Warning : Adegan cukup keras, selamat membaca.~Alea langsung berjalan mendekati Austin dan memeluknya dengan erat."Kalau kamu tidak ingin menjadi kekasihku, biarkan aku menjadi penghangat ranjangmu Austin, aku bisa memuaskanmu di atas ranjang..." ucap Alea dengan manja kepada Austin."Fuck!" Austin mengumpat dengan kasar. Dia tidak sangka Alea melakukan hal senekat ini kepadanya. "Keluar Alea dan berhentilah bertingkah!!" geram Austin menatap nyalang kepada gadis di depannya.Namun Alea tidak menyerah dan langsung meraih tangan Austin untuk menyentuh tubuhnya. Tapi dengan cepat Austin menghempaskan tubuh Alea."Kenapa kamu tidak mau bercinta denganku!" Teriak Alea merasa frustasi begitu di abaikan oleh Austin.Bukannya menjawab pertanyaan Alea. Austin terus meminta Alea keluar. "Keluar!""Tidakk!! Aku ingin tidur bersamamu, aku ingin kamu bercinta denganku Austin, aku akan membuatmu melupakan wanita itu!!" balas Alea dengan sengit.Austin berdecak kesal, menatap Alea dengan nyalan
Warning : Adegan keras, selamat membaca~~“Eughh eughhh...”Milik Frank sudah mengisi full mulut Alea dengan kejantanannya. Membuat air mata Alea keluar karena Frank menusuknya terlalu dalam hingga ke tenggorokannya.Deen dan Cale terus bergerak memberikan kenikmatan di setiap gesekan mereka di masing—masing liang Alea.Jesper yang tidak tahan ikut berpindah posisi dan naik ke atas sofa.Deen bergeser dan menunggu hingga Jesper memasukkan miliknya ke dalam liang intim Alea.“Akh....” Alea membelalakkan matanya.Sesudah Jesper berhasil memasuki liang tersebut, Deen tersenyum menyeringai dan memaksa masuk di bagian tengah—tengah.“Oughh shitt!” maki Alea tertahan. Dia dapat merasakan robekan—robekan kecil di bagian kewanitaannya.“Ssssttt, tahan Alea....” bisik Frank dan menutup mulut Alea dengan batangnya.“Damn! This is fucking shit! Miliknya mampu menampung milik kita bertiga!” seru Deen dengan puas. Dirinya mulai bergerak, sehingga Jesper dan Cale ikut bergerak.Alea terus mendesah
"Hai Ge’!" panggilan kecil Alea hanya untuk Gerald seorang. Dan Gerald sangat menyukainya, dirinya merasa benar-benar spesial setiap Alea memanggilnya dengan nama kecilnya itu."Kenapa kamu sendiri?" tanya Gerald sambil tersenyum."Ah itu..." Alea kesulitan mencari alasan, berusaha menutupi lehernya dengan rambut panjangnya."Hey ada apa?" tanya Gerlad khawatir, dan dia mendapati sesuatu di leher Alea. Serta di rambut Alea ada sesuatu yang begitu dia kenal, dan aromanya masih begitu tercium meskipun dari jarak jauh.Gerald sangat tahu aroma menyengat ini. "Alea, katakan padaku ada apa?!!!" seru Gerald yang kini menepis rambut Alea untuk melihat leher Alea. Seketika matanya membelalak.Gerald langsung meraih tangan Alea dan menariknya kembali naik ke dalam kamarnya di lantai 10. Sedangkan Alea mengikutinya dalam diam."Mampus... alasan apa yang harus aku jelaskan ke Gerald?" Alea mencoba berpikir dengan keras.Bip bip bipGerald menarik Alea masuk ke dalam kamar dan menyuruhnya duduk d
