Max mengepal tangannya dengan kuat."Shit !! Baru satu hari dia disini sudah berulah !! Hingga mencelakakan Hana !"Max berjalan semakin cepat, "Aku akan memberikan pelajaran kepada pria ini terlebih dahulu ! Baru kita melenyapkan noda di rumah ini !!""Baik Tuan," jawab Fergi.KriettBunyi pintu baja yang berderit.Tap tap tapBugh Bugh Bugh"Berengsek!"Max memukul pria tersebut yang tidak lain adalah Baron. Pria yang sudah berusia 45 tahun. Pria yang menjadi pelanggan pertama Joy."Dasar tua bangka !! Kenapa kau berani menyentuh miliku !! Hah !!" geram Max dan kembali memukul wajah yang mulai berkeriput itu."Max...?" gumam Baron setelah bisa membuka matanya sedikit dan melihat sosok pria besar yang ada di depannya."Cuihhh!" Baron meludah dengan arrogant.Merasa yang dia hadapi hanyalah cecunguk dari Austin."Hana milikmu?? Bukankah dia milik bersama juga?? hhahhaha...!!" Baron menantang Max.Bugh!"Sepertinya kau sudah kehilangan akal sehatmu!" geram Max mencekik kerah baju Baron
"Pindahkan tanganmu! Berhenti bermain-main!" seru Max dengan dingin sambil menatap Joy yang memang posisinya jauh lebih rendah di bawahnya.Deg!Kemudian Max merengkuh dagu Joy dengan kasar menggunakan dua jarinya."Kau pikir, kau siapa yang bisa berbuat seenaknya di sini? Hah!" Max berkata dengan begitu dingin hingga dapat menembus ke daging-daging.Joy merasakan semua itu, tatapan Max seolah siap dengan satu kali gerakan membuatnya tidak lagi bernafas saat ini juga."Tu—tuan... Saya tidak mengerti. Apa maksud Anda..?" Joy mencoba membela diri dengan terbata-bata membuat defense.Max semakin kuat menekan dagu Joy, membuat Joy meringis kesakitan."Ack! Tu—tuan!" Joy meringis merasakan dagunya di remas dengan kuat. Membuat dirinya bagai tercekik."Maksud? Kau tanyakan maksud?? Jangan berbicara seolah kau tidak tahu apa-apa! Baron sudah mengatakan semuanya!"Deg!"Mati a—aku!" pikir Joy menutup matanya mencoba mencari jalan keluar. Agar dia bisa terhindar dari masalah ini. Dia tidak san
Bab ini mengandung adegan sedikit keras ya~ Selamat membaca^^ ~~Fergo mengambil ponselnya dan menghubungi Dokter Dave untuk masuk ke kamar Joy.Dokter Dave yang semenjak awal ingin menikmati tubuh Joy merasa sangat senang. Ternyata tidak butuh waktu lama. Dia bisa menikmatinya.Sedangkan di dalam kamar. Fergo dan Fergi sudah membuka pakaian mereka.Joy yang memang hanya mengenakan handuk langsung mereka dudukkan di tepi ranjang.Fergo berdiri di sisi kanan, sedangkan Fergo berdiri di sisi kiri. Mereka berdua mengarahkan miliknya bersamaan di depan mulut Joy.Joy secara naluriah meraih kedua batang yang ada di depannya. Kedua tangannya masing-masing memberikan pijatan dan gerakkan naik turun di kedua batang yang sudah berdiri tegak sempurna."Uhgg… Damn !! Fuck.. !!" racau Fergo dan Fergi.Fergi meraih rambut Joy dan meremasnya. Kemudian mengarahkan mulut Joy untuk mengulum miliknya.Joy membuka mulutnya dengan lebar dan menjilati batang Fergi, memberikan pijatan-pijatan kecil dengan
