"Ahhhh! Let’s try!!" seru Austin memikirkan ide teraneh sepanjang masa.Kemudian dirinya mengambil sepotong waffle dan mencelupkannya ke dalam saus blueberry."Aaaaa... sayang.." Austin membuka mulutnya agar Bella ikut membuka mulutnya.Bella membuka mulutnya, kemudian Austin memasukkan waffle tersebut. Menyuapinya dengan hati-hati.Terdengar suara kunyahan dari Bella, "Uhmm...Nyamm..nyamm..""Bagaimana sayang?" Austin penasaran.Bella masih terdiam dan berusaha mencari rasa asin yang tadi tumpah di mulutnya. Namun, semakin dia mengunyah. Rasa waffle tersebut semakin enak, lembut dan manis."Uhmm.. Enak bangett sayang!" Bella berseru dengan membelalakkan matanya berbinar-binar. Mengagumi rasa waffle tersebut.Austin tersenyum melihat ekspresi Bella. "Sekarang kamu suapin aku lagi sayang..." pinta Austin.Bella kembali mengambil potongan waffle dan di suap ke dalam mulut prianya.Namun Austin segera menahan tangan Bella dan menghisap jari Bella.Slurp"Hmm... Enak.." gumam Austin.Serr
"Ok! I'm done sayang!" seru Bella setelah selesai memakai pakaian yang nyaman untuknya.Austin sontak menoleh dan terpesona dengan penampilan semi formal kekasih hatinya itu.Dengan perpaduan blazer hitam, dalaman berwarna putih dan bawahan jeans berwarna light blue model boyfriend. Sapuan make up yang natural. Serta highheels 3cm yang dia pakai membuat dirinya semakin mempesona.Bella melihat Austin menatapnya tanpa berkedip. Dengan perasaan tidak enak dia menghampiri Austin, "Ada yang salah dengan pakaianku? Apa kurang pantas ke kantor memakai pakaian seperti ini?" Bella bertanya takut Austin tidak senang dengan caranya berpakaian yang terlalu santai ini.Austin berdiri dari duduknya dan merangkul pinggang Bella. "Apapun yang kamu pakai selalu mempesona sayang. Dan tidak ada larangan berpakaian untuk Nyonya Austin... Kamu bebas mengenakan apapun ke perusahaan... Selama istriku ini nyaman... Tidak akan ada masalah.."Blush"Istri..? gumam kecil Bella merona."Iya... Sebentar lagi kam
Deg!"Oh my !!" seru Austin dalam hati. Terkejut dengan reaksi Bella.Dengan tenang Austin mengatakan. "Tentu saja aku mau sayang, biar aku yang antri, kamu tunggu saja di dalam mobil, hmm?" sambil mencari parkiran di dekat bendungan air.Ekspresi Bella seketika berubah 180 derajat. Dengan mata berbinar-binar mengangguk setuju. Membuat Austin kembali tergelak."Apa dia sesenang itu hanya karena hal kecil seperti ini?" ucap Austin dalam hati dan mengusap lembut pipi kekasihnya.Austin melepaskan seatbeltnya, sebelum turun, Austin menyampaikan. "Kunci pintunya dari dalam dan jangan buka kaca mobil. Tunggu aku, Ok?"Bella mengangkat ke dua ibu jarinya, "Ok sayang!""Good girl..!" puji Austin dan mengusap puncak kepala Bella."Ahh, Tunggu sayang... Pakai ini..!!" seru Bella sambil menyerahkan masker hitam kepada Austin.Austin tersenyum, "Hmm, Ok sayang..""Ck... Aku hanya menjaga kesehatanmu !!" decak Bella, padahal sesungguhnya dia tidak rela ketampanan kekasihnya menjadi konsumsi publi
