Setelah selesai menahan Steve, Ken dan Fin kini tampak duduk bersama di cafe Rumah Sakit tersebut sambil menunggu perintah terbaru dari Max."Aku punya kabar baik..." seru Ken dan Fin bersamaan.Sontak mereka berdua saling menatap."Kamu duluan!" mereka kembali bicara bersamaan.Fin menghela nafas. Ken seketika menoleh ke arah Fin, kemudian mengingat kejadian kemarin. Ketika Fin menghubunginya tentang suster galak itu."Tu—tunggu... Jangan bilang kalau kamu?" seru Ken dengan mata berbinar-binar.BlushWajah Fin memerah tapi berusaha bersikap tenang. "Ehmm... Seperti itulah..." jawab Fin singkat."So?" tanya Ken penasaran.Fin dengan percaya diri berkata, "Aku sudah menikah bersama Rose.""Whaaatttttttt...?? Serius?" kaget Ken tidak percaya."Iyalah serius!!" jawab Fin santai.Ken mengangguk-angguk. "Selamat Bro!!" seru Ken tulus."Thank you! Lalu kamu?" Fin bertanya balik kepada Ken.Ken tersenyum dan mengangkat tangannya, kemudian memamerkan jari manisnya."Aku juga sudah menikah den
Setelah selesai membilas istrinya, dan mencuci bersih bagian terfavorit di tubuh Rose.Fin mengarahkan Rose untuk mengambil posisi telentang, sehingga kedua kakinya berada di luar sisi bathtub untuk menahan tubuhnya."Bisa sayang..?" tanya Fin, agar Rose mendapatkan posisi nyamannya.Rose memperbaiki posisinya, menahan tubuhnya di sisi bathtub dengan kuat. Begitu pula dengan kakinya. Sedangkan Fin sudah menahan belakang Rose dengan tangan. Sehingga posisi Rose kini melayang di atas bathtub dengan posisi kepala bersandar di sisi bathtub."Shit...!! Ini terlalu kuat dan seksi Rose...!! Tubuhmu sangat indah hunny...!!" seru Fin kemudian tanpa menunggu lagi. Dirinya mendekatkan wajahnya dan langsung menjulurkan lidahnya di kewanitaan pink milik istrinya.Blushhh"Eunggg... Akhh Fin!" Jerit manja Rose ketika Fin menjilati bibir miliknya dan menghisap kedua daging tembem serta klit yang begitu pink.Fin bergumam nikmat, seperti sedang menikmati makanan terenak di dunia."Akhh sayang, milikm
"Jadi... Jadi... Istri saya hamil Dok?!" tanya Austin dengan suara lantangnya yang tidak dapat menutup rasa harunya. Dadanya berdebar begitu cepat.Dokter tersebut tersenyum dan mengangguk. "Benar Tuan Austin, Selamat... Untuk Tuan dan Nyonya." jawab Dokter tersebut.Austin tidak dapat membendung air matanya dan seketika meraih tubuh wanitanya itu. Dipeluknya Bella, di kecupnya puncak kepala Bella, "Sayang... Aku akan menjadi seorang Daddy!" Histeris Austin.Bella yang masih shock masih terdiam begitu saja.Dirinya benar-benar sangat terkejut. Rasa haru, bahagia, semuanya menjadi satu.Austin terus mengecup kening Bella, dan terus mengucapkan ungkapan rasa terima kasih dan mencintai wanitanya itu, "Terima kasih sayang.. I love you so much ...!""Sayang?" lirih Bella."Hmm... Iya sayang...?" sahut Austin lembut kepada sang wanita. Di belainya punggung Bella.Dokter yang melihat adegan mesra di depannya memilih undur diri dan keluar dari ruangan.Memberikan ruang privasi kepada dua insa
Bella tersenyum dan kembali matanya berkaca-kaca. Dia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari orang tua kekasihnya. Di saat kini dia sudah tidak memiliki keluarga. Di mana statusnya waktu itu di pandang sebelah mata oleh orang tua Steve dan tidak merestui mereka berdua.Austin yang melihat mata wanitanya mulai berkaca-kaca, segera saja dia mengusap lembut pipinya, "Ssttt... Jangan bersedih, nanti si baby ikutan sedih, Hmm..?"Agatha dan Edelmiro yang belum tahu kalau Bella saat ini sedang hamil, sontak terkejut."Baby?" seru Agatha dan Edelmiro bersamaan.Austin tertawa kecil melihat reaksi kedua orang tuanya."Benar Mam, Dad... Saat ini usia kandungan Bella sudah jalan empat minggu!" Austin menjelaskan dengan ekspresi yang begitu bahagia, sedangkan Bella meremas erat genggaman tangan Austin.Dia takut, kalau Agatha dan Edelmiro berpikiran aneh tentang dia."Be—benarkah??” seru Agatha senang. Dan duduk di tepi ranjang meraih tubuh Bella dengan lem
Setelah melewati beberapa jam perjalanan di atas pesawat. Steve akhirnya tiba juga di Kanada untuk menemui Gerald.Dengan menggunakan taksi bandara, dirinya bergegas menuju Hotel."Ah, pantas saja setiap aku dan Austin ke Kanada selalu ada mobil yang datang menjemput kami. Aku pikir itu adalah fasilitas airport! Ternyata itu semua adalah anak buah Austin!"gumam Steve memijit keningnya.Hanya dalam hitungan satu bulan, kehidupannya yang nyaris sempurna berubah drastis.Dimana setiap dia pergi dalam melakukan perjalanan dinas selalu mendapatkan pelayanan prioritas, kini dia harus mengurus segalanya sendiri.Dan, ternyata semua privilege yang dia dapatkan itu, karena ada Austin yang turut serta di sampingnya."Shit!" maki Steve."Ya Tuan?" sahut driver yang membawa kendaraan terkejut mendengar umpatan dari pelanggannya."Ah... Sorry, aku hanya memikirkan sesuatu." jawab Steve. Tidak menyangka umpatannya akan terdengar.Steve memutuskan mengambil ponselnya untuk menghubungi Gerald.Tuutt.
