"Jadi... Jadi... Istri saya hamil Dok?!" tanya Austin dengan suara lantangnya yang tidak dapat menutup rasa harunya. Dadanya berdebar begitu cepat.Dokter tersebut tersenyum dan mengangguk. "Benar Tuan Austin, Selamat... Untuk Tuan dan Nyonya." jawab Dokter tersebut.Austin tidak dapat membendung air matanya dan seketika meraih tubuh wanitanya itu. Dipeluknya Bella, di kecupnya puncak kepala Bella, "Sayang... Aku akan menjadi seorang Daddy!" Histeris Austin.Bella yang masih shock masih terdiam begitu saja.Dirinya benar-benar sangat terkejut. Rasa haru, bahagia, semuanya menjadi satu.Austin terus mengecup kening Bella, dan terus mengucapkan ungkapan rasa terima kasih dan mencintai wanitanya itu, "Terima kasih sayang.. I love you so much ...!""Sayang?" lirih Bella."Hmm... Iya sayang...?" sahut Austin lembut kepada sang wanita. Di belainya punggung Bella.Dokter yang melihat adegan mesra di depannya memilih undur diri dan keluar dari ruangan.Memberikan ruang privasi kepada dua insa
Bella tersenyum dan kembali matanya berkaca-kaca. Dia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari orang tua kekasihnya. Di saat kini dia sudah tidak memiliki keluarga. Di mana statusnya waktu itu di pandang sebelah mata oleh orang tua Steve dan tidak merestui mereka berdua.Austin yang melihat mata wanitanya mulai berkaca-kaca, segera saja dia mengusap lembut pipinya, "Ssttt... Jangan bersedih, nanti si baby ikutan sedih, Hmm..?"Agatha dan Edelmiro yang belum tahu kalau Bella saat ini sedang hamil, sontak terkejut."Baby?" seru Agatha dan Edelmiro bersamaan.Austin tertawa kecil melihat reaksi kedua orang tuanya."Benar Mam, Dad... Saat ini usia kandungan Bella sudah jalan empat minggu!" Austin menjelaskan dengan ekspresi yang begitu bahagia, sedangkan Bella meremas erat genggaman tangan Austin.Dia takut, kalau Agatha dan Edelmiro berpikiran aneh tentang dia."Be—benarkah??” seru Agatha senang. Dan duduk di tepi ranjang meraih tubuh Bella dengan lem
Setelah melewati beberapa jam perjalanan di atas pesawat. Steve akhirnya tiba juga di Kanada untuk menemui Gerald.Dengan menggunakan taksi bandara, dirinya bergegas menuju Hotel."Ah, pantas saja setiap aku dan Austin ke Kanada selalu ada mobil yang datang menjemput kami. Aku pikir itu adalah fasilitas airport! Ternyata itu semua adalah anak buah Austin!"gumam Steve memijit keningnya.Hanya dalam hitungan satu bulan, kehidupannya yang nyaris sempurna berubah drastis.Dimana setiap dia pergi dalam melakukan perjalanan dinas selalu mendapatkan pelayanan prioritas, kini dia harus mengurus segalanya sendiri.Dan, ternyata semua privilege yang dia dapatkan itu, karena ada Austin yang turut serta di sampingnya."Shit!" maki Steve."Ya Tuan?" sahut driver yang membawa kendaraan terkejut mendengar umpatan dari pelanggannya."Ah... Sorry, aku hanya memikirkan sesuatu." jawab Steve. Tidak menyangka umpatannya akan terdengar.Steve memutuskan mengambil ponselnya untuk menghubungi Gerald.Tuutt.