"Ayo masuk..." Fin menautkan tangan ke istrinya itu masuk ke dalam rumahnya.Pagi ini, setelah check out dari Hotel. Fin memutuskan untuk langsung membawa Rose ke kediaman pribadinya. Bukan basecamp yang biasa dia dan Ken tempati.Rose tidak bisa tidak kagum dengan rumah Fin yang terbilang sangat besar ini.Fin melihat raut wajah Rose, "Apa kamu tidak suka berada di sini? Kalau memang tidak suka. Kita ke Apartment saja, bagaimana?" tawar Fin kepada sang istri."Ah... Bukan itu Fin... Ha—hanya saja. Aku merasa tidak pantas berada di sini..." lirih Rose.Fin menarik tangan Rose agar masuk ke dalam pelukannya. "Bagaimana bisa istriku yang cantik ini tidak pantas untuk masuk ke rumahnya sendiri? Hmm?"Rose terkesiap dengan ucapan Fin. Jantungnya saat ini berada dalam posisi tidak aman.Hap!Dengan satu kali gerakan. Fin mengangkat Rose ala bridal masuk ke dalam rumah."Yaa... " kaget Rose yang langsung melingkarkan tangannya ke leher Fin.Cup!"Sepertinya kamu lupa, kalau saat ini aku ada
SretttSiska menarik tangan Ken, wanita cantik itu naik ke atas jok mobil, berlutut dan memeluknya erat prianya itu. "Siapa bilang kalau aku tidak ingin menikah denganmu Ken. Aku mau… Aku… aku mau… Hanya saja..."Ken tersenyum penuh kemenangan. "Hanya saja?" Ken bertanya."Aku tidak percaya diri dengan statusku. Bagaimana kedua orang tuamu dapat menerima statusku ini... Aku merasa tidak pantas," jawab Siska yang masih memeluk erat Ken, seolah takut pria itu akan benar-benar meninggalkannya.Saat Ken ingin mengurai pelukannya, "Jangan di lepas… Kamu jangan merasa seperti itu Ken, aku mencintaimu... Sangat mencintaimu..."Rengek manja Siska tidak ingin melepaskan pelukannya.Ken ingin sekali tertawa, akhirnya bisa mendengar kata hati wanitanya itu. "Iya aku tahu sayang, kamu mencintaiku..." jawab Ken santai yang menyudahi aktingnya."Iya, kalau kamu tahu aku mencintaimu. Jangan berbicara seperti itu lagi." jawab Siska yang belum juga sadar kalau sudah di kerjai oleh kekasihnya."Iya aku
Dan kini Siska dan Ken sudah berada di rumah mereka. Padahal kedua orang tua Kenan sudah meminta Ken untuk pulang ke rumah mereka.Cecilia yang masih tertidur di masukkan ke dalam crib oleh Siska.GrepKen segera mengangkat tubuh Siska dari belakang. Dengan gendongan ala bridal. "Sayang!" teriak Siska tertahan agar tidak membangunkan Cecilia yang baru saja tertidur. Karena kelelahan bermain bersama Grandma dan Grandpa nya.Ken tidak peduli dan terus mengangkat wanita yang kini resmi menjadi istrinya.Ken merebahkan tubuh wanitanya itu di atas ranjang besar mereka. Dan menautkan bibir mereka dengan tatapan penuh cinta.Ken yang tidak sabar langsung membuka pakaian yang ia kenakan. Dan membuka pakaian Siska tanpa sehelai benang pun.Ken lagi-lagi terpesona dengan kemolekan istrinya. "Cantik…" ucapnya. Dan kembali mengungkung tubuh Siska.Di berikannya kecupan demi kecupan."Uhmm, sayang… Ken… Tunggu!" Siska berusaha menahan kepala Ken yang tidak ingin berhenti itu."Sa… sayan
"Della kamu cukup tunggu aku di bagian depan. Aku ingin membicarakan beberapa hal dengan mantan istriku di private room," ujar Steve kepada Della."Baik Pak..." jawab Della singkat.Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah restaurant yang cukup mewah.Steve turun terlebih dahulu, disusul oleh Della tepat di belakangnya."Selamat siang Tuan," sapa pelayan saat membuka pintu kaca untuk Steve."Siang... Tolong atas nama Steve William." ucap Steve kepada pelayan tersebut."Baik, silahkan Tuan. Di bagian sini..." jawab pelayan tersebut dan membawa Steve ke ruangan yang sudah di reservasi oleh Della."Baik, terima kasih. Oh iya, kalau tamuku datang. Suruh langsung masuk ke dalam..." pesan Steve kepada pelayan tersebut."Baik Tuan."Pelayan tersebut pun keluar dari ruangan. Tersisa Della dan Steve."Hmm, kalau begitu saya keluar juga Pak...!" imbuh Della.Steve berpikir sejenak, "Tidak masalah Della. Kamu bisa k