Ting tongAustin membantu Bella berdiri dari duduknya. Dengan menggunakan dress chiffon warna hitam bermotif bunga-bunga Bella terlihat begitu anggun."Kamu selalu menawan sayang," bisik Austin dengan mesra.Bella tersenyum manis dan mengedipkan matanya, "Biar kamu semakin cinta," ucapnya sambil tertawa kecil.Austin tertawa mendengar kekasih hatinya itu, "Hmm, kamu benar..Karena aku tiap detik, tiap menit, tiap jam semakin cinta sama kamu love," sahut Austin yang sudah meraih pinggul Bella dan mendekapnya.Di kecupnya bibir manis itu dengan mesra. "Aku mencintaimu di setiap helaan nafasku," bisik Austin dengan mesra."Me too..." jawab Bella pelan sambil mengusap pipi kekasihnya dengan mesra.Austin meraih tangan Bella dan menuntunya keluar dari Apartment.Ceklek! Terlihat Max sudah berdiri di depan pintu menunggu mereka berdua."Tuan, Nyonya... mobil sudah siap..." ujar Max dengan sedikit membungkuk."Thanks Max,
Bella membiarkan apa yang ingin Giselle lakukan karena banyak mata yang melihat ke arah mereka dan menjawab, "Sangat baik."Setelah memeluk Bella, Giselle kemudian beralih ke arah Austin dan ingin memeluk ala sahabat kepada pria tersebut. Karena itulah tujuan utamanya.Ketika dirinya hendak merangkul Austin, pria itu segera menoleh dan meminta map yang di pegang oleh Ethan."Mana berkasnya?" tanya Austin.Giselle kemudian tersenyum dan mundur perlahan.Ethan memberikan map yang sedari tadi dia pegang, "Ini Tuan.""Jadi, apa keperluan Tuan Austin datang mengunjungiku secara langsung seperti ini ?" ujar Giselle tersenyum manja. Dia tidak akan segan-segan di depan Bella. Kapan lagi dia memiliki kesempatan seperti ini bukan?Austin menaikkan satu alisnya, "Saya mau—"Giselle langsung memotong perkataan Austin, "Ah, atau bagaimana kalau ke ruangan saya saja Tuan? Jadi kita bisa bicara lebih nyaman dan mungkin jauh lebih akrab.”"Tapi kalau memang untuk pembicaraan bisnis, mohon maaf saya ti
Empat jam sebelumnya...Ting tongAustin dari dalam kamar keluar hanya dengan menggunakan kimono untuk membuka pintu Apartmentnya, sedangkan kekasih hatinya itu masih dalam tertidur pulas."Pagi Tuan," sapa Max yang sudah berdiri sopan."Ada apa Max?"Max menyerahkan satu map tebal berbahan kulit. "Ini ada kiriman dari Tuan Gerald," jawab Max."Masuk, kita bicarakan di kantorku."Austin dan Max segera masuk menuju kantor Austin yang berada di dalam Apartment.Pria tampan itu segera duduk di kursinya dan Max ikut duduk di kursi lainnya. Berhadapan dengan Tuannya itu."Apa dia sudah menerima kiriman dariku ?" Austin membuka percakapan."Sudah Tuan, anak buahku yang menyerahkannya secara langsung ke Asistent Tuan Gerald," imbuh Max."Hmm, baguslah. Semoga matanya bisa terbuka lebar! Dan otaknya bekerja dengan baik!! Dasar pria bodoh!" sungut Austin mengingat temannya itu yang berhasil di bodohi oleh Alea.Wanita rubah yang selalu bersikap manis dan polos di depan dirinya dan Gerald. Beru
Di dalam mobil Rolls Royce Phantom Limousin terlihat wanita cantik dengan perut sedikit membuncit di kehamilannya yang memasuki usia dua bulan."Love?" gumam Austin memanggil kekasih hatinya."Hmm..." jawab Bella singkat."Oh my, apa lagi salahku saat ini?" gumam Austin dalam hati. Melihati situasi tidak baik-baik saja. Austin memilih menutup sekat antara mereka berdua dan Max. "Max langsung ke Rumah Sakit," seru Austin sebelum sekat tersebut tertutup dengan sempurna."Baik Tuan," sahut Max bertepatan dengan tertutup dengan sempurnanya sekat tersebut.Austin kemudian berbalik ke arah wanitanya itu. Wajah manis yang mengalihkan dunia seorang Austin Harold."Sayang, jangan diam seperti ini please," bujuk Austin sambil menggenggam kedua tangan kekasih hatinya."Aku tidak apa-apa," jawab Bella singkat.Austin menghela nafas. Karena kata 'Aku tidak apa-apa' lebih terdengar menakutkan dari pada di marahi secara langsung. Dan diamnya
