Daniel yang mendapatkan kabar dari Bella kalau dirinya sedang dalam perjalanan ke kantornya langsung turun ke cafe kantor untuk memesan minuman untuk Bella."Ehh... Bukannya itu Bella?" gumam Daniel pada saat melihat Bella yang baru saja masuk ke dalam kantornya.Tapi yang membuatnya sempat ragu, karena saat itu Bella sedang menggandeng tangan seorang pria dengan mesra.Daniel mengikuti Bella dari belakang sambil menjaga jarak hingga benar-benar yakin kalau dia tidak salah orang.Bella berhenti di depan resepsionis dan menanyakan perihal janji temu bersama Daniel.Daniel yang mendengar dari belakang langsung maju menghampiri Bella dan berseru, "Be—Bella..?"Bella dan Austin menoleh ke asal suara."Da—Daniel ?" Kaget Bella melihat Daniel yang ada di belakangnya.Daniel berusaha bersikap tenang dan mengambil langkah mendekati Bella."Hai Bella... Long time no see you.." ucap Daniel sambil tersenyum. Daniel mengulurkan tangannya.Bella tersenyum lalu melepaskan tautan tangannya dengan Aus
Daniel menghela nafas dan membuangnya, sehingga Bella dan Austin menoleh ke arah Daniel.Daniel akhirnya tahu alasan satu-satunya Bella menolak. Padahal Daniel sempat berpikiran sempit kalau pria bernama Austin lah penyebab Bella menolak tawarannya."Uhm Bella, sebaiknya kamu membaca surat kontrak terbaru kita sebelum kamu menolaknya, Can you??" sela Daniel dari adegan romantis di depannya.Dengan ragu Bella mengikuti saran Daniel setelah mendapatkan anggukan semangat dari Austin.Bella membaca satu per satu point surat kontrak terbaru yang dikatakan Daniel.Seketika dia merasa ada yang aneh di surat kontrak baru itu."Daniel, tunggu! Apa maksud kamu yang tertulis disini?" Bella meletakkan kertas tersebut di meja dan menunjuk ke beberapa point, kalau Bella tidak harus datang ke kantor setiap hari. Lalu Bella kembali menunjuk dimana kalau dia tidak berada di bawah naungan Perusahaan Giselle, artinya dialah yang di rekrut langsung oleh perusahaan Daniel tanpa keterlibatan Giselle.Danie
Max baru saja selesai berbicara dengan kepala penjara XX. Setelah semuanya di rasa cukup dan aman. Sesuai kesepakatan, Nick akan di berikan bimbingan di penjara. Apabila dia ada perubahan tidak menutup kemungkinan dia bisa di bebaskan. Tapi kalau dia masih seperti itu, mau tidak mau Nick harus menetap di penjara XX.Max menuruni tangga besi membuat suara derap langkah yang sedikit berisik, "Kamu masih di sini?!"Fin yang sedang bersandar di sudut tangga menoleh melihat ke arah Bosnya. "Iya Tuan...""Ck! Sudah aku katakan kamu bisa pergi duluan!" seru Max santai dan menuju ke arah mobilnya."Heheheh... No problem Tuan."Max masuk ke mobilnya, "Kamu istirahat saja hari ini... Aku juga mau ke rumah putih. Tuan Austin hari ini ingin berkencan bersama Nyonya Bella, kamu suruh empat pengawal awasi dari jauh saja..." titah Max sambil memegang pintu mobil.Fin mendengar apa yang di katakan Max dan mengangguk mengerti, "Baik Tuan."Kemudian Max masuk ke dalam mobilnya.Brak! Suara pintu mobil,
Sedangkan Fin semakin gelisah mendengar suara Rose yang terus merintih kepanasan."Pergilah!! Mereka berdua sudah menunggumu di kamar."Lalu terdengar suara pintu terbuka dan tertutup."Hah! Akhirnya aku bisa menikmati tubuhmu Rose!!" seru pria tersebut.Fin berlari dengan cepat setelah mendapatkan keycard miliknya."Tuan... Creditcard anda!" seru resepsionis karena Fin melupakan kartu kredit miliknya."Simpan untukku!” teriak Fin kemudian masuk ke dalam lift.Fin semakin gelisah mendengar jeritan Rose."Shit!! Seharusnya aku langsung menghajar mereka bertiga !!!" sesal Fin.Ting tong ting tongFin menekan bel dengan tidak sabaran di depan kamar 1019.Ceklek!"Sialan siapa yang mengganggu?!" suara pria pada saat membuka pintu.Fin langsung mendobrak pintu tersebut. Namun yang ada di tempat tidur adalah wanita beranting besar tersebut tanpa mengenakan pakaian."Tu—tuan tampan?" gumamnya."Berengsek!! Siapa kamu!!"Bugh BughFin dengan kilatan matanya bertanya ke pria yang kini dia cekik
