Di sebuah ruangan gelap gulita, terlihat seorang pria dengan bekas beberapa luka memar. Serta darah kering berada di sudut bibirnya.
Dia pun tidak tahu apakah ini pagi, siang, sore atau malam. Tiba-tiba saja ada sebuah layar besar menyala di depannya. Membuat cahaya terang tersebut menusuk tajam ke pupil matanya yang belum beradaptasi.
Layar proyektor yang begitu besar membuat dirinya dengan jelas melihat tanpa ada yang terlewatkan.
"Apa ini?" gumamnya dengan sekuat tenaga. Rasa perih di sudut bibir dan pipinya terasa masih begitu menyakitkan.
Tangannya ingin naik menyentuh wajahnya tapi tidak dapat dia gerakkan karena terikat dengan kuat di belakang kursi. "Ughh!"
Tiba-tiba di layar lebar tersebut yang tadinya hanya berwarna putih polos terdengar suara yang begitu riuh.
Perhatiannya langsung teralihkan le layar tersebut. Terlihat gedung mewah berhiaskan bunga dan gemerlapnya lampu kristal.
Tiba-tiba mobil mewah terlihat berbaris dan
"Hubby?" tanya Austin bingung."Hmmm... Husband to be Hubby, panggilan sayangku padamu, atau kamu tidak menyukainya?" balas Bella menggoda suaminya itu."Tidak... tidak... Ah bukan... Tentu saja, tentu saja aku menyukainya love," jawab Austin gelagapan. Hanya mendengar panggilan baru untuk dirinya, rasanya seperti jantungnya akan melompat keluar saking senangnya.Bella tertawa kecil. "I love you my hubby," ucap Bella dengan mesra.GrepAustin langsung kembali menarik tubuh istrinya itu. Kembali melumat habis bibir yang sedari tadi menggoda dirinya.Di lahapnya tanpa mengindahkan reaksi orang di bawah sana yang tengah melihat mereka berdua di atas panggung."Ohh astaga... Dasar pria tua tidak sadar diri!" seru Alexa melihat adegan yang terlalu romantis untuk dirinya. Apalagi di sampingnya saat ini ada Jafin yang melihat Austin dan Bella berciuman tanpa berkedip.Bugh!!Alexa menepuk pelan paha Jafin, membuat pria tersebut
Daniel dengan cepat menutup pintu besar tersebut karena melihat kemana arah pandangan Giselle."Jangan di tutup Daniel!!" seru Giselle mencoba kembali menerjang. Tapi tidak mungkin Giselle dapat melewati dua pria besar yang tengah menghadangnya.Daniel kemudian berjalan ke arah Giselle, dan ketika Daniel mendekat. Giselle langsung memeluk Daniel."Daniel, tolong aku. Aku tidak tahu apa salahku, sampai-sampai aku tidak bisa menghadiri pernikahan sahabatku sendiri," suara Giselle terdengar begitu memilukan.Tapi tidak seperti yang Giselle inginkan. Suaranya itu terdengar begitu memuakkan di telinga Daniel.Daniel melepaskan pelukan Giselle dan memberikan jarak, "Jaga sikapmu," ujarnya dengan dingin."Daniel, kenapa kamu seperti ini?" wanita berpakaian seksi itu kembali berusaha menggelayut di lengan Daniel."Pergilah dari sini dan jangan mengacaukan acara pernikahan Bella," tukas Daniel dengan dingin dan mengangkat tangannya agar terhin
Edelmiro berusaha mengatur tawanya dan berdiri di tengah-tengah panggung.Sambil bertepuk tangan mencari atensi semua orang yang tengah kebingungan.Plok plok plokSeketika semua mata kembali tertuju di satu titik yaitu Edelmiro Harold yang berada di atas panggung."Hadirin, kerabat, dan keluarga terima kasih atas kedatangan untuk memberikan restu kepada kedua pengantin kita. Tapi karena di luar prediksi. Ternyata Pengantin baru kita tidak ingin menunda sedikit pun waktu untuk menikmati Bulan madu mereka. Jadi aku harap para hadirin mengerti dengan itu," Jelas Edelmiro sambil menyunggingkan senyuman begitu lebar."Hahhahahahaa....!!" seisi ballroom di penuhi dengan suara tawa setelah mendengarkan penjelasan Edelmiro."Tentu saja Tuan, itu bukan masalah!" seru salah seseorang.Bagaimana bisa mereka mempermasalahkan hal tersebut, di saat Edelmiro menjelaskan hal tersebut dengan raut wajah yang begitu bahagia.Dan di saat ini. Max
Glek !Austin meneguk kasar salivanya melihat Bella yang tengah berbaring di tengah-tengah ranjang sambil menggigit bibir bawahnya. Sedangkan kedua tangannya terangkat ke atas. Sungguh erotis.Tidak ingin menunggu lama, Austin naik menyusul ke atas tempat tidur dan mengukung tubuh istrinya."Buka untukku sayang?" ucap Austin lembut dan diangguki oleh sang pujaan hati."Tentu saja, hubby," jawab Bella dengan nafas memburu terdengar seperti bisikan.Austin membantu Bella untuk duduk dan Bella dengan telaten membuka jas, kemeja, hingga celana yang melekat di tubuh suaminya. Dengan nakal Bella mengusap kejantanan suaminya yang masih terbungkus celana boxer itu.Membuat Austin mendesis pelan. Gairahnya semakin di buat membuncah."Sayang, ugh..." erang Austin yang merasakan miliknya sudah benar-benar tegak sempurna hanya karena sentuhan kecil oleh sang istri.Bella tersenyum manja dan menurunkan boxer suaminya.Dan sekarang me
