduk tepat di hadapan Steve yang sudah melepaskan topi dan maskernya."Apa kamu sudah siapkan rapat bersama klien yang lain?" tanya Steve."Sudah pak, tapi para klien tidak ada yang men
SreettSteve menarik dengan kasar kemeja yang di kenakan Della sehingga semua kancing pakaiannya terhambur di lantai. Membuat bagian dadanya terbuka begitu saja."Sudah kuduga, tubuhmu memang sangat indah!!"Della menitikkan airmatanya, tidak menduga mendapatkan pelecehan seperti ini, biasanya dia bisa melawan laki-laki. Tapi yang Della tidak ketahui kalau saat ini Steve di terpa oleh amarah yang luar biasa membuat dirinya mendapatkan kekuatan lebih untuk menahan tubuh Della."Pak... aku mohon!" serak Della ketakutan. Dan yang membuatnya malu karena dia tidak bisa menutupi bagian dadanya yang kini terbuka lebar. Sedangkan kedua kakinya di himpit kursi oleh Steve. Dirinya benar-benar di buat tidak berdaya."Aku akan membuatmu mendesah kenikmatan Della! Mendesahlah seperti saat ini... Teriaklah ketika aku memberikanmu kenikmatan..." seru Steve sambil tersenyum smirk dan mendekatkan wajahnya ingin menciumi Della, namun Della berusaha sekuat tenaga men
"Silahkan Nyonya, Tuan," ujar Max yang membuka pintu untuk Austin dan Bella.Kini mereka sudah tiba di Rumah Sakit Harold Grup.Austin menuntun kekasihnya itu dan menautkan jemari mereka. Bella merangkul dengan mesra lengan Austin. Melewati koridor rumah sakit dengan sambutan dari perawat dan beberapa pasien yang menyapa mereka."Love, kenapa mereka menyapa kita??" tanya Bella bingung tapi tetap membalas senyuman orang-orang yang tidak dia kenali itu.Austin mengangkat bahunya, "Mungkin karena kamu terlalu mempesona sayang," jawab Austin yang membuat wajah Bella merona.Bella memukul pelan lengan kekasihnya itu, "Isss... Gombal terus.."Tawa kecil Austin melihat ekspresi malu manja kekasihnya itu."AuBel! Kami tim AuBel! Kalian sangat serasi!! Tuan Austin dan Nona Bella bahagia selalu!!" teriak beberapa pasien dengan kompak sambil melambaikan tangan mereka ke arah Austin dan Bella.Blush...Wajah Bella memerah, "Aubel?" gumam Bella sambil tersenyum malu.Beberapa dari mereka berusaha m
Di Apartement Ethan."Masuklah," ujar Ethan sambil menarik tangan Della dengan pelan."Untuk apa kita ke sini?" tanya Della bingung.Ethan meraih tangan Della dan menaikkan lengan jas kebesaran yang di pakai Della. Kemudian menunjukkannya kepada Della."Aku hanya ingin mengobati ini," ucap Ethan pelan.Deg!Della tersontak kaget, dia sendiri tidak sadar kalau pergelangan tangannya saat ini memiliki memar.Melihat Della diam, Ethan menuntunnya masuk kedalam apartment mewahnya. Dan membawa wanita manis itu duduk di sofa ruang tamu."Tunggu di sini," ucap Ethan sambil mengulung lengan kemejanya yang kotor dengan darah."Iya..." jawab Della singkat.Della dapat melihat punggung Ethan yang tegap berjalan masuk ke arah dapur. Entah apa yang dia lakukan.Ia menunduk dan melihat pergelangan tangannya yang memar itu. "Kenapa dia bisa memperhatikan tanganku? Padahal aku sendiri tidak sadar kalau ini sudah mendapatkan memar," gumam Della.Deg!"E-ethan ?" kaget Della yang melihat Ethan sudah dudu