"Aku tunggu kamu di luar love." ucap Austin lembut dan mengecup sesaat bibir Bella.Steve yang menyaksikan secara langsung di depan matanya. Merasa begitu terhina. Namun, dia tidak dapat berkutik setelah mengetahui siapa Austin sebenarnya. Salah sedikit saja, perusahaannya menjadi ancaman."Iya love. Aku tidak akan lama." jawab Bella dan tersenyum manis.Setelah itu Austin benar-benar meninggalkan ruangan. Meninggalkan wanitanya bersama pria berengsek di dalam sana."Silahkan duduk sayang," ucap Steve dengan sengaja memanggil Bella dengan ucapan mesra mereka dahulu.Bella yang tadinya berjalan seketika berhenti. "Jaga ucapanmu Steve. Saat ini kita tidak memiliki status apapun." tegas Bella.Steve menatap sendu kepada Bella, "Maaf... Aku hanya terlalu merindukanmu Bella, delapan tahun hidup bersamamu. Membuatku begitu berat melewati hari-hariku tanpamu."Bella mengepalkan tangannya, "Kalau kamu masih ingin membahas hal seperti ini, seb
Sembilan bulan pun berlalu, perut Elle sudah membulat sempurna. Kedua kakak laki – laki Elle yang bernama Nolan dan Morgan pun beberapa kali mengunjungi dirinya dan Ludwig. Setiap mereka datang. Mereka akan membawa begitu banyak makanan dan bingkisan untuk warga lokal di sini. Dan saat terakhir mereka datang. Kedua kakak laki – lakinya itu membelikan perlengkapan bayi untuk Elle.Semua desain perlengkapan untuk Baby di dominasi warna pink dan motif bunga. Mulai dari kereta bayi, box bayi, bahkan sampai pakaian pun semua bermotif bunga.“Bagaimana sayang? Apa posisinya sudah pas?” tanya Ludwig yang sedang memasang lukisan taman bunga yang di lukis oleh istrinya itu.Elle meminta Ludwig untuk memajangnya di dalam kamar baby mereka.Ibu hamil yang semakin mempesona itu tersenyum lembut dan mengangkat kedua jempolnya. “Sudah pas sayang…!”Ludwig terkekeh geli melihat wajah menggemaskan istrinya. Pria itu pun turun dari tangga dan melipat tangga tersebut. “Kamu duduk aja dulu sayang. Biar
Keesokan paginya, Desa terdengar sudah begitu sibuk. Para wanita di pedesaan ini sudah sibuk memasak besar di dapur umum untuk acara pernikahan Ludwig dan Elle.Sedangkan para pria membuat dekorasi sederhana atas inisiatif mereka sendiri, padahal Ludwig tidak pernah meminta mereka untuk melakukan hal tersebut.Sedangkan kepala desa dan beberapa pria lainnya tengah sibuk mempersiapkan hadiah untuk Ludwig dan Elle.Beberapa jam pun berlalu, tepat jam 10 pagi. Ludwig dan Elle sudah mengenakan pakaian mereka. Elle terlihat begitu cantik dengan gaun pengantin berwarna putih dengan model terusan lurus yang simple tetapi terlihat begitu elegan.Sedangkan Ludwig terlihat begitu tampan dengan balutan Jas lengkap berwarna putih.“Kamu sangat cantik sayang!” kagum Ludwig melihat kekasih nya begitu cantik dan memukau.Elle tersenyum dengan wajah merona. Dia tidak pernah menyangka kalau Ludwig benar – benar akan menikahinya di desa ini. Semalam bagai mimpi dia mendengar saat Ludwig mengatakan jika
