Fin dengan lembut kembali meraup bibir Rose, membuat ciuman yang begitu intim. Lidah mereka saling bertaut di dalam mulut mereka secara berganti. Fin menyesap lidah Rose, begitu pula Rose yang menyesap lidah Fin.Ciuman panas yang membuat keduanya tertutup kabut hasrat luar biasa.Rose yang di bawah pengaruh obat menjadi begitu aktif, tangannya terus meraba dada Fin. Membuat Fin benar-benar tidak dapat lagi menahan diri.Direbahkannya tubuh Rose dengan hati-hati. Ciumannya turun ke bawah, ke bagian leher dan memberikan kecupan-kecupan lembut. Membuat Rose semakin hanyut dalam erangan kenikmatannya. Fin menaikkan tangannya dan mengusap lembut payudara Rose yang begitu indah. Putingnya berwarna pink kecoklatan begitu cantik dengan warna kulit Rose yang seputih salju."Ah... Ahh… Ough… Tuan!" Rose menjerit ketika Fin menjilati payudaranya. Rose dapat merasakan setruman aneh tiba-tiba mengalir di sekujur tubuhnya. Terasa begitu menggelitik, sendi-sendinya merasakan kesemutan yang begitu
Pria tampan itu kembali memberikan penetrasi dengan menggesek-gesek batangnya di atas bibir milik Rose.Kemudian mengarahkannya ke bagian liang Rose yang sudah mulai lembab.Bless"Ack!" Rose memekik kesakitan, ia menggenggam erat lengan berotot pria yang kini menindihnya."Ahh... apa karena aku sudah lama tidak melakukan ini..? Kenapa tidak berhasil..." pikir Fin."Maaf Rose… Apa sakit ?" tanya Fin hati-hati.Rose mengangguk kecil."Apa mungkin kurang basah?" gumam Fin kemudian turun dan menjilati kembali milik Rose memberikan salivanya."Ah… Um..." desah manja Rose."Hmm, aku rasa cukup..." gumam Fin dan kembali mensejajarkan posisinya.Fin kembali mengarahkan miliknya, "Aku mulai Ros.." ujar Fin lembut."Ya... ya... Tuan...""Please stop panggil aku Tuan, panggil aku Fin... Hmm?? Sebut namaku Rose..." sela Fin, lalu mengarahkan batangnya tepat di bagian liang Rose... Blesss"Ack! Sa-sakit..." teriak Rose dan mencengkram kuat lengan Fin hingga kukunya tertancap masuk ke dalam kulit
Austin menstater kendaraannya dan melajukan dengan kecepatan sedang.Bella memiringkan duduknya dan melihat ke arah Austin, "Love... Jadi kamu mengundang Daniel untuk apa kalau bukan urusan pekerjaan ?!""Oh my!! Kenapa dia sangat menggemaskan seperti ini! Aku jadi semakin ingin menggodanya.." gumam Austin dalam hati menahan tawanya.Austin menoleh sebentar dan memegang pipi Bella, "Hanya undangan makan malam atau makan siang...""Oh, Hmm... Ok sayang! Eh tapi di mana? Bukannya kamu tidak mengundang siapapun ke apartment?" Bella tersadar dan bertanya."Oh my Bella! Apa kamu selalu menggemaskan seperti ini!!" serunya dalam hati."Tentu saja bukan di Apartment sayang... Nanti kita pilih bersama tempatnya.. Ok ?"Bella tersenyum dan mengacungkan jempolnya, "Ok sayang!!""By the way kita mau kemana ?"Austin menoleh dan berkedip menggoda, "Kencan sayang..."Blushhh"Ahhh... sangat menggemaskan...!!" seru Austin dan mencubit pipi Bella dengan lembut."Ihhh... Sayang..!!""Hahahhaa..." tawa
Austin membuka kotak berwarna hitam itu dan menatap dalam manik mata indah kekasihnya, "Bella Sophie... Will you marry me?"Deg!Dengan bibir bergetar, "Love?" gumam kecil Bella."Hmm..?" Austin bergumam lembut, menyunggingkan senyum.Austin menyerahkan cincin dengan berlian berbentuk persegi sebagai pemanis dan memancarkan kemewahan dari cincin berlian tersebut ke tangan Bella.Bella tersenyum bahagia. Tidak percaya dirinya akan berada di titik seperti ini. Menemukan pria yang benar-benar membuat dirinya merasa begitu nyaman dan yang paling utama adalah menjadikan dirinya adalah prioritas utama dalam hidupnya.Bella menerima kotak hitam yang indah itu, dan berkata " Yes, I will...!"Austin memeluk Bella erat dan mengecup puncak kepala, kening, mata, pipi, hidung dan bibir. Kecupan yang menjadi sebuah ciuman yang begitu dalam dan lembut."Thank you love, aku berjanji menjadikanmu wanita terbahagia di dunia ini!" janji Austin dengan senyuman manisnya."Iya love, i know that... Aku tahu
