"Buka untukku sayang!" suara berat yang begitu mendominasi. Kini posisi kepala Austin sudah berada di antara kedua paha Bella.Bella membuka kakinya dengan lebar."Bella Sophie!" seru Austin dengan suara tinggi. Semua lampu di dalam ruangan seketika menyala dengan terang benderang. Sehingga Austin dapat melihat milik Bella yang begitu indah tepat berada di depannya.Bella seketika terkejut melihat lampu yang menyala dengan sendirinya."Sayang?"Austin mendongakkan kembali kepalanya melihat Bella yang tengah memanggilnya.Bella menaikkan sedikit tubuhnya dan melihat kekasihnya itu yang siap untuk melahap dirinya.Bella menunjuk ke arah lampu dengan mata dan dagunya."Ahh, apa kamu tidak sadar ketika pertama kali kita masuk? Aku menyebut namamu sayang... Karena itu adalah pasword untuk menyalakan lampu di ruangan ini..." jawab Austin sambil tersenyum.Deg"Oh my! Aku pikir kamu hanya asal memanggil namaku..." Balas Bella.Austin tertawa kecil, "Masih ada yang ingin di tanyakan sayang?"
"Aku ingin di atas!" bisiknya lembut dan malu.Austin tersenyum senang, "Do it love!!" kemudian membopong tubuh Bella agar naik ke atas pangkuannya.Bella sedikit berdiri sambil memegang junior Austin dan dengan pelan memasukkannya ke dalam liang surgawinya."Euhm! Akh! Ini masuk sayang!" Kedua tangannya memegang bahu Austin dan mendorong Austin dengan lembut untuk berbaring."Aku ingin mencoba ini sayang!" Bella kemudian bergerak dengan pelan tapi pasti. Dengan menekan tubuhnya, Bella dapat merasakan kenikmatan luar biasa. Terus bergerak dengan pelan memaju mundurkan pinggulnya."Ough! Be—Bella... Akh sayang!" serak Austin meringis keenakan dengan goyangan pinggul Bella.Miliknya di dalam terasa dipijat dengan kuat. Dan karena terbenam dengan sempurna membuat nikmatnya berkali-kali lipat.Bella tersenyum melihat ekspresi Austin, kemudian merendahkan tubuhnya menciumi bibir prianya itu."Kamu menyukainya sayang?" tanya Bella di sela lumatan mereka dan goyangan pinggulnya."Ini luar bi
"Kami berdua memiliki hubungan yang rumit. Dan pria yang mengambil istriku adalah CEO dari Orion Corporation.." terang Steve dengan senyuman sinis.Della shock dengan apa yang barusan Steve katakan, "Whatt ?!""Maksud Pak Steve, Pak Austin yang mengambil istri Bapak..??""Tunggu..tunggu !!! Artinya wanita yang bersama Pak Austin terakhir kali, itu adalah ..?""Yah, benar. Wanita itu adalah istriku. Hmm, sekarang sudah menjadi mantan istri." jawab Steve dengan senyum getir tercetak di wajahnya."Oh my!! Apa yang sedang terjadi? Ma—maaf Pak, bukan maksud saya...""It's ok Della, cepat atau lambat kamu juga pasti akan mengetahuinya," sela Steve.Della menunduk, ada perasaan sungkan karena sudah membahas masalah pribadi atasannya."Apa Pak Steve baik-baik saja melihat Pak Austin dan mantan istri Bapak ?" tanya Della hati-hati.Steve menghela nafas, "Tentu saja tidak.""Lalu kenapa Bapak diam saja ?" tanya Della dengan nada kesal."Pantas saja kemarin Pak Steve tiba-tiba keringat dingin, t
Daniel yang mendapatkan kabar dari Bella kalau dirinya sedang dalam perjalanan ke kantornya langsung turun ke cafe kantor untuk memesan minuman untuk Bella."Ehh... Bukannya itu Bella?" gumam Daniel pada saat melihat Bella yang baru saja masuk ke dalam kantornya.Tapi yang membuatnya sempat ragu, karena saat itu Bella sedang menggandeng tangan seorang pria dengan mesra.Daniel mengikuti Bella dari belakang sambil menjaga jarak hingga benar-benar yakin kalau dia tidak salah orang.Bella berhenti di depan resepsionis dan menanyakan perihal janji temu bersama Daniel.Daniel yang mendengar dari belakang langsung maju menghampiri Bella dan berseru, "Be—Bella..?"Bella dan Austin menoleh ke asal suara."Da—Daniel ?" Kaget Bella melihat Daniel yang ada di belakangnya.Daniel berusaha bersikap tenang dan mengambil langkah mendekati Bella."Hai Bella... Long time no see you.." ucap Daniel sambil tersenyum. Daniel mengulurkan tangannya.Bella tersenyum lalu melepaskan tautan tangannya dengan Aus
