Deg!"Oh my !!" seru Austin dalam hati. Terkejut dengan reaksi Bella.Dengan tenang Austin mengatakan. "Tentu saja aku mau sayang, biar aku yang antri, kamu tunggu saja di dalam mobil, hmm?" sambil mencari parkiran di dekat bendungan air.Ekspresi Bella seketika berubah 180 derajat. Dengan mata berbinar-binar mengangguk setuju. Membuat Austin kembali tergelak."Apa dia sesenang itu hanya karena hal kecil seperti ini?" ucap Austin dalam hati dan mengusap lembut pipi kekasihnya.Austin melepaskan seatbeltnya, sebelum turun, Austin menyampaikan. "Kunci pintunya dari dalam dan jangan buka kaca mobil. Tunggu aku, Ok?"Bella mengangkat ke dua ibu jarinya, "Ok sayang!""Good girl..!" puji Austin dan mengusap puncak kepala Bella."Ahh, Tunggu sayang... Pakai ini..!!" seru Bella sambil menyerahkan masker hitam kepada Austin.Austin tersenyum, "Hmm, Ok sayang..""Ck... Aku hanya menjaga kesehatanmu !!" decak Bella, padahal sesungguhnya dia tidak rela ketampanan kekasihnya menjadi konsumsi publi
"Ayo masuk..." Fin menautkan tangan ke istrinya itu masuk ke dalam rumahnya.Pagi ini, setelah check out dari Hotel. Fin memutuskan untuk langsung membawa Rose ke kediaman pribadinya. Bukan basecamp yang biasa dia dan Ken tempati.Rose tidak bisa tidak kagum dengan rumah Fin yang terbilang sangat besar ini.Fin melihat raut wajah Rose, "Apa kamu tidak suka berada di sini? Kalau memang tidak suka. Kita ke Apartment saja, bagaimana?" tawar Fin kepada sang istri."Ah... Bukan itu Fin... Ha—hanya saja. Aku merasa tidak pantas berada di sini..." lirih Rose.Fin menarik tangan Rose agar masuk ke dalam pelukannya. "Bagaimana bisa istriku yang cantik ini tidak pantas untuk masuk ke rumahnya sendiri? Hmm?"Rose terkesiap dengan ucapan Fin. Jantungnya saat ini berada dalam posisi tidak aman.Hap!Dengan satu kali gerakan. Fin mengangkat Rose ala bridal masuk ke dalam rumah."Yaa... " kaget Rose yang langsung melingkarkan tangannya ke leher Fin.Cup!"Sepertinya kamu lupa, kalau saat ini aku ada
SretttSiska menarik tangan Ken, wanita cantik itu naik ke atas jok mobil, berlutut dan memeluknya erat prianya itu. "Siapa bilang kalau aku tidak ingin menikah denganmu Ken. Aku mau… Aku… aku mau… Hanya saja..."Ken tersenyum penuh kemenangan. "Hanya saja?" Ken bertanya."Aku tidak percaya diri dengan statusku. Bagaimana kedua orang tuamu dapat menerima statusku ini... Aku merasa tidak pantas," jawab Siska yang masih memeluk erat Ken, seolah takut pria itu akan benar-benar meninggalkannya.Saat Ken ingin mengurai pelukannya, "Jangan di lepas… Kamu jangan merasa seperti itu Ken, aku mencintaimu... Sangat mencintaimu..."Rengek manja Siska tidak ingin melepaskan pelukannya.Ken ingin sekali tertawa, akhirnya bisa mendengar kata hati wanitanya itu. "Iya aku tahu sayang, kamu mencintaiku..." jawab Ken santai yang menyudahi aktingnya."Iya, kalau kamu tahu aku mencintaimu. Jangan berbicara seperti itu lagi." jawab Siska yang belum juga sadar kalau sudah di kerjai oleh kekasihnya."Iya aku
Dan kini Siska dan Ken sudah berada di rumah mereka. Padahal kedua orang tua Kenan sudah meminta Ken untuk pulang ke rumah mereka.Cecilia yang masih tertidur di masukkan ke dalam crib oleh Siska.GrepKen segera mengangkat tubuh Siska dari belakang. Dengan gendongan ala bridal. "Sayang!" teriak Siska tertahan agar tidak membangunkan Cecilia yang baru saja tertidur. Karena kelelahan bermain bersama Grandma dan Grandpa nya.Ken tidak peduli dan terus mengangkat wanita yang kini resmi menjadi istrinya.Ken merebahkan tubuh wanitanya itu di atas ranjang besar mereka. Dan menautkan bibir mereka dengan tatapan penuh cinta.Ken yang tidak sabar langsung membuka pakaian yang ia kenakan. Dan membuka pakaian Siska tanpa sehelai benang pun.Ken lagi-lagi terpesona dengan kemolekan istrinya. "Cantik…" ucapnya. Dan kembali mengungkung tubuh Siska.Di berikannya kecupan demi kecupan."Uhmm, sayang… Ken… Tunggu!" Siska berusaha menahan kepala Ken yang tidak ingin berhenti itu."Sa… sayan