"Kenapa kamu ada di sini? Bukannya tadi kamu masih di ruangan kamu??! Sejak ka—" Della melancarkan pertanyaan."Sssttt... Aku minta maaf Della," potong Ethan sambil menutup mulut Della dengan telunjuknya dan menatap tajam ke manik mata wanita di depannya.Deg!Della berusaha menahan keterkejutannya, "Ck... Apa sih," ucapnya kemudian menurunkan tangan Ethan dari bibirnya.Della berlalu pergi ke mejanya melewati Ethan.Grep"Della, please... Maaf sudah menuduhmu yang bukan-bukan, aku harap kamu paham kenapa aku berpikir seperti itu," ucap Ethan pelan.Della menghela nafas dengan kasar, "Tapi bukan berarti kamu bisa menilai semua wanita sama," tukas Della begitu menohok kepada Ethan."Ya, aku tahu aku salah, maafkan aku," sesal Ethan."Hmm, baiklah, sekarang kamu kembalilah," ujar Della."Tunggu," Ethan kembali mencegat tangan Della."Ada apa?""Keluarlah dari perusahaan ini?" terdengar suara Etha
Pagi pun tiba...Semua orang terlihat begitu sibuk, para maid terus mondar-mandir melakukan pekerjaan mereka.Para tim Make Up Artist mulai berdatangan. Begitu pula dengan tim Designer yang mengurus pakaian yang akan di gunakan oleh pengantin.Serta Make up artist dan designer untuk para Bridesmaid serta Groomsmen pun telah bersiap-siap sejak pagi.Max Hana, Ken Siska, Fin dan Rose kini tengah berada di ruang make up yang terpisah antara pria dan wanita.Sedangkan si kecil Cecilia di jaga oleh kedua orang tua Ken.Di tengah-tengah huru hara di luar. Bella dan Austin masih terlelap dalam tidur mereka. Karena lokasi kamar mereka yang jauh dari hiruk pikuk dan tentu saja kedap suara. Membuat sepasang calon pengantin ini tidak mengetahui keadaan di luar sana.Apakah ada pengantin yang lebih santai dari pada mereka berdua ? Hmm... Entahlah.Bella mulai mengerjapkan matanya dan menggeliat di dalam pelukan Austin."Sayang?" ucap Bella dengan suara seraknya.Austin turut menggeliat, memeluk Be
Di sebuah ruangan gelap gulita, terlihat seorang pria dengan bekas beberapa luka memar. Serta darah kering berada di sudut bibirnya.Dia pun tidak tahu apakah ini pagi, siang, sore atau malam. Tiba-tiba saja ada sebuah layar besar menyala di depannya. Membuat cahaya terang tersebut menusuk tajam ke pupil matanya yang belum beradaptasi.Layar proyektor yang begitu besar membuat dirinya dengan jelas melihat tanpa ada yang terlewatkan."Apa ini?" gumamnya dengan sekuat tenaga. Rasa perih di sudut bibir dan pipinya terasa masih begitu menyakitkan.Tangannya ingin naik menyentuh wajahnya tapi tidak dapat dia gerakkan karena terikat dengan kuat di belakang kursi. "Ughh!"Tiba-tiba di layar lebar tersebut yang tadinya hanya berwarna putih polos terdengar suara yang begitu riuh.Perhatiannya langsung teralihkan le layar tersebut. Terlihat gedung mewah berhiaskan bunga dan gemerlapnya lampu kristal.Tiba-tiba mobil mewah terlihat berbaris dan
