SretttSiska menarik tangan Ken, wanita cantik itu naik ke atas jok mobil, berlutut dan memeluknya erat prianya itu. "Siapa bilang kalau aku tidak ingin menikah denganmu Ken. Aku mau… Aku… aku mau… Hanya saja..."Ken tersenyum penuh kemenangan. "Hanya saja?" Ken bertanya."Aku tidak percaya diri dengan statusku. Bagaimana kedua orang tuamu dapat menerima statusku ini... Aku merasa tidak pantas," jawab Siska yang masih memeluk erat Ken, seolah takut pria itu akan benar-benar meninggalkannya.Saat Ken ingin mengurai pelukannya, "Jangan di lepas… Kamu jangan merasa seperti itu Ken, aku mencintaimu... Sangat mencintaimu..."Rengek manja Siska tidak ingin melepaskan pelukannya.Ken ingin sekali tertawa, akhirnya bisa mendengar kata hati wanitanya itu. "Iya aku tahu sayang, kamu mencintaiku..." jawab Ken santai yang menyudahi aktingnya."Iya, kalau kamu tahu aku mencintaimu. Jangan berbicara seperti itu lagi." jawab Siska yang belum juga sadar kalau sudah di kerjai oleh kekasihnya."Iya aku
Dan kini Siska dan Ken sudah berada di rumah mereka. Padahal kedua orang tua Kenan sudah meminta Ken untuk pulang ke rumah mereka.Cecilia yang masih tertidur di masukkan ke dalam crib oleh Siska.GrepKen segera mengangkat tubuh Siska dari belakang. Dengan gendongan ala bridal. "Sayang!" teriak Siska tertahan agar tidak membangunkan Cecilia yang baru saja tertidur. Karena kelelahan bermain bersama Grandma dan Grandpa nya.Ken tidak peduli dan terus mengangkat wanita yang kini resmi menjadi istrinya.Ken merebahkan tubuh wanitanya itu di atas ranjang besar mereka. Dan menautkan bibir mereka dengan tatapan penuh cinta.Ken yang tidak sabar langsung membuka pakaian yang ia kenakan. Dan membuka pakaian Siska tanpa sehelai benang pun.Ken lagi-lagi terpesona dengan kemolekan istrinya. "Cantik…" ucapnya. Dan kembali mengungkung tubuh Siska.Di berikannya kecupan demi kecupan."Uhmm, sayang… Ken… Tunggu!" Siska berusaha menahan kepala Ken yang tidak ingin berhenti itu."Sa… sayan
"Della kamu cukup tunggu aku di bagian depan. Aku ingin membicarakan beberapa hal dengan mantan istriku di private room," ujar Steve kepada Della."Baik Pak..." jawab Della singkat.Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah restaurant yang cukup mewah.Steve turun terlebih dahulu, disusul oleh Della tepat di belakangnya."Selamat siang Tuan," sapa pelayan saat membuka pintu kaca untuk Steve."Siang... Tolong atas nama Steve William." ucap Steve kepada pelayan tersebut."Baik, silahkan Tuan. Di bagian sini..." jawab pelayan tersebut dan membawa Steve ke ruangan yang sudah di reservasi oleh Della."Baik, terima kasih. Oh iya, kalau tamuku datang. Suruh langsung masuk ke dalam..." pesan Steve kepada pelayan tersebut."Baik Tuan."Pelayan tersebut pun keluar dari ruangan. Tersisa Della dan Steve."Hmm, kalau begitu saya keluar juga Pak...!" imbuh Della.Steve berpikir sejenak, "Tidak masalah Della. Kamu bisa k
"Aku tunggu kamu di luar love." ucap Austin lembut dan mengecup sesaat bibir Bella.Steve yang menyaksikan secara langsung di depan matanya. Merasa begitu terhina. Namun, dia tidak dapat berkutik setelah mengetahui siapa Austin sebenarnya. Salah sedikit saja, perusahaannya menjadi ancaman."Iya love. Aku tidak akan lama." jawab Bella dan tersenyum manis.Setelah itu Austin benar-benar meninggalkan ruangan. Meninggalkan wanitanya bersama pria berengsek di dalam sana."Silahkan duduk sayang," ucap Steve dengan sengaja memanggil Bella dengan ucapan mesra mereka dahulu.Bella yang tadinya berjalan seketika berhenti. "Jaga ucapanmu Steve. Saat ini kita tidak memiliki status apapun." tegas Bella.Steve menatap sendu kepada Bella, "Maaf... Aku hanya terlalu merindukanmu Bella, delapan tahun hidup bersamamu. Membuatku begitu berat melewati hari-hariku tanpamu."Bella mengepalkan tangannya, "Kalau kamu masih ingin membahas hal seperti ini, seb