"Ahk... Honey! Kamu adalah milikku Rose!!" seru Fin bersamaan menggapai puncak kenikmatannya untuk kedua kalinya."Hahh... hah... Hahh.." deru nafas Rose terdengar, mendapatkan puncak kenikmatan bersama terasa sungguh luar biasa.Nafasnya memburu membuat dadanya bergerak naik turun.Fin mengukung tubuh Rose dan meraup bibir Rose yang kini membuatnya tidak lagi bisa berpaling. Bibir yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman."Thank you Rose, terima kasih karena sudah memberikannya untukku... Aku sudah melepaskan segelmu hanya untuk diriku..." ucap Fin lembut setelah melepaskan ciumannya.Akhirnya inilah tindakan yang bisa Fin ambil karena tidak tahan dengan serangan-serangan yang di berikan oleh Rose pada saat di bawah pengaruh obat lukcnat itu. Serta apa yang dikatakan Ken terus terngiang di kepalanya."Berarti Rose di berikan obat peransang dosis tinggi! Sekarang semua keputusan di tanganmu Fin! Kalau kamu tega melihat Rose seperti itu selama 24 jam. Silahkan... Tapi aku benar-benar
"Tentu saja aku cemburu, sangat cemburu sayang..." Austin berkata setelah melepaskan ciumannya.BlushBella tersenyum dan mengusap lembut pipi pria yang tengah menatapnya dengan tatapan cemburu. "Aku milikmu sayang, hati dan raga ini milikmu... selamanya..." ucap Bella lembut dan masuk ke dalam pelukan Austin."Jadi jangan meragukan apapun... Hmm?" Bella mendongakkan kepala dan berucap dengan manja.Cup...Austin mengecup kening Bella, "Aku hanya takut kamu terpengaruh dengan perkataan Steve...""Terpengaruh akan hal apa sayang?" tanya Bella yang sudah melepaskan pelukannya untuk melihat kerisauan kekasihnya."Yahh... Mungkin dia akan mengatakan sesuatu tentangku... Atau dia akan kembali membuat hatimu goyah..." jujur Austin akan kerisauan hatinya.Bella terperangah dengan perkataan Austin yang ternyata masih bisa merasa tidak percaya diri hanya karena hal seperti ini."Oh my sayang!" Bella memegang kening dan menggeleng pelan kepalanya merasa tidak percaya."Apakah ini kekasihku? Aus
Di saat yang lain. Max setelah dari penjara XX yang terkenal paling kejam dan ketat di negara mereka, memilih untuk pergi ke rumah putih. Rumah di mana ada seorang wanita yang menunggu dirinya.Dan di tengah perjalanan yang cukup jauh. Karena lokasi dari penjara tersebut ke rumah putih cukup memakan waktu yang lama. Ponsel Max berdering dengan tidak sabaran.Max menekan LCD di layar mobilnya pada saat melihat penelpon adalah Fergi, pria yang ia percayakan untuk menjaga wanitanya."Halo Tuan Max," sapa Fergi dengan nada hati-hati."Ada apa Fergi ?" jawab Max dengan suara beratnya."...""Fergi!! Ada apa?!" suara max yang sudah tidak sabar."Maafkan saya, Madam..." gumam Fergi yang dapat di dengar oleh Max.Max menaikkan satu alisnya. Di dalam batinnya pasti sudah ada sesuatu yang terjadi."Fergi!" teriak Max tersulut emosi."Tu—tuan... Madam tadi mendapatkan perlakuan kasar dari salah satu klien. Karena klien tersebut memaksa harus Madam Hana yang melayaninya..." jawab Fergi."Shit! Apa
Bab yang sangat panas >,” Max menjadi sangat agresif dari pada biasanya.Max berhenti dan mengukung tubuh Hana. "Aku akan mensterilkanmu sayang," suara berat Max serta hembusan nafas panasnya menyapu wajah Hana. Membuat darah Hana berdesir mendengarkan kalimat seduktif dari Max.Hana balas menatap manik mata Max yang hitam pekat, menangkup wajah Max dengan kedua tangan mungilnya."Yes please, Max..." suara seksi Hana menyihir Max masuk ke dunia lain. Dimana dunia yang hanya ada mereka berdua. Bersiap untuk mengarungi indahnya aktivitas yang menanti mereka.Max seke