Hai hai sayangkuh~ semoga masih pada setia dengan kisah Austin Bella ya~ Kira-kira siapa nih si pembuat onar yang di maksud Austin??
Di Apartement Ethan."Masuklah," ujar Ethan sambil menarik tangan Della dengan pelan."Untuk apa kita ke sini?" tanya Della bingung.Ethan meraih tangan Della dan menaikkan lengan jas kebesaran yang di pakai Della. Kemudian menunjukkannya kepada Della."Aku hanya ingin mengobati ini," ucap Ethan pelan.Deg!Della tersontak kaget, dia sendiri tidak sadar kalau pergelangan tangannya saat ini memiliki memar.Melihat Della diam, Ethan menuntunnya masuk kedalam apartment mewahnya. Dan membawa wanita manis itu duduk di sofa ruang tamu."Tunggu di sini," ucap Ethan sambil mengulung lengan kemejanya yang kotor dengan darah."Iya..." jawab Della singkat.Della dapat melihat punggung Ethan yang tegap berjalan masuk ke arah dapur. Entah apa yang dia lakukan.Ia menunduk dan melihat pergelangan tangannya yang memar itu. "Kenapa dia bisa memperhatikan tanganku? Padahal aku sendiri tidak sadar kalau ini sudah mendapatkan memar," gumam Della.Deg!"E-ethan ?" kaget Della yang melihat Ethan sudah dudu
"Kenapa kamu ada di sini? Bukannya tadi kamu masih di ruangan kamu??! Sejak ka—" Della melancarkan pertanyaan."Sssttt... Aku minta maaf Della," potong Ethan sambil menutup mulut Della dengan telunjuknya dan menatap tajam ke manik mata wanita di depannya.Deg!Della berusaha menahan keterkejutannya, "Ck... Apa sih," ucapnya kemudian menurunkan tangan Ethan dari bibirnya.Della berlalu pergi ke mejanya melewati Ethan.Grep"Della, please... Maaf sudah menuduhmu yang bukan-bukan, aku harap kamu paham kenapa aku berpikir seperti itu," ucap Ethan pelan.Della menghela nafas dengan kasar, "Tapi bukan berarti kamu bisa menilai semua wanita sama," tukas Della begitu menohok kepada Ethan."Ya, aku tahu aku salah, maafkan aku," sesal Ethan."Hmm, baiklah, sekarang kamu kembalilah," ujar Della."Tunggu," Ethan kembali mencegat tangan Della."Ada apa?""Keluarlah dari perusahaan ini?" terdengar suara Etha
Pagi pun tiba...Semua orang terlihat begitu sibuk, para maid terus mondar-mandir melakukan pekerjaan mereka.Para tim Make Up Artist mulai berdatangan. Begitu pula dengan tim Designer yang mengurus pakaian yang akan di gunakan oleh pengantin.Serta Make up artist dan designer untuk para Bridesmaid serta Groomsmen pun telah bersiap-siap sejak pagi.Max Hana, Ken Siska, Fin dan Rose kini tengah berada di ruang make up yang terpisah antara pria dan wanita.Sedangkan si kecil Cecilia di jaga oleh kedua orang tua Ken.Di tengah-tengah huru hara di luar. Bella dan Austin masih terlelap dalam tidur mereka. Karena lokasi kamar mereka yang jauh dari hiruk pikuk dan tentu saja kedap suara. Membuat sepasang calon pengantin ini tidak mengetahui keadaan di luar sana.Apakah ada pengantin yang lebih santai dari pada mereka berdua ? Hmm... Entahlah.Bella mulai mengerjapkan matanya dan menggeliat di dalam pelukan Austin."Sayang?" ucap Bella dengan suara seraknya.Austin turut menggeliat, memeluk Be
Di sebuah ruangan gelap gulita, terlihat seorang pria dengan bekas beberapa luka memar. Serta darah kering berada di sudut bibirnya.Dia pun tidak tahu apakah ini pagi, siang, sore atau malam. Tiba-tiba saja ada sebuah layar besar menyala di depannya. Membuat cahaya terang tersebut menusuk tajam ke pupil matanya yang belum beradaptasi.Layar proyektor yang begitu besar membuat dirinya dengan jelas melihat tanpa ada yang terlewatkan."Apa ini?" gumamnya dengan sekuat tenaga. Rasa perih di sudut bibir dan pipinya terasa masih begitu menyakitkan.Tangannya ingin naik menyentuh wajahnya tapi tidak dapat dia gerakkan karena terikat dengan kuat di belakang kursi. "Ughh!"Tiba-tiba di layar lebar tersebut yang tadinya hanya berwarna putih polos terdengar suara yang begitu riuh.Perhatiannya langsung teralihkan le layar tersebut. Terlihat gedung mewah berhiaskan bunga dan gemerlapnya lampu kristal.Tiba-tiba mobil mewah terlihat berbaris dan