Giselle bagaikan di sambar petir malam ini. Bagaimana tidak. Pria yang dia pikir tulus menolongnya dan entah apapun itu. Kini menyuruhnya melayani pria lain di depan matanya.Yah walaupun itu Steve yang memang adalah pria berstatus Friend with benefit dengan dirinya."Bagaimana darl..?" tanya Gerald yang seolah bertanya pendapat Giselle. Padahal meskipun dia bertanya. Jawaban yang harus di berikan Giselle hanya satu yaitu Iya."..."Giselle menoleh ke arah Steve.Gerald tersenyum smirk. "Bagaimana Steve..? Kamu pasti mengenal Giselle bukan..?"Deg !"Ahh..." panik Steve harus berkata apa."Ayolah, masa kamu melupakan wanita cantik ini terakhir kali, aku bercinta dengannya bersama Frank," ujar Gerald santai. Dia ingin sekali tertawa melihat wajah panik Steve dan Giselle.Steve memaksa dirinya untuk ikut tertawa bersama Gerald. "Ahh iya, aku baru saja mengingatnya... Maaf, aku agak sibuk akhir-akhir dengan masalah di perusahaanku Gerald..." jawabnya."Hmm, baguslah! Bagaimana dengan pil
"Yes!! Aku setuju Gerald, hisapan Giselle sangat luar biasa!!" jawab Steve merem melek."Ahh, hisapan ini memang yang terbaik!!" batin Steve menikmati setiap hisapan dan kuluman Giselle."Ini terlalu baik! Akhh!" Steve mengerang.Gerald mulai menjilati dan mengaduk liang kewanitaan Giselle, membuat Giselle terus mengerang dan mendesah tertahan.Tidak butuh waktu lama, Gerald membuat tubuh Giselle mengejang dan menjerit kuat.Giselle melepaskan kulumannya dan berteriak. "Ough Gerald... Akh....!!! Faster please!""Akh!" teriak Giselle mencapai orgasme pertamanya.Tidak berhenti, Gerald kini membuka kedua bokong Giselle dan menjilati bokong Giselle. Kembali membuat Giselle mendesah dengan kuat."Akh… Gerald... Ough!""Shit, kenapa Giselle tidak menahan Gerald?!" bingung Steve melihat Giselle malah menikmati permainan lidah Gerald di bokongnya.Steve tidak tahan kembali memasukkan miliknya ke dalam mulut Giselle dengan dalam. Membuat suara tertahan Giselle begitu erotis."Sial!! Kamu tadi
Austin masuk ke dalam kamar terlebih dahulu dan mempersilahkan tamu untuk duduk di ruang bagian depan."Apa kamu yakin ini Rumah Sakit? Ruangan ini lebih mewah dari pada Presidential Suite dari salah satu Hotel berbintang," bisik salah satu tamu kepada temannya."Husstt... Tidak perlu heran. Ini adalah ruangan khusus untuk Keluarga Harold!" jawab Kepala Tim mereka. Disusul dengan anggukan mengerti dari para anggota timnya."Hai sayang..." ucap mesra Austin dan mengecup kening kekasihnya itu."Iya sayang?" jawab Bella memegang tangan Austin.Agatha hanya geleng kecil kepalanya melihat tingkah anak semata wayangnya."Oh iya Mom, ada tamu di depan. Katanya, Mommy yang suruh mereka datang..." sebut Austin kepada sang Mommy.Agatha seketika tersenyum senang, "Ah... Benarkah? Mereka ternyata jauh lebih cepat!" seru Agatha senang."Memangnya mereka siapa sayang?" tanya Edelmiro dari kejauhan yang masih duduk di ruang tengah.Agatha menoleh sebentar ke Bella, "Kamu tunggu di sini, hmm..?"Bel
Austin segera memeluk Bella dengan meletakkan satu tangannya di punggung Bella dan tangan yang satu memegang kepala belakang Bella, ditekannya dan diciumnya Bella dengan begitu penuh nafsu.Suara decapan dan sesapan mereka terus mengeluarkan suara antara pertemuan saliva mereka."Euhm... Ahh... sayang..." desah Bella dengan suara bergairahnya.Austin tidak melepaskan ciumannya di bibir Bella. Dirinya benar-benar sudah di buat sangat terangsang oleh tingkah laku Bella hari ini."Kamu membuatku begitu lapar ingin memakanmu sayang!" geram Austin dengan suara beratnya setelah melepaskan ciumannya.Nafas Bella tersengal-sengal akibat pagutan panjang mereka. "A-aku juga sayang," jawab Bella dengan tatapan sayunya.Austin segera membuka pakaian rumah sakit yang di kenakan Bella dan juga pakaiannya. Hingga kini tidak ada lagi sehelai benang pun yang tersisa di pakaian mereka. Austin tidak ingin ada satupun yang menghalanginya untuk menikmati tubuh wanitanya ini.Suhu ruangan tiba-tiba menjadi
Austin meraih rambut Bella dan memegangnya. Dan menyentuh kepala Bella dengan lembut.Bella bergerak keluar masuk seirama dengan gerakan tangan yang mengurut milik Austin. Di hisapnya sesekali dan di mainkannya lidahnya dengan agresif di bagian titik sensitif milik Austin.Beberapa kali melakukan hal ini untuk kekasihnya itu. Bella mengetahui titik tersensitif dari batang yang selalu membuat dirinya terbang tinggi itu."Ughh... Akh sayang! Damn! Kamu luar biasa sayang! Itu sangat enak!" racau Austin yang kini turut menggerakkan pinggulnya. Bergerak keluar masuk di mulut Bella.Kemudian dengan cepat Austin menarik miliknya keluar dan kembali menarik wajah Bella, menciumnya begitu dalam. Kemudian mengganti posisi mereka."Naik sayang," ucap Austin dan mengarahkan posisi mereka dengan posisi enam sembilan.Karena Austin sudah beberapa kali menyuruhnya seperti ini. Bella jadi cukup paham, dan dengan erotis dirinya merayap di tubuh Austin hingga kini wajahnya kembali berhadapan di kejantan