Lanjut gak nih bestie?? jangan lupa vote dan ramein kolom komentar ya ~~
Empat jam sebelumnya...Ting tongAustin dari dalam kamar keluar hanya dengan menggunakan kimono untuk membuka pintu Apartmentnya, sedangkan kekasih hatinya itu masih dalam tertidur pulas."Pagi Tuan," sapa Max yang sudah berdiri sopan."Ada apa Max?"Max menyerahkan satu map tebal berbahan kulit. "Ini ada kiriman dari Tuan Gerald," jawab Max."Masuk, kita bicarakan di kantorku."Austin dan Max segera masuk menuju kantor Austin yang berada di dalam Apartment.Pria tampan itu segera duduk di kursinya dan Max ikut duduk di kursi lainnya. Berhadapan dengan Tuannya itu."Apa dia sudah menerima kiriman dariku ?" Austin membuka percakapan."Sudah Tuan, anak buahku yang menyerahkannya secara langsung ke Asistent Tuan Gerald," imbuh Max."Hmm, baguslah. Semoga matanya bisa terbuka lebar! Dan otaknya bekerja dengan baik!! Dasar pria bodoh!" sungut Austin mengingat temannya itu yang berhasil di bodohi oleh Alea.Wanita rubah yang selalu bersikap manis dan polos di depan dirinya dan Gerald. Beru
Di dalam mobil Rolls Royce Phantom Limousin terlihat wanita cantik dengan perut sedikit membuncit di kehamilannya yang memasuki usia dua bulan."Love?" gumam Austin memanggil kekasih hatinya."Hmm..." jawab Bella singkat."Oh my, apa lagi salahku saat ini?" gumam Austin dalam hati. Melihati situasi tidak baik-baik saja. Austin memilih menutup sekat antara mereka berdua dan Max. "Max langsung ke Rumah Sakit," seru Austin sebelum sekat tersebut tertutup dengan sempurna."Baik Tuan," sahut Max bertepatan dengan tertutup dengan sempurnanya sekat tersebut.Austin kemudian berbalik ke arah wanitanya itu. Wajah manis yang mengalihkan dunia seorang Austin Harold."Sayang, jangan diam seperti ini please," bujuk Austin sambil menggenggam kedua tangan kekasih hatinya."Aku tidak apa-apa," jawab Bella singkat.Austin menghela nafas. Karena kata 'Aku tidak apa-apa' lebih terdengar menakutkan dari pada di marahi secara langsung. Dan diamnya
"Oh my! Sayang, please jangan hancurkan pertahananku untuk tidak melahapmu sekarang juga. Katakan padaku sekarang juga apa kesalahanku atau aku suruh Max putar kembali ke rumah dan benar-benar memakanmu. Apa kamu tahu, hari ini kamu terus membuatku pangling dengan sikap menggemaskanmu ini... Argh!"Deg!!Bella sontak berbalik, "Sa-sayang... Kamu! Masa ancamannya seperti itu. Lalu kenapa kamu yang sepe—Euhmm... Umpht!" Austin langsung melahap kembali bibir ranum yang terus berceloteh dengan menggemaskan.Bagaikan magnet yang kuat. Austin tidak akan pernah bisa menahan diri untuk satu hal itu.Dua menit mereka berpagutan. Meskipun Bella kesal kepada kekasihnya, dia tidak akan mampu menolak ciuman dan sentuhan lembut yang begitu memabukkan.Dengan menangkup wajah Bella, Austin berkata dengan lembut. "Jadi katakan sayang, apa salahku? Aku bukan cenayang yang bisa tahu di mana letak kesalahan yang sampai membuatmu kesal seperti ini."Bella
Sesaat Della masuk menyusul ke dalam ruangan Steve, ada pria yang tampak gelisah di ruang CCTV."Cepat alihkan ke ruangan Steve," seru Ethan memerintah.Petugas CCTV sedikit ragu karena petugas tersebut masih di bawah naungan Steve, setahunya.Melihat layar yang belum terganti, Ethan menatap tajam ke arah petugas tersebut."Lakukan tugasmu sesuai apa yang aku katakan, apa kamu tidak tahu kalau—""Maaf Pak Ethan, dia tidak tahu keadaan sebenarnya, biar saya yang ambil alih dari sini," sela seorang petugas CCTV senior."Hahh!!" Ethan menghela nafas dengan kasar dan kembali fokus ke layar tersebut.Di dalam ruangan Steve, Della duduk sambil memegang sebuah map berwarna merah."Duduk Della," titah Steve."Baik Pak," Della duduk tepat di hadapan Steve yang sudah melepaskan topi dan maskernya."Apa kamu sudah siapkan rapat bersama klien yang lain?" tanya Steve."Sudah pak, tapi para klien tidak ada yang men