Bab ini mengandung adegan dewasa dan keras ya~~ Selamat membaca sayang-sayang~~Dave menahan kepala Joy dan menyuruh Joy untuk melanjutkan aktifitasnya.Fergi berpindah dan menarik kepala Joy dari Dave, menyuruhnya untuk mengulum miliknya juga.Lima menit dalam posisi ini. Mereka kembali mengubah posisi. Kini Davelah yang siap mencoba lubang kecil Joy yang membuat Fergo mendesis.Dengan menungging, dan menyangga tubuhnya dengan kedua lengannya. Joy bagaikan anjing yang siap melayani Tuan-tuannya. Dave memposisikan dirinya. Sedangkan Fergo dan Fergi kembali berada di depan wajah Joy, mengarahkan milik mereka untuk siap di santap.Joy membuka mulutnya dengan besar dan mengulum milik Fergo dan Fergi bersamaan. Tangannya meraih batang Fergo dan fergi. Terus mengulumnya bergantian, dan memasukkannya bersamaan di mulutnya."Sensasi ini sungguh Gila !!!" gumam Joy dalam hati."Fuck.. Fuck...!! Ini luar biasa bro.. Aku sampai bingung harus memilih yang mana! Akhhh !! Kedua lubangnya terasa
Keesokan paginya, Bella masih tertidur dalam dekapan Austin. Entah kenapa, beberapa hari ini. Dia merasa sangat nyaman menghirup aroma tubuh kekasih hatinya itu.Setiap malam ia selalu gelisah sebelum tidur."Euhmm... Sayang.." gumam kecil Bella, karena Austin yang sudah bangun terlebih dahulu, terus mengecup seluruh wajahnya.Austin tersenyum, beberapa hari ini Bella sangat manja padanya. Tentu saja dia sangat bahagia. Apalagi kalau kekasihnya itu mulai ngambek atau menggerutu.Membuatnya ingin kembali melahapnya dan membuat Bella mendesah.Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Tapi Bella masih betah saja memeluk tubuh Austin."Sayang, bangun... Kita sarapan ?" ucap Austin lembut.Bella mengerjapkan matanya dan melihat wajah tampan di depannya. Seulas senyum tercetak di bibirnya."CUP!"Austin kembali mengecup bibir Bella, tentu saja bukan hanya sekedar kecupan ringan. Karena kecupan ringan bagi Austin adalah melahap bibir wanitanya itu. Dilumatnya bibir atas dan bawah Bella berganti
"Ahhhh! Let’s try!!" seru Austin memikirkan ide teraneh sepanjang masa.Kemudian dirinya mengambil sepotong waffle dan mencelupkannya ke dalam saus blueberry."Aaaaa... sayang.." Austin membuka mulutnya agar Bella ikut membuka mulutnya.Bella membuka mulutnya, kemudian Austin memasukkan waffle tersebut. Menyuapinya dengan hati-hati.Terdengar suara kunyahan dari Bella, "Uhmm...Nyamm..nyamm..""Bagaimana sayang?" Austin penasaran.Bella masih terdiam dan berusaha mencari rasa asin yang tadi tumpah di mulutnya. Namun, semakin dia mengunyah. Rasa waffle tersebut semakin enak, lembut dan manis."Uhmm.. Enak bangett sayang!" Bella berseru dengan membelalakkan matanya berbinar-binar. Mengagumi rasa waffle tersebut.Austin tersenyum melihat ekspresi Bella. "Sekarang kamu suapin aku lagi sayang..." pinta Austin.Bella kembali mengambil potongan waffle dan di suap ke dalam mulut prianya.Namun Austin segera menahan tangan Bella dan menghisap jari Bella.Slurp"Hmm... Enak.." gumam Austin.Serr
"Ok! I'm done sayang!" seru Bella setelah selesai memakai pakaian yang nyaman untuknya.Austin sontak menoleh dan terpesona dengan penampilan semi formal kekasih hatinya itu.Dengan perpaduan blazer hitam, dalaman berwarna putih dan bawahan jeans berwarna light blue model boyfriend. Sapuan make up yang natural. Serta highheels 3cm yang dia pakai membuat dirinya semakin mempesona.Bella melihat Austin menatapnya tanpa berkedip. Dengan perasaan tidak enak dia menghampiri Austin, "Ada yang salah dengan pakaianku? Apa kurang pantas ke kantor memakai pakaian seperti ini?" Bella bertanya takut Austin tidak senang dengan caranya berpakaian yang terlalu santai ini.Austin berdiri dari duduknya dan merangkul pinggang Bella. "Apapun yang kamu pakai selalu mempesona sayang. Dan tidak ada larangan berpakaian untuk Nyonya Austin... Kamu bebas mengenakan apapun ke perusahaan... Selama istriku ini nyaman... Tidak akan ada masalah.."Blush"Istri..? gumam kecil Bella merona."Iya... Sebentar lagi kam