Ludwig dan Elle menghabiskan malam mereka di kamar Hotel usai proses lamaran yang romantis itu.Kedua insan ini kembali memadu kasih dengan panas membara di dalam kamar ini. Ludwig bermain dengan sedikit berhati – hati karena usia kandungan Elle yang terbilang masih muda itu. Beruntungnya dokter obgyn tidak mengatakan apapun mengenai larangan untuk bercinta.Membuat hati Ludwig riang dan gembira tidak tersiksa menahan diri.“Oh my sayang… Ugh!” lenguh Ludwig merasakan kenikmatan yang tidak akan pernah jauh lebih hebat dari pada ini.Pria tampan itu berkali – kali mengecup perut Elle yang masih rata itu. “Hai baby… Cup cup cup!” Elle mendesah pelan. Membuat birahi Ludwig tidak lagi tertahan. Dengan gerakan yang begitu lembut dia mulai masuk ke permainan inti. Suara erangand an desahan kembali memenuhi kamar ini untuk kedua kalinya.Mereka menikmati malam yang panjang itu.Hingga mentari terbit, tepat jam 9 pagi mereka sudah keluar dari Hotel, mengambil barang bawaan mereka.Yang tanpa
Ludwig berjalan menghampiri kekasihnya dan memeluknya.“Aku hamil, sayang.” Gumam Elle menitikkan air mata, wanita cantik itu sesunggukkan. Dan tersenyum bahagia.“Iya sayang…! Aku akan menjadi seorang Daddy!!” seru Ludwig senang.Cup! Cup! Cup!Cup! Cup! Cup!Ludwig mengecup wajah Elle berkali – kali. “Terima kasih sayang…! Terima kasih!! Aku sangat bahagia!!!”“Aku akan menjadi seorang Daddy!!!” sorak Ludwig dan mengangkat tubuh Elle, membuat Elle memekik kaget dan langsung memeluk kepala pria itu.“Sayang…!” seru Elle panik.Mereka berdua tertawa bahagia. Ludwig menurunkan perlahan tubuh Elle hingga mereka sejajar. Di lumatnya bibir ranum kekasihnya itu.Ludwig mengambil alat testpack dari tangan Elle begitu melepaskan ciumannya. Melihat dua garis merah yang begitu jelas. “Terima kasih sayang…!” gumam Ludwig dan kembali melumat bibir kekasih hatinya itu.Elle tidak berhenti tersenyum melihat ekspresi bahagia prianya.Kemudian mereka berdua keluar dari kamar mandi, Elle naik ke gend
“Oek… Oek…” suara Elle di dalam kamar mandi, sudah sepuluh menit Elle terus merasa mual ingin muntah tetapi tidak ada yang keluar dari dalam perutnya.Ludwig terus memijit leher belakang Elle dengan lembut.“Bagaimana sayang? Masih mau muntah?” tanya Ludwig khawatir. Dia yang sebagai dokter sudah memikirkan ke arah lain melihat sikap Elle yang seperti ini. Tapi dia tidak ingin membuat kekasihnya itu khawatir.“Hmm, tidak sayang… Bantu aku ke kamar…” ucap Elle pelan.Begitu keluar dari kamar mandi, Ludwig kembali menggendong kekasih hatinya itu. Mendudukkan di atas tempat tidur, “Minum dulu sayang,” ucap Ludwig.Elle mengambil gelas dan meneguk air minum tersebut. Namun ekspresinya berubah merasakan air mineral yang ia telan begitu pahit. “Apa airnya kadaluarsa sayang? Kok pahit?”Ludwig tersentak kaget lalu melihat botol air mineral. Dan waktu kadaluarsanya masih ada lebih dari setahun. “Tidak, airnya masih bagus sayang.” Ujar Ludwig lalu meraih gelas dari tangan Elle dan mencoba kem
Sudah satu bulan ini, Ludwig dan Elle mengelilingi beberapa desa terdekat dengan mereka. Sepasang sejoli ini ingin melihat apa yang di butuhkan oleh desa – desa yang lain. Karena bukan hanya desa yang mereka tempati saat ini butuh bantuan. Masih banyak bagian – bagian di negara ini yang membutuhkan uluran tangan mereka.“Kamu kenapa sayang?” tanya Ludwig khawatir melihat Elle yang terlihat pucat. Tubuhnya berkeringat secara berlebihan.“Mungkin cuma dehidrasi saja sayang,” jawab Elle lalu meneguk air mineral dari botol yang ia bawa.Ludwig segera memegang kening kekasihnya, namun suhu tubuhnya normal. “Ya sudah, kita kembali ke mobil dulu. Nanti biar Hanz dan Bruno lanjutkan pemeriksaan di desa ini, hmm?”Elle mengangguk kecil. Karena jujur kakinya juga sudah tidak mampu untuk menopang dirinya.Ludwig yang melihatnya langsung merangkul kekasihnya itu dan membawanya sesegera mungkin ke dalam mobil. Begitu masuk di dalam mobil, Elle langsung merebahkan dirinya di sandaran kursi dan men