Giselle bagaikan di sambar petir malam ini. Bagaimana tidak. Pria yang dia pikir tulus menolongnya dan entah apapun itu. Kini menyuruhnya melayani pria lain di depan matanya.Yah walaupun itu Steve yang memang adalah pria berstatus Friend with benefit dengan dirinya."Bagaimana darl..?" tanya Gerald yang seolah bertanya pendapat Giselle. Padahal meskipun dia bertanya. Jawaban yang harus di berikan Giselle hanya satu yaitu Iya."..."Giselle menoleh ke arah Steve.Gerald tersenyum smirk. "Bagaimana Steve..? Kamu pasti mengenal Giselle bukan..?"Deg !"Ahh..." panik Steve harus berkata apa."Ayolah, masa kamu melupakan wanita cantik ini terakhir kali, aku bercinta dengannya bersama Frank," ujar Gerald santai. Dia ingin sekali tertawa melihat wajah panik Steve dan Giselle.Steve memaksa dirinya untuk ikut tertawa bersama Gerald. "Ahh iya, aku baru saja mengingatnya... Maaf, aku agak sibuk akhir-akhir dengan masalah di perusahaanku Gerald..." jawabnya."Hmm, baguslah! Bagaimana dengan pil
"Yes!! Aku setuju Gerald, hisapan Giselle sangat luar biasa!!" jawab Steve merem melek."Ahh, hisapan ini memang yang terbaik!!" batin Steve menikmati setiap hisapan dan kuluman Giselle."Ini terlalu baik! Akhh!" Steve mengerang.Gerald mulai menjilati dan mengaduk liang kewanitaan Giselle, membuat Giselle terus mengerang dan mendesah tertahan.Tidak butuh waktu lama, Gerald membuat tubuh Giselle mengejang dan menjerit kuat.Giselle melepaskan kulumannya dan berteriak. "Ough Gerald... Akh....!!! Faster please!""Akh!" teriak Giselle mencapai orgasme pertamanya.Tidak berhenti, Gerald kini membuka kedua bokong Giselle dan menjilati bokong Giselle. Kembali membuat Giselle mendesah dengan kuat."Akh… Gerald... Ough!""Shit, kenapa Giselle tidak menahan Gerald?!" bingung Steve melihat Giselle malah menikmati permainan lidah Gerald di bokongnya.Steve tidak tahan kembali memasukkan miliknya ke dalam mulut Giselle dengan dalam. Membuat suara tertahan Giselle begitu erotis."Sial!! Kamu tadi
Austin masuk ke dalam kamar terlebih dahulu dan mempersilahkan tamu untuk duduk di ruang bagian depan."Apa kamu yakin ini Rumah Sakit? Ruangan ini lebih mewah dari pada Presidential Suite dari salah satu Hotel berbintang," bisik salah satu tamu kepada temannya."Husstt... Tidak perlu heran. Ini adalah ruangan khusus untuk Keluarga Harold!" jawab Kepala Tim mereka. Disusul dengan anggukan mengerti dari para anggota timnya."Hai sayang..." ucap mesra Austin dan mengecup kening kekasihnya itu."Iya sayang?" jawab Bella memegang tangan Austin.Agatha hanya geleng kecil kepalanya melihat tingkah anak semata wayangnya."Oh iya Mom, ada tamu di depan. Katanya, Mommy yang suruh mereka datang..." sebut Austin kepada sang Mommy.Agatha seketika tersenyum senang, "Ah... Benarkah? Mereka ternyata jauh lebih cepat!" seru Agatha senang."Memangnya mereka siapa sayang?" tanya Edelmiro dari kejauhan yang masih duduk di ruang tengah.Agatha menoleh sebentar ke Bella, "Kamu tunggu di sini, hmm..?"Bel