"Hubby?" tanya Austin bingung."Hmmm... Husband to be Hubby, panggilan sayangku padamu, atau kamu tidak menyukainya?" balas Bella menggoda suaminya itu."Tidak... tidak... Ah bukan... Tentu saja, tentu saja aku menyukainya love," jawab Austin gelagapan. Hanya mendengar panggilan baru untuk dirinya, rasanya seperti jantungnya akan melompat keluar saking senangnya.Bella tertawa kecil. "I love you my hubby," ucap Bella dengan mesra.GrepAustin langsung kembali menarik tubuh istrinya itu. Kembali melumat habis bibir yang sedari tadi menggoda dirinya.Di lahapnya tanpa mengindahkan reaksi orang di bawah sana yang tengah melihat mereka berdua di atas panggung."Ohh astaga... Dasar pria tua tidak sadar diri!" seru Alexa melihat adegan yang terlalu romantis untuk dirinya. Apalagi di sampingnya saat ini ada Jafin yang melihat Austin dan Bella berciuman tanpa berkedip.Bugh!!Alexa menepuk pelan paha Jafin, membuat pria tersebut
Sembilan bulan pun berlalu, perut Elle sudah membulat sempurna. Kedua kakak laki – laki Elle yang bernama Nolan dan Morgan pun beberapa kali mengunjungi dirinya dan Ludwig. Setiap mereka datang. Mereka akan membawa begitu banyak makanan dan bingkisan untuk warga lokal di sini. Dan saat terakhir mereka datang. Kedua kakak laki – lakinya itu membelikan perlengkapan bayi untuk Elle.Semua desain perlengkapan untuk Baby di dominasi warna pink dan motif bunga. Mulai dari kereta bayi, box bayi, bahkan sampai pakaian pun semua bermotif bunga.“Bagaimana sayang? Apa posisinya sudah pas?” tanya Ludwig yang sedang memasang lukisan taman bunga yang di lukis oleh istrinya itu.Elle meminta Ludwig untuk memajangnya di dalam kamar baby mereka.Ibu hamil yang semakin mempesona itu tersenyum lembut dan mengangkat kedua jempolnya. “Sudah pas sayang…!”Ludwig terkekeh geli melihat wajah menggemaskan istrinya. Pria itu pun turun dari tangga dan melipat tangga tersebut. “Kamu duduk aja dulu sayang. Biar
Keesokan paginya, Desa terdengar sudah begitu sibuk. Para wanita di pedesaan ini sudah sibuk memasak besar di dapur umum untuk acara pernikahan Ludwig dan Elle.Sedangkan para pria membuat dekorasi sederhana atas inisiatif mereka sendiri, padahal Ludwig tidak pernah meminta mereka untuk melakukan hal tersebut.Sedangkan kepala desa dan beberapa pria lainnya tengah sibuk mempersiapkan hadiah untuk Ludwig dan Elle.Beberapa jam pun berlalu, tepat jam 10 pagi. Ludwig dan Elle sudah mengenakan pakaian mereka. Elle terlihat begitu cantik dengan gaun pengantin berwarna putih dengan model terusan lurus yang simple tetapi terlihat begitu elegan.Sedangkan Ludwig terlihat begitu tampan dengan balutan Jas lengkap berwarna putih.“Kamu sangat cantik sayang!” kagum Ludwig melihat kekasih nya begitu cantik dan memukau.Elle tersenyum dengan wajah merona. Dia tidak pernah menyangka kalau Ludwig benar – benar akan menikahinya di desa ini. Semalam bagai mimpi dia mendengar saat Ludwig mengatakan jika
Ludwig dan Elle menghabiskan malam mereka di kamar Hotel usai proses lamaran yang romantis itu.Kedua insan ini kembali memadu kasih dengan panas membara di dalam kamar ini. Ludwig bermain dengan sedikit berhati – hati karena usia kandungan Elle yang terbilang masih muda itu. Beruntungnya dokter obgyn tidak mengatakan apapun mengenai larangan untuk bercinta.Membuat hati Ludwig riang dan gembira tidak tersiksa menahan diri.“Oh my sayang… Ugh!” lenguh Ludwig merasakan kenikmatan yang tidak akan pernah jauh lebih hebat dari pada ini.Pria tampan itu berkali – kali mengecup perut Elle yang masih rata itu. “Hai baby… Cup cup cup!” Elle mendesah pelan. Membuat birahi Ludwig tidak lagi tertahan. Dengan gerakan yang begitu lembut dia mulai masuk ke permainan inti. Suara erangand an desahan kembali memenuhi kamar ini untuk kedua kalinya.Mereka menikmati malam yang panjang itu.Hingga mentari terbit, tepat jam 9 pagi mereka sudah keluar dari Hotel, mengambil barang bawaan mereka.Yang tanpa