Fin sontak terkejut mendengar perkataan Ken."I-itu tidak mungkin Bro!!" Seru Fin dengan kepalan tangan yang begitu kuat.Terdengar suara desahan nafas Ken dari sana, "Semua keputusan ada di tanganmu Bro!! Apa tubuh Rose kepanasan? Tubuhnya bergetar dan tubuhnya berkeringat?" Ken mengulang kembali apa yang di katakan Fin.Karena terlalu panik dan sibuk menutup tubuh Rose dengan selimut yang terus Rose paksa buka, membuat Fin tidak fokus "Ya... yaa... dia berkeringat dan gemetar."Fin memegang tubuh Rose secara spontan, "Ahhh... Tuan!" desahan keras Rose ketika Fin menyentuhnya."Shit!" maki Fin."Tubuhnya sangat panas Ken!!" seru Fin panik."Berarti Rose di berikan obat perangsang dosis tinggi! Sekarang semua keputusan di tanganmu Fin!! Kalau kamu tega melihat Rose seperti itu selama 24 jam. Silahkan... Tapi aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi sebelum 24 jam itu berakhir!" ujar Ken membuat Fin melihat wajah Rose yang menahan rasa sakit."Tapi tidak mungkin aku melakukanny
Fin dengan lembut kembali meraup bibir Rose, membuat ciuman yang begitu intim. Lidah mereka saling bertaut di dalam mulut mereka secara berganti. Fin menyesap lidah Rose, begitu pula Rose yang menyesap lidah Fin.Ciuman panas yang membuat keduanya tertutup kabut hasrat luar biasa.Rose yang di bawah pengaruh obat menjadi begitu aktif, tangannya terus meraba dada Fin. Membuat Fin benar-benar tidak dapat lagi menahan diri.Direbahkannya tubuh Rose dengan hati-hati. Ciumannya turun ke bawah, ke bagian leher dan memberikan kecupan-kecupan lembut. Membuat Rose semakin hanyut dalam erangan kenikmatannya. Fin menaikkan tangannya dan mengusap lembut payudara Rose yang begitu indah. Putingnya berwarna pink kecoklatan begitu cantik dengan warna kulit Rose yang seputih salju."Ah... Ahh… Ough… Tuan!" Rose menjerit ketika Fin menjilati payudaranya. Rose dapat merasakan setruman aneh tiba-tiba mengalir di sekujur tubuhnya. Terasa begitu menggelitik, sendi-sendinya merasakan kesemutan yang begitu
Pria tampan itu kembali memberikan penetrasi dengan menggesek-gesek batangnya di atas bibir milik Rose.Kemudian mengarahkannya ke bagian liang Rose yang sudah mulai lembab.Bless"Ack!" Rose memekik kesakitan, ia menggenggam erat lengan berotot pria yang kini menindihnya."Ahh... apa karena aku sudah lama tidak melakukan ini..? Kenapa tidak berhasil..." pikir Fin."Maaf Rose… Apa sakit ?" tanya Fin hati-hati.Rose mengangguk kecil."Apa mungkin kurang basah?" gumam Fin kemudian turun dan menjilati kembali milik Rose memberikan salivanya."Ah… Um..." desah manja Rose."Hmm, aku rasa cukup..." gumam Fin dan kembali mensejajarkan posisinya.Fin kembali mengarahkan miliknya, "Aku mulai Ros.." ujar Fin lembut."Ya... ya... Tuan...""Please stop panggil aku Tuan, panggil aku Fin... Hmm?? Sebut namaku Rose..." sela Fin, lalu mengarahkan batangnya tepat di bagian liang Rose... Blesss"Ack! Sa-sakit..." teriak Rose dan mencengkram kuat lengan Fin hingga kukunya tertancap masuk ke dalam kulit
Austin menstater kendaraannya dan melajukan dengan kecepatan sedang.Bella memiringkan duduknya dan melihat ke arah Austin, "Love... Jadi kamu mengundang Daniel untuk apa kalau bukan urusan pekerjaan ?!""Oh my!! Kenapa dia sangat menggemaskan seperti ini! Aku jadi semakin ingin menggodanya.." gumam Austin dalam hati menahan tawanya.Austin menoleh sebentar dan memegang pipi Bella, "Hanya undangan makan malam atau makan siang...""Oh, Hmm... Ok sayang! Eh tapi di mana? Bukannya kamu tidak mengundang siapapun ke apartment?" Bella tersadar dan bertanya."Oh my Bella! Apa kamu selalu menggemaskan seperti ini!!" serunya dalam hati."Tentu saja bukan di Apartment sayang... Nanti kita pilih bersama tempatnya.. Ok ?"Bella tersenyum dan mengacungkan jempolnya, "Ok sayang!!""By the way kita mau kemana ?"Austin menoleh dan berkedip menggoda, "Kencan sayang..."Blushhh"Ahhh... sangat menggemaskan...!!" seru Austin dan mencubit pipi Bella dengan lembut."Ihhh... Sayang..!!""Hahahhaa..." tawa