"Oh my! Sayang, please jangan hancurkan pertahananku untuk tidak melahapmu sekarang juga. Katakan padaku sekarang juga apa kesalahanku atau aku suruh Max putar kembali ke rumah dan benar-benar memakanmu. Apa kamu tahu, hari ini kamu terus membuatku pangling dengan sikap menggemaskanmu ini... Argh!"Deg!!Bella sontak berbalik, "Sa-sayang... Kamu! Masa ancamannya seperti itu. Lalu kenapa kamu yang sepe—Euhmm... Umpht!" Austin langsung melahap kembali bibir ranum yang terus berceloteh dengan menggemaskan.Bagaikan magnet yang kuat. Austin tidak akan pernah bisa menahan diri untuk satu hal itu.Dua menit mereka berpagutan. Meskipun Bella kesal kepada kekasihnya, dia tidak akan mampu menolak ciuman dan sentuhan lembut yang begitu memabukkan.Dengan menangkup wajah Bella, Austin berkata dengan lembut. "Jadi katakan sayang, apa salahku? Aku bukan cenayang yang bisa tahu di mana letak kesalahan yang sampai membuatmu kesal seperti ini."Bella
Sembilan bulan pun berlalu, perut Elle sudah membulat sempurna. Kedua kakak laki – laki Elle yang bernama Nolan dan Morgan pun beberapa kali mengunjungi dirinya dan Ludwig. Setiap mereka datang. Mereka akan membawa begitu banyak makanan dan bingkisan untuk warga lokal di sini. Dan saat terakhir mereka datang. Kedua kakak laki – lakinya itu membelikan perlengkapan bayi untuk Elle.Semua desain perlengkapan untuk Baby di dominasi warna pink dan motif bunga. Mulai dari kereta bayi, box bayi, bahkan sampai pakaian pun semua bermotif bunga.“Bagaimana sayang? Apa posisinya sudah pas?” tanya Ludwig yang sedang memasang lukisan taman bunga yang di lukis oleh istrinya itu.Elle meminta Ludwig untuk memajangnya di dalam kamar baby mereka.Ibu hamil yang semakin mempesona itu tersenyum lembut dan mengangkat kedua jempolnya. “Sudah pas sayang…!”Ludwig terkekeh geli melihat wajah menggemaskan istrinya. Pria itu pun turun dari tangga dan melipat tangga tersebut. “Kamu duduk aja dulu sayang. Biar
Keesokan paginya, Desa terdengar sudah begitu sibuk. Para wanita di pedesaan ini sudah sibuk memasak besar di dapur umum untuk acara pernikahan Ludwig dan Elle.Sedangkan para pria membuat dekorasi sederhana atas inisiatif mereka sendiri, padahal Ludwig tidak pernah meminta mereka untuk melakukan hal tersebut.Sedangkan kepala desa dan beberapa pria lainnya tengah sibuk mempersiapkan hadiah untuk Ludwig dan Elle.Beberapa jam pun berlalu, tepat jam 10 pagi. Ludwig dan Elle sudah mengenakan pakaian mereka. Elle terlihat begitu cantik dengan gaun pengantin berwarna putih dengan model terusan lurus yang simple tetapi terlihat begitu elegan.Sedangkan Ludwig terlihat begitu tampan dengan balutan Jas lengkap berwarna putih.“Kamu sangat cantik sayang!” kagum Ludwig melihat kekasih nya begitu cantik dan memukau.Elle tersenyum dengan wajah merona. Dia tidak pernah menyangka kalau Ludwig benar – benar akan menikahinya di desa ini. Semalam bagai mimpi dia mendengar saat Ludwig mengatakan jika