Ludwig berjalan menghampiri kekasihnya dan memeluknya.“Aku hamil, sayang.” Gumam Elle menitikkan air mata, wanita cantik itu sesunggukkan. Dan tersenyum bahagia.“Iya sayang…! Aku akan menjadi seorang Daddy!!” seru Ludwig senang.Cup! Cup! Cup!Cup! Cup! Cup!Ludwig mengecup wajah Elle berkali – kali. “Terima kasih sayang…! Terima kasih!! Aku sangat bahagia!!!”“Aku akan menjadi seorang Daddy!!!” sorak Ludwig dan mengangkat tubuh Elle, membuat Elle memekik kaget dan langsung memeluk kepala pria itu.“Sayang…!” seru Elle panik.Mereka berdua tertawa bahagia. Ludwig menurunkan perlahan tubuh Elle hingga mereka sejajar. Di lumatnya bibir ranum kekasihnya itu.Ludwig mengambil alat testpack dari tangan Elle begitu melepaskan ciumannya. Melihat dua garis merah yang begitu jelas. “Terima kasih sayang…!” gumam Ludwig dan kembali melumat bibir kekasih hatinya itu.Elle tidak berhenti tersenyum melihat ekspresi bahagia prianya.Kemudian mereka berdua keluar dari kamar mandi, Elle naik ke gend
“Oek… Oek…” suara Elle di dalam kamar mandi, sudah sepuluh menit Elle terus merasa mual ingin muntah tetapi tidak ada yang keluar dari dalam perutnya.Ludwig terus memijit leher belakang Elle dengan lembut.“Bagaimana sayang? Masih mau muntah?” tanya Ludwig khawatir. Dia yang sebagai dokter sudah memikirkan ke arah lain melihat sikap Elle yang seperti ini. Tapi dia tidak ingin membuat kekasihnya itu khawatir.“Hmm, tidak sayang… Bantu aku ke kamar…” ucap Elle pelan.Begitu keluar dari kamar mandi, Ludwig kembali menggendong kekasih hatinya itu. Mendudukkan di atas tempat tidur, “Minum dulu sayang,” ucap Ludwig.Elle mengambil gelas dan meneguk air minum tersebut. Namun ekspresinya berubah merasakan air mineral yang ia telan begitu pahit. “Apa airnya kadaluarsa sayang? Kok pahit?”Ludwig tersentak kaget lalu melihat botol air mineral. Dan waktu kadaluarsanya masih ada lebih dari setahun. “Tidak, airnya masih bagus sayang.” Ujar Ludwig lalu meraih gelas dari tangan Elle dan mencoba kem
Sudah satu bulan ini, Ludwig dan Elle mengelilingi beberapa desa terdekat dengan mereka. Sepasang sejoli ini ingin melihat apa yang di butuhkan oleh desa – desa yang lain. Karena bukan hanya desa yang mereka tempati saat ini butuh bantuan. Masih banyak bagian – bagian di negara ini yang membutuhkan uluran tangan mereka.“Kamu kenapa sayang?” tanya Ludwig khawatir melihat Elle yang terlihat pucat. Tubuhnya berkeringat secara berlebihan.“Mungkin cuma dehidrasi saja sayang,” jawab Elle lalu meneguk air mineral dari botol yang ia bawa.Ludwig segera memegang kening kekasihnya, namun suhu tubuhnya normal. “Ya sudah, kita kembali ke mobil dulu. Nanti biar Hanz dan Bruno lanjutkan pemeriksaan di desa ini, hmm?”Elle mengangguk kecil. Karena jujur kakinya juga sudah tidak mampu untuk menopang dirinya.Ludwig yang melihatnya langsung merangkul kekasihnya itu dan membawanya sesegera mungkin ke dalam mobil. Begitu masuk di dalam mobil, Elle langsung merebahkan dirinya di sandaran kursi dan men