Sedangkan setelah keluar dari ruangan. Austin di antar oleh Ethan ke ruangan tepat di sebelah ruangan yang di tempati oleh Bella dan Steve."Silahkan Tuan," ucap Ethan sambil membuka pintu untuk Austin.Di dalam ruangan tersebut sudah di siapkan dua layar laptop yang terhubung dengan cctv di ruangan sebelah.Seketika matanya memicing tajam melihat Steve berani menyentuh Bella dengan kasar. Ingin sekali dia membobol dinding yang memisahkan ruangan ini. Tapi hatinya tenang ketika melihat Bella menghempaskan tangannya dari pegangan Steve.Austin duduk sambil mendengarkan setiap perkataan yang di lontarkan Steve, dan kadang tersenyum senang dengan jawaban telak yang di berikan oleh Bella kepada Steve.Sedangkan Ethan di luar ruangan, duduk di salah satu sudut meja menunggu perintah Tuannya. Fin dan Ken yang juga sudah tiba di Restaurant memilih duduk terpisah dari Ethan.Della yang baru saja kembali dari toilet mencari kursi kosong untuk menunggu Steve.Matanya tertuju kepada sosok pria y
Austin menatap bingung ke arah wanitanya yang saat ini sedang terbaring lemah."Sayang?" lirih Austin hendak kembali meraih tangan Bella. Namun, Bella memicingkan matanya dan menatap tajam ke arah Austin."Kamu sangat keterlaluan!!" seru Bella dengan raut wajah yang sulit Austin artikan.Deg!Austin tersentak dengan seruan Bella yang terlihat begitu marah dan kecewa terhadapnya."Iya sayang?" tanya Austin."Tidak mungkin ‘kan..?" batin Austin mulai menerka-nerka dengan sikap Bella saat ini.Bella melihat ke arah Austin dengan mata berkaca-kaca, "Aku tidak percaya kamu akan melakukan hal seperti itu!!" lirih Bella."Shit! Berengsek kau Steve, membuat wanitaku sampai menangis!" maki Austin dalam hati."Sayang... Biar aku jelaskan..." lirih Austin meraih tangan Bella. Dan di genggamnya dengan erat."Menjelaskan? Artinya apa yang di katakan oleh Steve adalah benar?" Bella membelalakkan mata tidak percaya kepada Austin.Pria itu hanya bisa menghela nafas. Tidak menyangka kalau Bella akan m
Pria itu mengusap lembut rambut kekasihnya, menenangkan perasaannya. "Sssttt... Ssstttt... Semuanya tidak senilai dengan kebahagiaan yang aku dapatkan saat bersamamu sayang," ucapnya lembut di telinga Bella."Let me look your face, Hmm..?"gumam Austin lembut dan hendak merenggangkan pelukannya, namun Bella menahan tangannya dan menggeleng. Menyembunyikan wajahnya di dalam dada prianya itu.Austin tertawa kecil, "Hehhehe, whats wrong love..?""A—aku pasti lagi jelek banget," jawabnya pelan.Pria itu lagi-lagi tertawa, "Hmm, mari aku lihat sendiri dan aku bisa tahu apakah wanitaku ini jelek atau cantik saat ini.."Bella dengan enggan mengikuti permintaan Austin dan merenggangkan pelukannya.Austin menatap wajah sayu dan mata sembab wanita terkasihnya. Dengan menahan senyum, dirinya bergumam. "Hmm...??"Bella melihat wajah Austin kemudian berdecak kesal, "Ishh.. Kan..!!"Kemudian merebahkan dirinya ke atas kasur dan memunggungi kekasihnya.Austin lagi-lagi tersenyum melihat tingkah Bella
Setelah selesai menahan Steve, Ken dan Fin kini tampak duduk bersama di cafe Rumah Sakit tersebut sambil menunggu perintah terbaru dari Max."Aku punya kabar baik..." seru Ken dan Fin bersamaan.Sontak mereka berdua saling menatap."Kamu duluan!" mereka kembali bicara bersamaan.Fin menghela nafas. Ken seketika menoleh ke arah Fin, kemudian mengingat kejadian kemarin. Ketika Fin menghubunginya tentang suster galak itu."Tu—tunggu... Jangan bilang kalau kamu?" seru Ken dengan mata berbinar-binar.BlushWajah Fin memerah tapi berusaha bersikap tenang. "Ehmm... Seperti itulah..." jawab Fin singkat."So?" tanya Ken penasaran.Fin dengan percaya diri berkata, "Aku sudah menikah bersama Rose.""Whaaatttttttt...?? Serius?" kaget Ken tidak percaya."Iyalah serius!!" jawab Fin santai.Ken mengangguk-angguk. "Selamat Bro!!" seru Ken tulus."Thank you! Lalu kamu?" Fin bertanya balik kepada Ken.Ken tersenyum dan mengangkat tangannya, kemudian memamerkan jari manisnya."Aku juga sudah menikah den