"Della kamu cukup tunggu aku di bagian depan. Aku ingin membicarakan beberapa hal dengan mantan istriku di private room," ujar Steve kepada Della."Baik Pak..." jawab Della singkat.Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah restaurant yang cukup mewah.Steve turun terlebih dahulu, disusul oleh Della tepat di belakangnya."Selamat siang Tuan," sapa pelayan saat membuka pintu kaca untuk Steve."Siang... Tolong atas nama Steve William." ucap Steve kepada pelayan tersebut."Baik, silahkan Tuan. Di bagian sini..." jawab pelayan tersebut dan membawa Steve ke ruangan yang sudah di reservasi oleh Della."Baik, terima kasih. Oh iya, kalau tamuku datang. Suruh langsung masuk ke dalam..." pesan Steve kepada pelayan tersebut."Baik Tuan."Pelayan tersebut pun keluar dari ruangan. Tersisa Della dan Steve."Hmm, kalau begitu saya keluar juga Pak...!" imbuh Della.Steve berpikir sejenak, "Tidak masalah Della. Kamu bisa k
"Aku tunggu kamu di luar love." ucap Austin lembut dan mengecup sesaat bibir Bella.Steve yang menyaksikan secara langsung di depan matanya. Merasa begitu terhina. Namun, dia tidak dapat berkutik setelah mengetahui siapa Austin sebenarnya. Salah sedikit saja, perusahaannya menjadi ancaman."Iya love. Aku tidak akan lama." jawab Bella dan tersenyum manis.Setelah itu Austin benar-benar meninggalkan ruangan. Meninggalkan wanitanya bersama pria berengsek di dalam sana."Silahkan duduk sayang," ucap Steve dengan sengaja memanggil Bella dengan ucapan mesra mereka dahulu.Bella yang tadinya berjalan seketika berhenti. "Jaga ucapanmu Steve. Saat ini kita tidak memiliki status apapun." tegas Bella.Steve menatap sendu kepada Bella, "Maaf... Aku hanya terlalu merindukanmu Bella, delapan tahun hidup bersamamu. Membuatku begitu berat melewati hari-hariku tanpamu."Bella mengepalkan tangannya, "Kalau kamu masih ingin membahas hal seperti ini, seb
Sedangkan setelah keluar dari ruangan. Austin di antar oleh Ethan ke ruangan tepat di sebelah ruangan yang di tempati oleh Bella dan Steve."Silahkan Tuan," ucap Ethan sambil membuka pintu untuk Austin.Di dalam ruangan tersebut sudah di siapkan dua layar laptop yang terhubung dengan cctv di ruangan sebelah.Seketika matanya memicing tajam melihat Steve berani menyentuh Bella dengan kasar. Ingin sekali dia membobol dinding yang memisahkan ruangan ini. Tapi hatinya tenang ketika melihat Bella menghempaskan tangannya dari pegangan Steve.Austin duduk sambil mendengarkan setiap perkataan yang di lontarkan Steve, dan kadang tersenyum senang dengan jawaban telak yang di berikan oleh Bella kepada Steve.Sedangkan Ethan di luar ruangan, duduk di salah satu sudut meja menunggu perintah Tuannya. Fin dan Ken yang juga sudah tiba di Restaurant memilih duduk terpisah dari Ethan.Della yang baru saja kembali dari toilet mencari kursi kosong untuk menunggu Steve.Matanya tertuju kepada sosok pria y
Austin menatap bingung ke arah wanitanya yang saat ini sedang terbaring lemah."Sayang?" lirih Austin hendak kembali meraih tangan Bella. Namun, Bella memicingkan matanya dan menatap tajam ke arah Austin."Kamu sangat keterlaluan!!" seru Bella dengan raut wajah yang sulit Austin artikan.Deg!Austin tersentak dengan seruan Bella yang terlihat begitu marah dan kecewa terhadapnya."Iya sayang?" tanya Austin."Tidak mungkin ‘kan..?" batin Austin mulai menerka-nerka dengan sikap Bella saat ini.Bella melihat ke arah Austin dengan mata berkaca-kaca, "Aku tidak percaya kamu akan melakukan hal seperti itu!!" lirih Bella."Shit! Berengsek kau Steve, membuat wanitaku sampai menangis!" maki Austin dalam hati."Sayang... Biar aku jelaskan..." lirih Austin meraih tangan Bella. Dan di genggamnya dengan erat."Menjelaskan? Artinya apa yang di katakan oleh Steve adalah benar?" Bella membelalakkan mata tidak percaya kepada Austin.Pria itu hanya bisa menghela nafas. Tidak menyangka kalau Bella akan m