Deg!"Oh my !!" seru Austin dalam hati. Terkejut dengan reaksi Bella.Dengan tenang Austin mengatakan. "Tentu saja aku mau sayang, biar aku yang antri, kamu tunggu saja di dalam mobil, hmm?" sambil mencari parkiran di dekat bendungan air.Ekspresi Bella seketika berubah 180 derajat. Dengan mata berbinar-binar mengangguk setuju. Membuat Austin kembali tergelak."Apa dia sesenang itu hanya karena hal kecil seperti ini?" ucap Austin dalam hati dan mengusap lembut pipi kekasihnya.Austin melepaskan seatbeltnya, sebelum turun, Austin menyampaikan. "Kunci pintunya dari dalam dan jangan buka kaca mobil. Tunggu aku, Ok?"Bella mengangkat ke dua ibu jarinya, "Ok sayang!""Good girl..!" puji Austin dan mengusap puncak kepala Bella."Ahh, Tunggu sayang... Pakai ini..!!" seru Bella sambil menyerahkan masker hitam kepada Austin.Austin tersenyum, "Hmm, Ok sayang..""Ck... Aku hanya menjaga kesehatanmu !!" decak Bella, padahal sesungguhnya dia tidak rela ketampanan kekasihnya menjadi konsumsi publi
Ludwig tersenyum dan terkekeh. “Jadi? Mau berhenti sampai di sini?” Elle memicingkan matanya, “Tidak!! Tentu saja tidak sayang!Aku akan menahannya…” Ludwig tersenyum sumringah dan berbisik, “Aku juga tidak berniat untuk berhenti sayang…” ucapnya seduktif. Blush! Wajah Elle merona. “Aku mulai sayang?” bisik Ludwig dengan lembut dan di angguki oleh Elle. Pria itu kembali melumat bibir ranum kekasihnya. Sedangkan boanya mulai mencari sarangnya di bawah sana. Sesuai yang ia duga. Sarang untuk boanya terlalu sulit untuk di tembus. Hingga ia harus turun kembali dan memberikan sesapan dan jilatan di bawah sana hingga basah. Dan kembali memposisikan dirinya. Elle terus mendesah atas perlakuan Ludwig yang begitu menggairahkan. “Acckk…” jeritnya beberapa kali saat Ludwig berusaha menembus meiliknya di bawah sana. Hingga dia dapa merasakan kepala boa kekasihnya itu berada di antara bibir miliknya. Ludwig yang tahu posisi nya itu perlahan mendorong masuk. “Akh sakit… “ringis Elle kesakita
“Kamu begitu cantik dan seksi sayang…” ucap Ludwig dan kembali mencumbu kekasihnya itu dengan begitu liar. Ciuman yang begitu intim dan saling berbalas. Saling melumat dan mengecap yang membangkitkan gairah kedua sejoli ini. Tangan Ludwig kembali mengusap lembut bagian perut rata kekasihnya, naik ke payudara Elle dan memilin putingnyanya, mengusap pipi merona kekasihnya dengan begitu khidmat. Tangan Elle pun tidak tinggal diam begitu saja. Wanita cantik itu terus membelai dan mengusap otoy lengan, otot punggung dan dada kekasihnya itu. Dengan satu kali gerakan cepat, kini posisi mereka berdua sudah ada di tengah – tengah ranjang. Ludwig memindahkan tubuh Elle yang sudah telanjang bulat itu. Handuknya pun tertinggal di tepi ranjang begitu saja.Pria itu kembali menatap wajah cantik kekasihnya. Mengukung tubuh Elle, nafas mereka saling bersahutan. “Kamu sangat cantik Elle, kamu… sangat sexy… “ pujanya lagi sambil mengusap lembut pipi merona Elle. Ludwig tersenyum lembut menatap penu