"Hubby?" tanya Austin bingung."Hmmm... Husband to be Hubby, panggilan sayangku padamu, atau kamu tidak menyukainya?" balas Bella menggoda suaminya itu."Tidak... tidak... Ah bukan... Tentu saja, tentu saja aku menyukainya love," jawab Austin gelagapan. Hanya mendengar panggilan baru untuk dirinya, rasanya seperti jantungnya akan melompat keluar saking senangnya.Bella tertawa kecil. "I love you my hubby," ucap Bella dengan mesra.GrepAustin langsung kembali menarik tubuh istrinya itu. Kembali melumat habis bibir yang sedari tadi menggoda dirinya.Di lahapnya tanpa mengindahkan reaksi orang di bawah sana yang tengah melihat mereka berdua di atas panggung."Ohh astaga... Dasar pria tua tidak sadar diri!" seru Alexa melihat adegan yang terlalu romantis untuk dirinya. Apalagi di sampingnya saat ini ada Jafin yang melihat Austin dan Bella berciuman tanpa berkedip.Bugh!!Alexa menepuk pelan paha Jafin, membuat pria tersebut
Daniel dengan cepat menutup pintu besar tersebut karena melihat kemana arah pandangan Giselle."Jangan di tutup Daniel!!" seru Giselle mencoba kembali menerjang. Tapi tidak mungkin Giselle dapat melewati dua pria besar yang tengah menghadangnya.Daniel kemudian berjalan ke arah Giselle, dan ketika Daniel mendekat. Giselle langsung memeluk Daniel."Daniel, tolong aku. Aku tidak tahu apa salahku, sampai-sampai aku tidak bisa menghadiri pernikahan sahabatku sendiri," suara Giselle terdengar begitu memilukan.Tapi tidak seperti yang Giselle inginkan. Suaranya itu terdengar begitu memuakkan di telinga Daniel.Daniel melepaskan pelukan Giselle dan memberikan jarak, "Jaga sikapmu," ujarnya dengan dingin."Daniel, kenapa kamu seperti ini?" wanita berpakaian seksi itu kembali berusaha menggelayut di lengan Daniel."Pergilah dari sini dan jangan mengacaukan acara pernikahan Bella," tukas Daniel dengan dingin dan mengangkat tangannya agar terhin
Edelmiro berusaha mengatur tawanya dan berdiri di tengah-tengah panggung.Sambil bertepuk tangan mencari atensi semua orang yang tengah kebingungan.Plok plok plokSeketika semua mata kembali tertuju di satu titik yaitu Edelmiro Harold yang berada di atas panggung."Hadirin, kerabat, dan keluarga terima kasih atas kedatangan untuk memberikan restu kepada kedua pengantin kita. Tapi karena di luar prediksi. Ternyata Pengantin baru kita tidak ingin menunda sedikit pun waktu untuk menikmati Bulan madu mereka. Jadi aku harap para hadirin mengerti dengan itu," Jelas Edelmiro sambil menyunggingkan senyuman begitu lebar."Hahhahahahaa....!!" seisi ballroom di penuhi dengan suara tawa setelah mendengarkan penjelasan Edelmiro."Tentu saja Tuan, itu bukan masalah!" seru salah seseorang.Bagaimana bisa mereka mempermasalahkan hal tersebut, di saat Edelmiro menjelaskan hal tersebut dengan raut wajah yang begitu bahagia.Dan di saat ini. Max
Glek !Austin meneguk kasar salivanya melihat Bella yang tengah berbaring di tengah-tengah ranjang sambil menggigit bibir bawahnya. Sedangkan kedua tangannya terangkat ke atas. Sungguh erotis.Tidak ingin menunggu lama, Austin naik menyusul ke atas tempat tidur dan mengukung tubuh istrinya."Buka untukku sayang?" ucap Austin lembut dan diangguki oleh sang pujaan hati."Tentu saja, hubby," jawab Bella dengan nafas memburu terdengar seperti bisikan.Austin membantu Bella untuk duduk dan Bella dengan telaten membuka jas, kemeja, hingga celana yang melekat di tubuh suaminya. Dengan nakal Bella mengusap kejantanan suaminya yang masih terbungkus celana boxer itu.Membuat Austin mendesis pelan. Gairahnya semakin di buat membuncah."Sayang, ugh..." erang Austin yang merasakan miliknya sudah benar-benar tegak sempurna hanya karena sentuhan kecil oleh sang istri.Bella tersenyum manja dan menurunkan boxer suaminya.Dan sekarang me