Ludwig dan Elle menghabiskan malam mereka di kamar Hotel usai proses lamaran yang romantis itu.Kedua insan ini kembali memadu kasih dengan panas membara di dalam kamar ini. Ludwig bermain dengan sedikit berhati – hati karena usia kandungan Elle yang terbilang masih muda itu. Beruntungnya dokter obgyn tidak mengatakan apapun mengenai larangan untuk bercinta.Membuat hati Ludwig riang dan gembira tidak tersiksa menahan diri.“Oh my sayang… Ugh!” lenguh Ludwig merasakan kenikmatan yang tidak akan pernah jauh lebih hebat dari pada ini.Pria tampan itu berkali – kali mengecup perut Elle yang masih rata itu. “Hai baby… Cup cup cup!” Elle mendesah pelan. Membuat birahi Ludwig tidak lagi tertahan. Dengan gerakan yang begitu lembut dia mulai masuk ke permainan inti. Suara erangand an desahan kembali memenuhi kamar ini untuk kedua kalinya.Mereka menikmati malam yang panjang itu.Hingga mentari terbit, tepat jam 9 pagi mereka sudah keluar dari Hotel, mengambil barang bawaan mereka.Yang tanpa
Ludwig berjalan menghampiri kekasihnya dan memeluknya.“Aku hamil, sayang.” Gumam Elle menitikkan air mata, wanita cantik itu sesunggukkan. Dan tersenyum bahagia.“Iya sayang…! Aku akan menjadi seorang Daddy!!” seru Ludwig senang.Cup! Cup! Cup!Cup! Cup! Cup!Ludwig mengecup wajah Elle berkali – kali. “Terima kasih sayang…! Terima kasih!! Aku sangat bahagia!!!”“Aku akan menjadi seorang Daddy!!!” sorak Ludwig dan mengangkat tubuh Elle, membuat Elle memekik kaget dan langsung memeluk kepala pria itu.“Sayang…!” seru Elle panik.Mereka berdua tertawa bahagia. Ludwig menurunkan perlahan tubuh Elle hingga mereka sejajar. Di lumatnya bibir ranum kekasihnya itu.Ludwig mengambil alat testpack dari tangan Elle begitu melepaskan ciumannya. Melihat dua garis merah yang begitu jelas. “Terima kasih sayang…!” gumam Ludwig dan kembali melumat bibir kekasih hatinya itu.Elle tidak berhenti tersenyum melihat ekspresi bahagia prianya.Kemudian mereka berdua keluar dari kamar mandi, Elle naik ke gend
“Oek… Oek…” suara Elle di dalam kamar mandi, sudah sepuluh menit Elle terus merasa mual ingin muntah tetapi tidak ada yang keluar dari dalam perutnya.Ludwig terus memijit leher belakang Elle dengan lembut.“Bagaimana sayang? Masih mau muntah?” tanya Ludwig khawatir. Dia yang sebagai dokter sudah memikirkan ke arah lain melihat sikap Elle yang seperti ini. Tapi dia tidak ingin membuat kekasihnya itu khawatir.“Hmm, tidak sayang… Bantu aku ke kamar…” ucap Elle pelan.Begitu keluar dari kamar mandi, Ludwig kembali menggendong kekasih hatinya itu. Mendudukkan di atas tempat tidur, “Minum dulu sayang,” ucap Ludwig.Elle mengambil gelas dan meneguk air minum tersebut. Namun ekspresinya berubah merasakan air mineral yang ia telan begitu pahit. “Apa airnya kadaluarsa sayang? Kok pahit?”Ludwig tersentak kaget lalu melihat botol air mineral. Dan waktu kadaluarsanya masih ada lebih dari setahun. “Tidak, airnya masih bagus sayang.” Ujar Ludwig lalu meraih gelas dari tangan Elle dan mencoba kem
Sudah satu bulan ini, Ludwig dan Elle mengelilingi beberapa desa terdekat dengan mereka. Sepasang sejoli ini ingin melihat apa yang di butuhkan oleh desa – desa yang lain. Karena bukan hanya desa yang mereka tempati saat ini butuh bantuan. Masih banyak bagian – bagian di negara ini yang membutuhkan uluran tangan mereka.“Kamu kenapa sayang?” tanya Ludwig khawatir melihat Elle yang terlihat pucat. Tubuhnya berkeringat secara berlebihan.“Mungkin cuma dehidrasi saja sayang,” jawab Elle lalu meneguk air mineral dari botol yang ia bawa.Ludwig segera memegang kening kekasihnya, namun suhu tubuhnya normal. “Ya sudah, kita kembali ke mobil dulu. Nanti biar Hanz dan Bruno lanjutkan pemeriksaan di desa ini, hmm?”Elle mengangguk kecil. Karena jujur kakinya juga sudah tidak mampu untuk menopang dirinya.Ludwig yang melihatnya langsung merangkul kekasihnya itu dan membawanya sesegera mungkin ke dalam mobil. Begitu masuk di dalam mobil, Elle langsung merebahkan dirinya di sandaran kursi dan men
