Kedua tangan kekar Max menahan punggung Hana yang melengkung ke belakang dengan begitu erotis. Kedua tangan Hana menyangga di leher Max dengan kuat.Tubuh mereka penuh dengan peluh keringat."Ah! Suka Max... Ah... I—ni... Luar biasa! Faster please!" Max semakin kuat menghentakkan pinggulnya membuat tubuh Hana melayang naik turun. Membuat Max semakin terangsang luar biasa."Kamu sangat cantik Han dengan rambut basah seperti ini. Seksi!" racau Max dan menekan kepala Hana. Bibirnya yang mendesah terlalu erotis untuk di biarkan menganggur.Max kembali melumat dan memakan bibir Hana ke dalam mulutnya dengan begitu rakus. Hana melenguh nikmat.Pertama kali Max bermain seintens ini, sangat agresif dan sedikit kasar.Hana kembali merasakan kewanitaannya bedenyut. "Max! Ahh... Sayang.. Aku... Akh... Aku...!!""Keluarkan sayang... Aku akan membuatmu mendesah dan merasakan orgasme berkali-kali!" seru Max semakin kuat, keras dan cepat menghujam inti tubuh Hana."Akh! Max!”"Yaah! Keluarkan sayang.
"Baiklah sayang... Aku akan melepaskan rumah putih ini...!" ucap Hana di dalam pelukan Max.Max tersenyum lega. Kemudian dengan mudah Max berbaring dan memindahkan posisi mereka. Kini Hana sudah berada di atas tubuh Max. Wanita mungil nan manja yang begitu dia cintai."Terima kasih sayang," gumam Max pelan dan mengecup kening Hana.Wajah Hana basah bercampur keringat dan air mata. Max meraih wajah cantik tersebut. Ditatapnya dengan lekat."Jangan melihatku seperti ini sayang, aku sangat berantakan..." Hana memasukkan kembali wajahnya di tengkuk leher Max."Hahahaha... Siapa yang bilang kamu berantakan? Let me see!" Max kembali menangkup wajah Hana. Mata sembap dan peluh keringat usai mereka bercinta dengan begitu hebat."Cantik dan seksi..." puji Max mengusap lembut pipi Hana. Dan di dekatkannya bibir mereka. Max menciumi bibir Hana penuh cinta."Akh!" pekik Hana.Max menghentikan ciumannya, "Sakit?"Di sentuhnya bagian sudut bibir Hana yang terluka."Hmmm... Perih sayang.." jawab Han
Di sebuah kamar president suite. Fin menunggu kabar dari asistent pribadinya.Ting tongBunyi bel kamar, Fin segera menuju pintu.Ceklek"Tuan Finley, ini berkas-berkas yang Anda minta." Asistent Fin menyerahkan sebuah map coklat ke tangan Fin.Fin mengambil map coklat tersebut, "Hmm, Baiklah. Lalu bagaimana dengan bisnis milik Brook?""Semua sedang dikerjakan Tuan, dalam dua puluh empat jam. Bisnis mereka akan berpindah tangan ke saham Tuan," jelas Asisten Fin."Ingat lakukan dengan bersih. Belum saatnya mereka tahu. Dan bagaiamana dengan Paman dan sepupu Rose ?" Fin ingin semua yang sudah menyakiti Rose selama ini merasakan penderitaan di hari yang sama."Baik Tuan Finley. Dan saya sudah menyelidiki, ternyata pria itulah yang membuat Ibu Nona Rose untuk bekerja di tempat prostitusi melayani klien-klien nya. Dan aku mendapatkan bukti penggelapan dana yang dia lakukan. Itu bisa menjebloskan pria itu ke dalam penjara.""Dan untuk sepupu Nona Rose, apa yang harus saya lakukan ?"Fin tamp
Sedangkan di sebuah rumah, Siska tengah sibuk mengatur keperluan Cecilia. Hari ini Ken, Siska dan Cecilia akan menghadiri pemakaman Dom."Sayang, kamu yakin sudah bisa menyetir?" tanya Siska khawatir, sembari memasukkan peralatan Cecilia ke dalam dapers bag.Ken berjalan menghampiri Siska dan memeluknya dari belakang. "Iya sayang, tanganku sudah jauh lebih baikan."Siska berbalik menghadap Ken dan memperbaiki kancing kemeja kekasihnya."Tapi bagaimana kalau sampai lukanya terbuka lagi. Apalagi ini perjalanan yang cukup jauh. Hmmm, atau gimana kalau aku saja yang menyetir untuk hari ini...?" ujar Siska dengan mata berbinar-binar.Ken tersenyum, "Hmm, baiklah... Apapun asal kamu merasa lebih baik..""Kyaaa... Thank you sayang!" Siska berseru senang dan memeluk Ken dengan manja.Ken tersenyum dan mengecup kening kekasihnya."Kalau begitu biar aku siapkan carseat untuk Cecilia di dalam mobil," ucap Ken penuh perhatian.Siska mengangguk, "Ok sayang... Biar aku selesaikan bawaan Cecilia dan