SreettSteve menarik dengan kasar kemeja yang di kenakan Della sehingga semua kancing pakaiannya terhambur di lantai. Membuat bagian dadanya terbuka begitu saja."Sudah kuduga, tubuhmu memang sangat indah!!"Della menitikkan airmatanya, tidak menduga mendapatkan pelecehan seperti ini, biasanya dia bisa melawan laki-laki. Tapi yang Della tidak ketahui kalau saat ini Steve di terpa oleh amarah yang luar biasa membuat dirinya mendapatkan kekuatan lebih untuk menahan tubuh Della."Pak... aku mohon!" serak Della ketakutan. Dan yang membuatnya malu karena dia tidak bisa menutupi bagian dadanya yang kini terbuka lebar. Sedangkan kedua kakinya di himpit kursi oleh Steve. Dirinya benar-benar di buat tidak berdaya."Aku akan membuatmu mendesah kenikmatan Della! Mendesahlah seperti saat ini... Teriaklah ketika aku memberikanmu kenikmatan..." seru Steve sambil tersenyum smirk dan mendekatkan wajahnya ingin menciumi Della, namun Della berusaha sekuat tenaga men
"Silahkan Nyonya, Tuan," ujar Max yang membuka pintu untuk Austin dan Bella.Kini mereka sudah tiba di Rumah Sakit Harold Grup.Austin menuntun kekasihnya itu dan menautkan jemari mereka. Bella merangkul dengan mesra lengan Austin. Melewati koridor rumah sakit dengan sambutan dari perawat dan beberapa pasien yang menyapa mereka."Love, kenapa mereka menyapa kita??" tanya Bella bingung tapi tetap membalas senyuman orang-orang yang tidak dia kenali itu.Austin mengangkat bahunya, "Mungkin karena kamu terlalu mempesona sayang," jawab Austin yang membuat wajah Bella merona.Bella memukul pelan lengan kekasihnya itu, "Isss... Gombal terus.."Tawa kecil Austin melihat ekspresi malu manja kekasihnya itu."AuBel! Kami tim AuBel! Kalian sangat serasi!! Tuan Austin dan Nona Bella bahagia selalu!!" teriak beberapa pasien dengan kompak sambil melambaikan tangan mereka ke arah Austin dan Bella.Blush...Wajah Bella memerah, "Aubel?" gumam Bella sambil tersenyum malu.Beberapa dari mereka berusaha m
Di Apartement Ethan."Masuklah," ujar Ethan sambil menarik tangan Della dengan pelan."Untuk apa kita ke sini?" tanya Della bingung.Ethan meraih tangan Della dan menaikkan lengan jas kebesaran yang di pakai Della. Kemudian menunjukkannya kepada Della."Aku hanya ingin mengobati ini," ucap Ethan pelan.Deg!Della tersontak kaget, dia sendiri tidak sadar kalau pergelangan tangannya saat ini memiliki memar.Melihat Della diam, Ethan menuntunnya masuk kedalam apartment mewahnya. Dan membawa wanita manis itu duduk di sofa ruang tamu."Tunggu di sini," ucap Ethan sambil mengulung lengan kemejanya yang kotor dengan darah."Iya..." jawab Della singkat.Della dapat melihat punggung Ethan yang tegap berjalan masuk ke arah dapur. Entah apa yang dia lakukan.Ia menunduk dan melihat pergelangan tangannya yang memar itu. "Kenapa dia bisa memperhatikan tanganku? Padahal aku sendiri tidak sadar kalau ini sudah mendapatkan memar," gumam Della.Deg!"E-ethan ?" kaget Della yang melihat Ethan sudah dudu
"Kenapa kamu ada di sini? Bukannya tadi kamu masih di ruangan kamu??! Sejak ka—" Della melancarkan pertanyaan."Sssttt... Aku minta maaf Della," potong Ethan sambil menutup mulut Della dengan telunjuknya dan menatap tajam ke manik mata wanita di depannya.Deg!Della berusaha menahan keterkejutannya, "Ck... Apa sih," ucapnya kemudian menurunkan tangan Ethan dari bibirnya.Della berlalu pergi ke mejanya melewati Ethan.Grep"Della, please... Maaf sudah menuduhmu yang bukan-bukan, aku harap kamu paham kenapa aku berpikir seperti itu," ucap Ethan pelan.Della menghela nafas dengan kasar, "Tapi bukan berarti kamu bisa menilai semua wanita sama," tukas Della begitu menohok kepada Ethan."Ya, aku tahu aku salah, maafkan aku," sesal Ethan."Hmm, baiklah, sekarang kamu kembalilah," ujar Della."Tunggu," Ethan kembali mencegat tangan Della."Ada apa?""Keluarlah dari perusahaan ini?" terdengar suara Etha