Sesaat Della masuk menyusul ke dalam ruangan Steve, ada pria yang tampak gelisah di ruang CCTV.
"Cepat alihkan ke ruangan Steve," seru Ethan memerintah.
Petugas CCTV sedikit ragu karena petugas tersebut masih di bawah naungan Steve, setahunya.
Melihat layar yang belum terganti, Ethan menatap tajam ke arah petugas tersebut.
"Lakukan tugasmu sesuai apa yang aku katakan, apa kamu tidak tahu kalau—"
"Maaf Pak Ethan, dia tidak tahu keadaan sebenarnya, biar saya yang ambil alih dari sini," sela seorang petugas CCTV senior.
"Hahh!!" Ethan menghela nafas dengan kasar dan kembali fokus ke layar tersebut.
Di dalam ruangan Steve, Della duduk sambil memegang sebuah map berwarna merah.
"Duduk Della," titah Steve.
"Baik Pak," Della duduk tepat di hadapan Steve yang sudah melepaskan topi dan maskernya.
"Apa kamu sudah siapkan rapat bersama klien yang lain?" tanya Steve.
"Sudah pak, tapi para klien tidak ada yang men
SreettSteve menarik dengan kasar kemeja yang di kenakan Della sehingga semua kancing pakaiannya terhambur di lantai. Membuat bagian dadanya terbuka begitu saja."Sudah kuduga, tubuhmu memang sangat indah!!"Della menitikkan airmatanya, tidak menduga mendapatkan pelecehan seperti ini, biasanya dia bisa melawan laki-laki. Tapi yang Della tidak ketahui kalau saat ini Steve di terpa oleh amarah yang luar biasa membuat dirinya mendapatkan kekuatan lebih untuk menahan tubuh Della."Pak... aku mohon!" serak Della ketakutan. Dan yang membuatnya malu karena dia tidak bisa menutupi bagian dadanya yang kini terbuka lebar. Sedangkan kedua kakinya di himpit kursi oleh Steve. Dirinya benar-benar di buat tidak berdaya."Aku akan membuatmu mendesah kenikmatan Della! Mendesahlah seperti saat ini... Teriaklah ketika aku memberikanmu kenikmatan..." seru Steve sambil tersenyum smirk dan mendekatkan wajahnya ingin menciumi Della, namun Della berusaha sekuat tenaga men
"Silahkan Nyonya, Tuan," ujar Max yang membuka pintu untuk Austin dan Bella.Kini mereka sudah tiba di Rumah Sakit Harold Grup.Austin menuntun kekasihnya itu dan menautkan jemari mereka. Bella merangkul dengan mesra lengan Austin. Melewati koridor rumah sakit dengan sambutan dari perawat dan beberapa pasien yang menyapa mereka."Love, kenapa mereka menyapa kita??" tanya Bella bingung tapi tetap membalas senyuman orang-orang yang tidak dia kenali itu.Austin mengangkat bahunya, "Mungkin karena kamu terlalu mempesona sayang," jawab Austin yang membuat wajah Bella merona.Bella memukul pelan lengan kekasihnya itu, "Isss... Gombal terus.."Tawa kecil Austin melihat ekspresi malu manja kekasihnya itu."AuBel! Kami tim AuBel! Kalian sangat serasi!! Tuan Austin dan Nona Bella bahagia selalu!!" teriak beberapa pasien dengan kompak sambil melambaikan tangan mereka ke arah Austin dan Bella.Blush...Wajah Bella memerah, "Aubel?" gumam Bella sambil tersenyum malu.Beberapa dari mereka berusaha m
Di Apartement Ethan."Masuklah," ujar Ethan sambil menarik tangan Della dengan pelan."Untuk apa kita ke sini?" tanya Della bingung.Ethan meraih tangan Della dan menaikkan lengan jas kebesaran yang di pakai Della. Kemudian menunjukkannya kepada Della."Aku hanya ingin mengobati ini," ucap Ethan pelan.Deg!Della tersontak kaget, dia sendiri tidak sadar kalau pergelangan tangannya saat ini memiliki memar.Melihat Della diam, Ethan menuntunnya masuk kedalam apartment mewahnya. Dan membawa wanita manis itu duduk di sofa ruang tamu."Tunggu di sini," ucap Ethan sambil mengulung lengan kemejanya yang kotor dengan darah."Iya..." jawab Della singkat.Della dapat melihat punggung Ethan yang tegap berjalan masuk ke arah dapur. Entah apa yang dia lakukan.Ia menunduk dan melihat pergelangan tangannya yang memar itu. "Kenapa dia bisa memperhatikan tanganku? Padahal aku sendiri tidak sadar kalau ini sudah mendapatkan memar," gumam Della.Deg!"E-ethan ?" kaget Della yang melihat Ethan sudah dudu