Daniel menghela nafas dan membuangnya, sehingga Bella dan Austin menoleh ke arah Daniel.Daniel akhirnya tahu alasan satu-satunya Bella menolak. Padahal Daniel sempat berpikiran sempit kalau pria bernama Austin lah penyebab Bella menolak tawarannya."Uhm Bella, sebaiknya kamu membaca surat kontrak terbaru kita sebelum kamu menolaknya, Can you??" sela Daniel dari adegan romantis di depannya.Dengan ragu Bella mengikuti saran Daniel setelah mendapatkan anggukan semangat dari Austin.Bella membaca satu per satu point surat kontrak terbaru yang dikatakan Daniel.Seketika dia merasa ada yang aneh di surat kontrak baru itu."Daniel, tunggu! Apa maksud kamu yang tertulis disini?" Bella meletakkan kertas tersebut di meja dan menunjuk ke beberapa point, kalau Bella tidak harus datang ke kantor setiap hari. Lalu Bella kembali menunjuk dimana kalau dia tidak berada di bawah naungan Perusahaan Giselle, artinya dialah yang di rekrut langsung oleh perusahaan Daniel tanpa keterlibatan Giselle.Danie
Max baru saja selesai berbicara dengan kepala penjara XX. Setelah semuanya di rasa cukup dan aman. Sesuai kesepakatan, Nick akan di berikan bimbingan di penjara. Apabila dia ada perubahan tidak menutup kemungkinan dia bisa di bebaskan. Tapi kalau dia masih seperti itu, mau tidak mau Nick harus menetap di penjara XX.Max menuruni tangga besi membuat suara derap langkah yang sedikit berisik, "Kamu masih di sini?!"Fin yang sedang bersandar di sudut tangga menoleh melihat ke arah Bosnya. "Iya Tuan...""Ck! Sudah aku katakan kamu bisa pergi duluan!" seru Max santai dan menuju ke arah mobilnya."Heheheh... No problem Tuan."Max masuk ke mobilnya, "Kamu istirahat saja hari ini... Aku juga mau ke rumah putih. Tuan Austin hari ini ingin berkencan bersama Nyonya Bella, kamu suruh empat pengawal awasi dari jauh saja..." titah Max sambil memegang pintu mobil.Fin mendengar apa yang di katakan Max dan mengangguk mengerti, "Baik Tuan."Kemudian Max masuk ke dalam mobilnya.Brak! Suara pintu mobil,
Sedangkan Fin semakin gelisah mendengar suara Rose yang terus merintih kepanasan."Pergilah!! Mereka berdua sudah menunggumu di kamar."Lalu terdengar suara pintu terbuka dan tertutup."Hah! Akhirnya aku bisa menikmati tubuhmu Rose!!" seru pria tersebut.Fin berlari dengan cepat setelah mendapatkan keycard miliknya."Tuan... Creditcard anda!" seru resepsionis karena Fin melupakan kartu kredit miliknya."Simpan untukku!” teriak Fin kemudian masuk ke dalam lift.Fin semakin gelisah mendengar jeritan Rose."Shit!! Seharusnya aku langsung menghajar mereka bertiga !!!" sesal Fin.Ting tong ting tongFin menekan bel dengan tidak sabaran di depan kamar 1019.Ceklek!"Sialan siapa yang mengganggu?!" suara pria pada saat membuka pintu.Fin langsung mendobrak pintu tersebut. Namun yang ada di tempat tidur adalah wanita beranting besar tersebut tanpa mengenakan pakaian."Tu—tuan tampan?" gumamnya."Berengsek!! Siapa kamu!!"Bugh BughFin dengan kilatan matanya bertanya ke pria yang kini dia cekik
Fin sontak terkejut mendengar perkataan Ken."I-itu tidak mungkin Bro!!" Seru Fin dengan kepalan tangan yang begitu kuat.Terdengar suara desahan nafas Ken dari sana, "Semua keputusan ada di tanganmu Bro!! Apa tubuh Rose kepanasan? Tubuhnya bergetar dan tubuhnya berkeringat?" Ken mengulang kembali apa yang di katakan Fin.Karena terlalu panik dan sibuk menutup tubuh Rose dengan selimut yang terus Rose paksa buka, membuat Fin tidak fokus "Ya... yaa... dia berkeringat dan gemetar."Fin memegang tubuh Rose secara spontan, "Ahhh... Tuan!" desahan keras Rose ketika Fin menyentuhnya."Shit!" maki Fin."Tubuhnya sangat panas Ken!!" seru Fin panik."Berarti Rose di berikan obat perangsang dosis tinggi! Sekarang semua keputusan di tanganmu Fin!! Kalau kamu tega melihat Rose seperti itu selama 24 jam. Silahkan... Tapi aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi sebelum 24 jam itu berakhir!" ujar Ken membuat Fin melihat wajah Rose yang menahan rasa sakit."Tapi tidak mungkin aku melakukanny