Suara rintik rintik hujan terdengar di atas atap rumah, sedangkan dua sejoli yang berada di dalam kamar sedang menikmati dinginnya udara pagi dengan berolahraga di atas tempat tidur.Suara erangan dan desahan Elle terdengar begitu seksi. Sedangkan si pria semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Hingga terdengar lenguhan panjang mereka berdua.“Hahh… haaahh… haaah…” Ludwig mengukung tubuh kekasihnya itu dan mengecupnya dengan lembut.“Love you, sayang…” ucapnya setelah melepaskan ciumannya itu.“Love you too, sayang… hahh…Hahhh…” jawab Elle dengan senyuman lebar.Pagi yang seharusnya mereka bergegas pergi ke kepala desa harus tertunda karena gesekan tubuh telanjang Elle di tubuh Ludwig. Pria itu seolah tersetrum, bagaikan ada saklar yang di nyalakan dan tidak bisa menahan diri.Hingga mereka kembali menghabiskan pagi mereka dengan panas dan peluh keringat.Padahal tadi malam Ludwig sudah melakukan sebanyak 3 kali bersama sang kekasih.Dengan bertelanjang, Ludwig berdiri dan menggendong
Ludwig tersenyum dan terkekeh. “Jadi? Mau berhenti sampai di sini?” Elle memicingkan matanya, “Tidak!! Tentu saja tidak sayang!Aku akan menahannya…” Ludwig tersenyum sumringah dan berbisik, “Aku juga tidak berniat untuk berhenti sayang…” ucapnya seduktif. Blush! Wajah Elle merona. “Aku mulai sayang?” bisik Ludwig dengan lembut dan di angguki oleh Elle. Pria itu kembali melumat bibir ranum kekasihnya. Sedangkan boanya mulai mencari sarangnya di bawah sana. Sesuai yang ia duga. Sarang untuk boanya terlalu sulit untuk di tembus. Hingga ia harus turun kembali dan memberikan sesapan dan jilatan di bawah sana hingga basah. Dan kembali memposisikan dirinya. Elle terus mendesah atas perlakuan Ludwig yang begitu menggairahkan. “Acckk…” jeritnya beberapa kali saat Ludwig berusaha menembus meiliknya di bawah sana. Hingga dia dapa merasakan kepala boa kekasihnya itu berada di antara bibir miliknya. Ludwig yang tahu posisi nya itu perlahan mendorong masuk. “Akh sakit… “ringis Elle kesakita
“Kamu begitu cantik dan seksi sayang…” ucap Ludwig dan kembali mencumbu kekasihnya itu dengan begitu liar. Ciuman yang begitu intim dan saling berbalas. Saling melumat dan mengecap yang membangkitkan gairah kedua sejoli ini. Tangan Ludwig kembali mengusap lembut bagian perut rata kekasihnya, naik ke payudara Elle dan memilin putingnyanya, mengusap pipi merona kekasihnya dengan begitu khidmat. Tangan Elle pun tidak tinggal diam begitu saja. Wanita cantik itu terus membelai dan mengusap otoy lengan, otot punggung dan dada kekasihnya itu. Dengan satu kali gerakan cepat, kini posisi mereka berdua sudah ada di tengah – tengah ranjang. Ludwig memindahkan tubuh Elle yang sudah telanjang bulat itu. Handuknya pun tertinggal di tepi ranjang begitu saja.Pria itu kembali menatap wajah cantik kekasihnya. Mengukung tubuh Elle, nafas mereka saling bersahutan. “Kamu sangat cantik Elle, kamu… sangat sexy… “ pujanya lagi sambil mengusap lembut pipi merona Elle. Ludwig tersenyum lembut menatap penu