Suara rintik rintik hujan terdengar di atas atap rumah, sedangkan dua sejoli yang berada di dalam kamar sedang menikmati dinginnya udara pagi dengan berolahraga di atas tempat tidur.Suara erangan dan desahan Elle terdengar begitu seksi. Sedangkan si pria semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Hingga terdengar lenguhan panjang mereka berdua.“Hahh… haaahh… haaah…” Ludwig mengukung tubuh kekasihnya itu dan mengecupnya dengan lembut.“Love you, sayang…” ucapnya setelah melepaskan ciumannya itu.“Love you too, sayang… hahh…Hahhh…” jawab Elle dengan senyuman lebar.Pagi yang seharusnya mereka bergegas pergi ke kepala desa harus tertunda karena gesekan tubuh telanjang Elle di tubuh Ludwig. Pria itu seolah tersetrum, bagaikan ada saklar yang di nyalakan dan tidak bisa menahan diri.Hingga mereka kembali menghabiskan pagi mereka dengan panas dan peluh keringat.Padahal tadi malam Ludwig sudah melakukan sebanyak 3 kali bersama sang kekasih.Dengan bertelanjang, Ludwig berdiri dan menggendong
Ludwig tersenyum dan terkekeh. “Jadi? Mau berhenti sampai di sini?” Elle memicingkan matanya, “Tidak!! Tentu saja tidak sayang!Aku akan menahannya…” Ludwig tersenyum sumringah dan berbisik, “Aku juga tidak berniat untuk berhenti sayang…” ucapnya seduktif. Blush! Wajah Elle merona. “Aku mulai sayang?” bisik Ludwig dengan lembut dan di angguki oleh Elle. Pria itu kembali melumat bibir ranum kekasihnya. Sedangkan boanya mulai mencari sarangnya di bawah sana. Sesuai yang ia duga. Sarang untuk boanya terlalu sulit untuk di tembus. Hingga ia harus turun kembali dan memberikan sesapan dan jilatan di bawah sana hingga basah. Dan kembali memposisikan dirinya. Elle terus mendesah atas perlakuan Ludwig yang begitu menggairahkan. “Acckk…” jeritnya beberapa kali saat Ludwig berusaha menembus meiliknya di bawah sana. Hingga dia dapa merasakan kepala boa kekasihnya itu berada di antara bibir miliknya. Ludwig yang tahu posisi nya itu perlahan mendorong masuk. “Akh sakit… “ringis Elle kesakita
“Kamu begitu cantik dan seksi sayang…” ucap Ludwig dan kembali mencumbu kekasihnya itu dengan begitu liar. Ciuman yang begitu intim dan saling berbalas. Saling melumat dan mengecap yang membangkitkan gairah kedua sejoli ini. Tangan Ludwig kembali mengusap lembut bagian perut rata kekasihnya, naik ke payudara Elle dan memilin putingnyanya, mengusap pipi merona kekasihnya dengan begitu khidmat. Tangan Elle pun tidak tinggal diam begitu saja. Wanita cantik itu terus membelai dan mengusap otoy lengan, otot punggung dan dada kekasihnya itu. Dengan satu kali gerakan cepat, kini posisi mereka berdua sudah ada di tengah – tengah ranjang. Ludwig memindahkan tubuh Elle yang sudah telanjang bulat itu. Handuknya pun tertinggal di tepi ranjang begitu saja.Pria itu kembali menatap wajah cantik kekasihnya. Mengukung tubuh Elle, nafas mereka saling bersahutan. “Kamu sangat cantik Elle, kamu… sangat sexy… “ pujanya lagi sambil mengusap lembut pipi merona Elle. Ludwig tersenyum lembut menatap penu