"Ahhh... Ini benar-benar menyenangkan...Thank you love sudah mengajakku ke sini." Bella bergelayutan manja di lengan Austin .Austin tersenyum dan mengecup kening Bella. "Apapun akan aku lakukan sayang selama itu membuatmu bahagia."Bella tersenyum dan memberikan kecupan pipi kepada Austin.Hari ini adalah benar-benar hari yang membahagiakan. Meskipun pada kenyataannya setiap hari yang dia lalui bersama Austin selalu membahagiakan dan penuh kejutan."Terima kasih sayang," ucap Bella pelan.Austin menarik pinggul Bella dan merapatkan wajahnya ke telinga Bella. "Aku benar-benar ingin memakanmu saat ini juga sayang..."Blush"Hahhaha... Masuklah sayang..." tawa kecil Austin melihat ekspresi wajah Bella sambil membuka pintu mobil. Lagi-lagi dia berhasil menggoda kekasihnya."Isshh... Dasar !!!" gerutu Bella dan masuk ke dalam mobil.Austin menutup pintu mobil dan berjalan mengitari mobil lalu masuk ke dalam kursi pengemudi. Kemudian menyalakan mesin mobil."Sayang, mau ke Apartment atau k
Siang-siang baca ini makin panas >,… cantik... cantik...." gumam Austin tiada henti memuji Bella.Austin kembali menangkup wajah Bella dan mendaratkan ciuman di setiap sudut wajah Bella. "Kamu sudah benar-benar menyihirku sayang! Aku tidak tahu apa jadinya
Max mengepal tangannya dengan kuat."Shit !! Baru satu hari dia disini sudah berulah !! Hingga mencelakakan Hana !"Max berjalan semakin cepat, "Aku akan memberikan pelajaran kepada pria ini terlebih dahulu ! Baru kita melenyapkan noda di rumah ini !!""Baik Tuan," jawab Fergi.KriettBunyi pintu baja yang berderit.Tap tap tapBugh Bugh Bugh"Berengsek!"Max memukul pria tersebut yang tidak lain adalah Baron. Pria yang sudah berusia 45 tahun. Pria yang menjadi pelanggan pertama Joy."Dasar tua bangka !! Kenapa kau berani menyentuh miliku !! Hah !!" geram Max dan kembali memukul wajah yang mulai berkeriput itu."Max...?" gumam Baron setelah bisa membuka matanya sedikit dan melihat sosok pria besar yang ada di depannya."Cuihhh!" Baron meludah dengan arrogant.Merasa yang dia hadapi hanyalah cecunguk dari Austin."Hana milikmu?? Bukankah dia milik bersama juga?? hhahhaha...!!" Baron menantang Max.Bugh!"Sepertinya kau sudah kehilangan akal sehatmu!" geram Max mencekik kerah baju Baron
"Pindahkan tanganmu! Berhenti bermain-main!" seru Max dengan dingin sambil menatap Joy yang memang posisinya jauh lebih rendah di bawahnya.Deg!Kemudian Max merengkuh dagu Joy dengan kasar menggunakan dua jarinya."Kau pikir, kau siapa yang bisa berbuat seenaknya di sini? Hah!" Max berkata dengan begitu dingin hingga dapat menembus ke daging-daging.Joy merasakan semua itu, tatapan Max seolah siap dengan satu kali gerakan membuatnya tidak lagi bernafas saat ini juga."Tu—tuan... Saya tidak mengerti. Apa maksud Anda..?" Joy mencoba membela diri dengan terbata-bata membuat defense.Max semakin kuat menekan dagu Joy, membuat Joy meringis kesakitan."Ack! Tu—tuan!" Joy meringis merasakan dagunya di remas dengan kuat. Membuat dirinya bagai tercekik."Maksud? Kau tanyakan maksud?? Jangan berbicara seolah kau tidak tahu apa-apa! Baron sudah mengatakan semuanya!"Deg!"Mati a—aku!" pikir Joy menutup matanya mencoba mencari jalan keluar. Agar dia bisa terhindar dari masalah ini. Dia tidak san