"Kenapa kamu ada di sini? Bukannya tadi kamu masih di ruangan kamu??! Sejak ka—" Della melancarkan pertanyaan."Sssttt... Aku minta maaf Della," potong Ethan sambil menutup mulut Della dengan telunjuknya dan menatap tajam ke manik mata wanita di depannya.Deg!Della berusaha menahan keterkejutannya, "Ck... Apa sih," ucapnya kemudian menurunkan tangan Ethan dari bibirnya.Della berlalu pergi ke mejanya melewati Ethan.Grep"Della, please... Maaf sudah menuduhmu yang bukan-bukan, aku harap kamu paham kenapa aku berpikir seperti itu," ucap Ethan pelan.Della menghela nafas dengan kasar, "Tapi bukan berarti kamu bisa menilai semua wanita sama," tukas Della begitu menohok kepada Ethan."Ya, aku tahu aku salah, maafkan aku," sesal Ethan."Hmm, baiklah, sekarang kamu kembalilah," ujar Della."Tunggu," Ethan kembali mencegat tangan Della."Ada apa?""Keluarlah dari perusahaan ini?" terdengar suara Etha
Pagi pun tiba...Semua orang terlihat begitu sibuk, para maid terus mondar-mandir melakukan pekerjaan mereka.Para tim Make Up Artist mulai berdatangan. Begitu pula dengan tim Designer yang mengurus pakaian yang akan di gunakan oleh pengantin.Serta Make up artist dan designer untuk para Bridesmaid serta Groomsmen pun telah bersiap-siap sejak pagi.Max Hana, Ken Siska, Fin dan Rose kini tengah berada di ruang make up yang terpisah antara pria dan wanita.Sedangkan si kecil Cecilia di jaga oleh kedua orang tua Ken.Di tengah-tengah huru hara di luar. Bella dan Austin masih terlelap dalam tidur mereka. Karena lokasi kamar mereka yang jauh dari hiruk pikuk dan tentu saja kedap suara. Membuat sepasang calon pengantin ini tidak mengetahui keadaan di luar sana.Apakah ada pengantin yang lebih santai dari pada mereka berdua ? Hmm... Entahlah.Bella mulai mengerjapkan matanya dan menggeliat di dalam pelukan Austin."Sayang?" ucap Bella dengan suara seraknya.Austin turut menggeliat, memeluk Be
Di sebuah ruangan gelap gulita, terlihat seorang pria dengan bekas beberapa luka memar. Serta darah kering berada di sudut bibirnya.Dia pun tidak tahu apakah ini pagi, siang, sore atau malam. Tiba-tiba saja ada sebuah layar besar menyala di depannya. Membuat cahaya terang tersebut menusuk tajam ke pupil matanya yang belum beradaptasi.Layar proyektor yang begitu besar membuat dirinya dengan jelas melihat tanpa ada yang terlewatkan."Apa ini?" gumamnya dengan sekuat tenaga. Rasa perih di sudut bibir dan pipinya terasa masih begitu menyakitkan.Tangannya ingin naik menyentuh wajahnya tapi tidak dapat dia gerakkan karena terikat dengan kuat di belakang kursi. "Ughh!"Tiba-tiba di layar lebar tersebut yang tadinya hanya berwarna putih polos terdengar suara yang begitu riuh.Perhatiannya langsung teralihkan le layar tersebut. Terlihat gedung mewah berhiaskan bunga dan gemerlapnya lampu kristal.Tiba-tiba mobil mewah terlihat berbaris dan
"Hubby?" tanya Austin bingung."Hmmm... Husband to be Hubby, panggilan sayangku padamu, atau kamu tidak menyukainya?" balas Bella menggoda suaminya itu."Tidak... tidak... Ah bukan... Tentu saja, tentu saja aku menyukainya love," jawab Austin gelagapan. Hanya mendengar panggilan baru untuk dirinya, rasanya seperti jantungnya akan melompat keluar saking senangnya.Bella tertawa kecil. "I love you my hubby," ucap Bella dengan mesra.GrepAustin langsung kembali menarik tubuh istrinya itu. Kembali melumat habis bibir yang sedari tadi menggoda dirinya.Di lahapnya tanpa mengindahkan reaksi orang di bawah sana yang tengah melihat mereka berdua di atas panggung."Ohh astaga... Dasar pria tua tidak sadar diri!" seru Alexa melihat adegan yang terlalu romantis untuk dirinya. Apalagi di sampingnya saat ini ada Jafin yang melihat Austin dan Bella berciuman tanpa berkedip.Bugh!!Alexa menepuk pelan paha Jafin, membuat pria tersebut
Daniel dengan cepat menutup pintu besar tersebut karena melihat kemana arah pandangan Giselle."Jangan di tutup Daniel!!" seru Giselle mencoba kembali menerjang. Tapi tidak mungkin Giselle dapat melewati dua pria besar yang tengah menghadangnya.Daniel kemudian berjalan ke arah Giselle, dan ketika Daniel mendekat. Giselle langsung memeluk Daniel."Daniel, tolong aku. Aku tidak tahu apa salahku, sampai-sampai aku tidak bisa menghadiri pernikahan sahabatku sendiri," suara Giselle terdengar begitu memilukan.Tapi tidak seperti yang Giselle inginkan. Suaranya itu terdengar begitu memuakkan di telinga Daniel.Daniel melepaskan pelukan Giselle dan memberikan jarak, "Jaga sikapmu," ujarnya dengan dingin."Daniel, kenapa kamu seperti ini?" wanita berpakaian seksi itu kembali berusaha menggelayut di lengan Daniel."Pergilah dari sini dan jangan mengacaukan acara pernikahan Bella," tukas Daniel dengan dingin dan mengangkat tangannya agar terhin