Ludwig menelan kasar salivanya mendengar perkataan Elle yang begitu seduktif. “Sayang… kenapa kamu mengatakan hal itu?” Ludiwg berlutut dan memegang tangan kekasihnya itu. Menatapnya lekat.“Aku mau kamu jadi yang pertama untukku, Lud…”Ludwig tersenyum mendengar penuturan Elle. Siapa yang tidak bahagia mendengar hal seperti itu. “Iya sayang, nanti setelah kita menikah… Hmm?” ucap Ludwig pelan. Bohong jika dia tidak tergoda. Apalagi tadi dia melihat dengan jelas keindahan kedua dada kekasihnya itu. Mengingat nya saja membuat kepala atas dan bawahnya berdenyut. Dan sekarang kekasihnya sendiri yang memberikan izin.Elle menggelengkan kepalanya. “Aku mau sekarang, aku takut hal seperti ini terjadi kembali ke depannya. Setidaknya aku menyerahkannya padamu. Pada pria yang aku cintai…” ucap Elle tegas dengan mata sayunya.Deg!“Sa… sayang? Aku –“ Dalam seketika jakun Ludwig bergerak naik turun kesulitan menelan salivanya. Kekasihnya itu melepaskan kaitan handuk yang menutup tubuhnya tadi,
“Ludwig… Aku… Hikss.. hiksss…” lirihnya.Ludwig segera berlutut dan memeluk tubuh kekasihnya itu. Memeluknya dengan erat. Ludwig mengusap lembut punggu Elle, menenangkan wanita yang begitu ia cintai.Hatinya terasa begitu sakit melihat keadaan Elle saat ini.“Maafkan aku sayang… Maafkan aku…” gumam Ludwig tiada henti meminta maaf. Dia sudah bersumpah untuk selalu menjaga wanitanya. Tetapi malam ini dia sudah lalai sampai membuat Elle mengalami hal ini.Elle menggeleng, “inih… bukan salah kamu sayang…” ucap Elle dengan suara isak tangisnya.Ludwig mengurai pelukannya dan dengan satu kali hentakan, dia membawa Elle di dalam gendongannya ala bridal. Elle langsung memeluk leher Ludwig untuk menopang tubuhnya.Wajahnya masuk ke dalam dada bidang.Elle seketika sadar kalau saat ini pakaian Ludwig basah kuyup karena hujan. “Sayang, kamu basah…” gumamnya pelan.“Hmm… Iya sayang…” balas Ludwig pelan.Mereka berdua masuk ke dalam kamar. Ludwig menurunkan Elle duduk di atas tempat tidur. Handuk
Ludwig menjadi begitu gelisah begitu turunnya hujan. Pria itu menjadi tidak konsentrasi. Bruno yang melihatnya pun menghampiri pria itu.“Ada apa bro?” tanya Bruno.Ludwig menoleh, “Ah tidak ada…” jawabnya singkat.“Kamu pulang saja lebih dahulu, biar di sini kami yang tangani.” Imbuh Hanz kepada Ludwig.“Hmm, benar kata Hanz. Kasihan Elle di rumah sendirian.” Sambung Stefan.Ludwig tersenyum, tanpa dia mengutarakan kekhawatirannya, para sahabatnya begitu pengertian. “Thank you.”Pria itu kemudian membereskan perlengkapannya. Lalu berjalan keluar. Hujan terlihat begitu deras, payung pun dia tidak punya. Tapi rasa khawatirnya kepada Elle jauh lebih besar dari pada khawatir dengan keadaannya saat ini. “Hahh! Kenapa aku kepikiran seperti ini!” batinnya.Dengan satu kali tarikan nafas. Ludwig berlari di bawah guyuran hujan yang begitu lebat. Seluruh baju dan tubuhnya basah dalam sekejap.Butuh waktu lima sampai 10 menit untuk tiba di rumah singgahnya. Begitu ia melihat rumah batu yang sed
Satu minggu pun berlalu, Drake benar – benar berbaur dengan warga lokal. Bahkan persaingannya dengan Ludwig pun sudah dia abaikan beberapa hari ini. Dia pun menjadi lebih akrab dengan beberapa para warga lokal.Waktu berlalu tanpa ada konflik sedikitpun. Elle pun merasa jauh lebih nyaman. Setidaknya Drake sudah berhenti dan melupakan mengenai perjodohan mereka.Dan Drake sendiri pun sadar setelah hidup di sini dan melihat langsung bagaimana hubungan Elle dan Ludwig.“Hahh… Sepertinya memang sudah tidak ada tempat untukku di hati Elle…” gumam Drake sambil melukis. Perlengkapan lukis yang ia pinjam dari Elle. Karena niat awal tidak pernah terbersit di pikirannya akan menikmati tempat ini. Dia hanya ingin membawa Elle untuk kembali pulang dan kembali hidup normal seperti dulu.Tapi berbeda pula dengan Ludwig yang selalu saja cemburu dengan keakraban yang di perlihatkan antara kekasihnya dan pria yang bernama Drake itu.Meskipun Elle sendiri yang mengatakan kalau dia tidak memiliki perasa