"Love? Kamu kenapa?" panik Austin melihat Bella menangis begitu saja.Bella menggelengkan kepala dan meraih kepala Austin lalu memeluk dengan erat."Aku... A-ku... Aku sangat mencintaimu hubby, hiks... hikss..." Bella terisak dalam ucapannya.Austin tersenyum dan tidak dapat lagi membendung air matanya. Mereka berdua berpelukan dalam rasa haru mereka. Rasa bahagia yang begitu membuncah. Tidak ada lagi sepatah kata yang dapat menggambarkan apa yang mereka rasakan saat ini."Aku akan mengatakan aku mencintaimu sepanjang hari love, aku akan menjadi suami dan daddy yang mencintai kalian seumur hidupku, berusaha memberikan kebahagiaan tiada hentinya kepada kalian," bisik Austin lembut dan memberikan jarak. Dengan lembut Austin mengusap wajah basah istrinya dan mengecup ke dua mata istrinya.Dan turun kembali melumat bibir basah itu dengan begitu panas. Austin menyesapkan lidahnya masuk ke dalam rongga mulut Bella, mengabsennya tiap sudut. Lidah istrinya
Bella dengan sigap berpindah tempat dan kini posisi mereka telah berubah. Austin berbaring di kasur dan Bella sudah di bawah sana.Tangan Bella mulai mengusap, lidah menjulur dan menjilati kulit batang suaminya dengan begitu menggoda dan seksi."Ughhh Love!! Uhmm... Nikmat sekali sayang," gumam Austin memuji service yang di berikan istrinya.Bella semakin luar biasa memanjakan miliknya di dalam mulut. Lidahnya dia julurkan dan memasukkan milik suaminya hingga penuh ke dalam tenggorokannya. Di keluarkan masuknya dengan gerakan cepat dan lambat. Lidahnya tidak berhenti menari di dalam sana.Suara erangan dan gumamam serak Austin terus terdengar, "Oughhh... Sayang... Mulutmu luar biasa... Akhhh... Ughh!! Love... Akhh... Sangat nikmat sayang, kamu sungguh luar biasa sayang,"Bella menghisap beberapa kali membuat cairan bening keluar sedikit dari lubang kecilnya. Dengan sigap Bella menjilati dan menelannya."Ughh! Love, kamu sangat nakal sayang,"
Lain pula ceritanya dengan keadaan di basecamp. Giselle terlihat begitu kesal, begitu tiba di basecamp ini dia diperlakukan benar-benar tidak seperti perkataan terakhir para penjaga pintu itu."Hey! Kenapa aku harus di dalam ruangan ini!! Apa kalian tidak tahu kalau aku adalah tamu dari Tuan kalian!" teriak Giselle penuh amarah.Dirinya di suruh duduk di dalam sebuah ruangan yang hanya ada satu kursi. Namun yang tidak di ketahui Giselle kalau di ruangan tersebut sudah ada mic yang terhubung dengan speaker di ruangan yang lainnya.Deg!"Aku sepertinya mengenal suara wanita ini!!" gumam Steve kaget mendengar suara wanita yang keluar dari speaker di dalam ruangannya."Kenapa dia juga ada disini?! "Tiba-tiba di layar proyektor yang tadinya acara besar pernikahan Austin dan Bella terganti dengan layar gelap lalu menampilkan seorang wanita bergaun merah."Gi-giselle?" Steve membelalakkan matanya. Terlihat Giselle sangat cantik dengan gaun merahnya yang seksi."Tunggu! Kenapa bisa dia ada di
Giselle membelalakkan matanya seketika melihat pria yang terlihat begitu mengenaskan di layar lebar itu."Steve?" gumamnya lagi.Gerald tersenyum, "Betul, dia adalah Steve! Bagaimana menurutmu?" ujarnya dengan suara yang begitu dingin."Ge-gerald, apa yang kamu lakukan ?" suara gemetar Giselle."Hahhh !!" Gerald menghela nafas kasar dan menghempaskan wajah Giselle saat melepaskan cengkramannya."Akhhh!" jerit Giselle kesakitan ketika tubuhnya terhempas ke lantai.Kemudian Gerald kembali mendatangi Giselle, dirinya berjongkok dan menatap tajam. "Menurutmu apa yang harus aku lakukan kepada pria yang begitu berengsek ingin memperkosa seorang wanita?""Memperkosa?" shock Giselle.“Dan yang buat aku penasaran, seandainya aku menerimamu berada di sisiku, apa kau mau ?"Deg !Giselle seolah melihat oasis di padang gurun mendengar perkataan Gerald, dirinya seketika melupakan Steve yang saat ini sedang terlihat begitu mengenaskan."Benarkah Gerald?" gumam Giselle dengan sorot mata penuh harap.