Suara rintik rintik hujan terdengar di atas atap rumah, sedangkan dua sejoli yang berada di dalam kamar sedang menikmati dinginnya udara pagi dengan berolahraga di atas tempat tidur.Suara erangan dan desahan Elle terdengar begitu seksi. Sedangkan si pria semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Hingga terdengar lenguhan panjang mereka berdua.“Hahh… haaahh… haaah…” Ludwig mengukung tubuh kekasihnya itu dan mengecupnya dengan lembut.“Love you, sayang…” ucapnya setelah melepaskan ciumannya itu.“Love you too, sayang… hahh…Hahhh…” jawab Elle dengan senyuman lebar.Pagi yang seharusnya mereka bergegas pergi ke kepala desa harus tertunda karena gesekan tubuh telanjang Elle di tubuh Ludwig. Pria itu seolah tersetrum, bagaikan ada saklar yang di nyalakan dan tidak bisa menahan diri.Hingga mereka kembali menghabiskan pagi mereka dengan panas dan peluh keringat.Padahal tadi malam Ludwig sudah melakukan sebanyak 3 kali bersama sang kekasih.Dengan bertelanjang, Ludwig berdiri dan menggendong
Ludwig tersenyum dan terkekeh. “Jadi? Mau berhenti sampai di sini?” Elle memicingkan matanya, “Tidak!! Tentu saja tidak sayang!Aku akan menahannya…” Ludwig tersenyum sumringah dan berbisik, “Aku juga tidak berniat untuk berhenti sayang…” ucapnya seduktif. Blush! Wajah Elle merona. “Aku mulai sayang?” bisik Ludwig dengan lembut dan di angguki oleh Elle. Pria itu kembali melumat bibir ranum kekasihnya. Sedangkan boanya mulai mencari sarangnya di bawah sana. Sesuai yang ia duga. Sarang untuk boanya terlalu sulit untuk di tembus. Hingga ia harus turun kembali dan memberikan sesapan dan jilatan di bawah sana hingga basah. Dan kembali memposisikan dirinya. Elle terus mendesah atas perlakuan Ludwig yang begitu menggairahkan. “Acckk…” jeritnya beberapa kali saat Ludwig berusaha menembus meiliknya di bawah sana. Hingga dia dapa merasakan kepala boa kekasihnya itu berada di antara bibir miliknya. Ludwig yang tahu posisi nya itu perlahan mendorong masuk. “Akh sakit… “ringis Elle kesakita
“Kamu begitu cantik dan seksi sayang…” ucap Ludwig dan kembali mencumbu kekasihnya itu dengan begitu liar. Ciuman yang begitu intim dan saling berbalas. Saling melumat dan mengecap yang membangkitkan gairah kedua sejoli ini. Tangan Ludwig kembali mengusap lembut bagian perut rata kekasihnya, naik ke payudara Elle dan memilin putingnyanya, mengusap pipi merona kekasihnya dengan begitu khidmat. Tangan Elle pun tidak tinggal diam begitu saja. Wanita cantik itu terus membelai dan mengusap otoy lengan, otot punggung dan dada kekasihnya itu. Dengan satu kali gerakan cepat, kini posisi mereka berdua sudah ada di tengah – tengah ranjang. Ludwig memindahkan tubuh Elle yang sudah telanjang bulat itu. Handuknya pun tertinggal di tepi ranjang begitu saja.Pria itu kembali menatap wajah cantik kekasihnya. Mengukung tubuh Elle, nafas mereka saling bersahutan. “Kamu sangat cantik Elle, kamu… sangat sexy… “ pujanya lagi sambil mengusap lembut pipi merona Elle. Ludwig tersenyum lembut menatap penu