Suara nafas Ludwig semakin berat, pria itu melepaskan ciumannya dengan sesapan yang kuat membuat bibir bawah Elle ikut tertarik olehnya. Menyandarkan keningnya di kening kekasihnya itu.Mengatur nafasnya dan menutup matanya. Dia takut kembali tersihir dengan hazel indah kekasihnya itu. Dia takut jika dirinya benar – benar tidak dapat menahan diri.Kemudian Ludwig memindahkan tubuhnya kesamping dan berbaring di atas kasur, langsung memeluk Elle dengan erat sambil berbisik, “Mari berhenti sampai di sini sayang, aku takut tidak dapat menahan diriku.”Elle tersenyum dan mengusap wajah Ludwig yang ada sedikit rambut. “Hmm… Goodnight sayang,” ucap Elle pelan.“Goodnight sayang,” balas Ludwig dan mengecup puncak kepala kekasih nya itu.***Tidak terasa satu bulan pun berlalu, hasil perkebunan sudah ada beberapa sayuran yang bisa mereka panen. Desa ini kian maju di bawah arahan Ludwig dan Elle. Warga lokal pun kian mandiri.Tetapi saat ini mereka sering terkendala dengan hujan deras dan ang
Ludwig seketika panik mendengar perkataan Elle, “Sa… sayang…”Wanita cantik itu mengulum bibirnya menahan tawa melihat wajah panik Ludwig. Sebenarnyanya sejak dua hari kedatangan Pauline, Elle sudah menaruh curiga. Setiap melihat sikap Pauline kepada Ludwig, satu yang ia percaya bahwa ada sesuatu di antara mereka berdua. Dan yang pasti, kekasihnya itu selalu menjaga jarak dan terlihat tidak ingin terlibat. Sejak penolakan frontal dari Ludwig ketika Pauline meminta kekasihnya untuk untuk membimbingnya.Sedangkan di lihat bagaimana pun penampilan Pauline, dia seperti bukan seseorang yang akan mendatangi tempat pemukiman seperti ini. Apalagi kalau bukan karena sesuatu. Dan itu terjadi tepat setelah satu minggu kedua orang tuanya mengetahui lokasinya.Dan saat itu pula dia sempat memperkenalkan kekasihnya itu kepada kedua orang tuanya. Namun dia masih ingin menepis hal tersebut dan wanita cantik itu hanya diam sambil mengawasi. Dan dia ingin tahu sampai di mana keseriusan Ludwig terhada
Ludwig menekan kepala belakang Elle, memperdalam ciumannya.“EUhm sayang.. Ah.. Uhm…” suara mereka berdua. Ludwig memeluk pinggul kekasihnya itu dengan erat merapatkan tubuh mereka berdua tanpa jarak.Merasakan tiap lekuk tubuh indah Elle. Ludwig dapat merasakan boa di bawah sana sudah semakin membengkak ingin di keluarkan. Seolah dia bisa merobek celananya di bawah sana.“Damn!”“Cium aku sayang!” suara berat Ludwig yang hanya mengusap punggung kekasih nya yang masih terbalut handuk. Sedangkan mulutnya terus menyesap bibir atas dan bawah Elle, begitu pun Elle yang memeluk erat kekasihnya itu. Memegang dada Ludwig yang bidang.“Oh my! Hahh hahh Hahh!” suara nafas Elle yang terengah – engah.Ludwig melepaskan ciumannya dan melihat mata sayu Elle. Pipi Elle yang berubaha menjadi pink kemerah – merahan. Nafas mereka saling bersahutan.“Kau tahu sayang, aku sangat mencintaimu,” ucapnya dengan suara serak.Elle tersenyum dan mengangguk. “Iya sayang, aku juga sangat mencintaimu.”Jantung L