Sedangkan Fin semakin gelisah mendengar suara Rose yang terus merintih kepanasan."Pergilah!! Mereka berdua sudah menunggumu di kamar."Lalu terdengar suara pintu terbuka dan tertutup."Hah! Akhirnya aku bisa menikmati tubuhmu Rose!!" seru pria tersebut.Fin berlari dengan cepat setelah mendapatkan keycard miliknya."Tuan... Creditcard anda!" seru resepsionis karena Fin melupakan kartu kredit miliknya."Simpan untukku!” teriak Fin kemudian masuk ke dalam lift.Fin semakin gelisah mendengar jeritan Rose."Shit!! Seharusnya aku langsung menghajar mereka bertiga !!!" sesal Fin.Ting tong ting tongFin menekan bel dengan tidak sabaran di depan kamar 1019.Ceklek!"Sialan siapa yang mengganggu?!" suara pria pada saat membuka pintu.Fin langsung mendobrak pintu tersebut. Namun yang ada di tempat tidur adalah wanita beranting besar tersebut tanpa mengenakan pakaian."Tu—tuan tampan?" gumamnya."Berengsek!! Siapa kamu!!"Bugh BughFin dengan kilatan matanya bertanya ke pria yang kini dia cekik
Fin sontak terkejut mendengar perkataan Ken."I-itu tidak mungkin Bro!!" Seru Fin dengan kepalan tangan yang begitu kuat.Terdengar suara desahan nafas Ken dari sana, "Semua keputusan ada di tanganmu Bro!! Apa tubuh Rose kepanasan? Tubuhnya bergetar dan tubuhnya berkeringat?" Ken mengulang kembali apa yang di katakan Fin.Karena terlalu panik dan sibuk menutup tubuh Rose dengan selimut yang terus Rose paksa buka, membuat Fin tidak fokus "Ya... yaa... dia berkeringat dan gemetar."Fin memegang tubuh Rose secara spontan, "Ahhh... Tuan!" desahan keras Rose ketika Fin menyentuhnya."Shit!" maki Fin."Tubuhnya sangat panas Ken!!" seru Fin panik."Berarti Rose di berikan obat perangsang dosis tinggi! Sekarang semua keputusan di tanganmu Fin!! Kalau kamu tega melihat Rose seperti itu selama 24 jam. Silahkan... Tapi aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi sebelum 24 jam itu berakhir!" ujar Ken membuat Fin melihat wajah Rose yang menahan rasa sakit."Tapi tidak mungkin aku melakukanny
Fin dengan lembut kembali meraup bibir Rose, membuat ciuman yang begitu intim. Lidah mereka saling bertaut di dalam mulut mereka secara berganti. Fin menyesap lidah Rose, begitu pula Rose yang menyesap lidah Fin.Ciuman panas yang membuat keduanya tertutup kabut hasrat luar biasa.Rose yang di bawah pengaruh obat menjadi begitu aktif, tangannya terus meraba dada Fin. Membuat Fin benar-benar tidak dapat lagi menahan diri.Direbahkannya tubuh Rose dengan hati-hati. Ciumannya turun ke bawah, ke bagian leher dan memberikan kecupan-kecupan lembut. Membuat Rose semakin hanyut dalam erangan kenikmatannya. Fin menaikkan tangannya dan mengusap lembut payudara Rose yang begitu indah. Putingnya berwarna pink kecoklatan begitu cantik dengan warna kulit Rose yang seputih salju."Ah... Ahh… Ough… Tuan!" Rose menjerit ketika Fin menjilati payudaranya. Rose dapat merasakan setruman aneh tiba-tiba mengalir di sekujur tubuhnya. Terasa begitu menggelitik, sendi-sendinya merasakan kesemutan yang begitu
Pria tampan itu kembali memberikan penetrasi dengan menggesek-gesek batangnya di atas bibir milik Rose.Kemudian mengarahkannya ke bagian liang Rose yang sudah mulai lembab.Bless"Ack!" Rose memekik kesakitan, ia menggenggam erat lengan berotot pria yang kini menindihnya."Ahh... apa karena aku sudah lama tidak melakukan ini..? Kenapa tidak berhasil..." pikir Fin."Maaf Rose… Apa sakit ?" tanya Fin hati-hati.Rose mengangguk kecil."Apa mungkin kurang basah?" gumam Fin kemudian turun dan menjilati kembali milik Rose memberikan salivanya."Ah… Um..." desah manja Rose."Hmm, aku rasa cukup..." gumam Fin dan kembali mensejajarkan posisinya.Fin kembali mengarahkan miliknya, "Aku mulai Ros.." ujar Fin lembut."Ya... ya... Tuan...""Please stop panggil aku Tuan, panggil aku Fin... Hmm?? Sebut namaku Rose..." sela Fin, lalu mengarahkan batangnya tepat di bagian liang Rose... Blesss"Ack! Sa-sakit..." teriak Rose dan mencengkram kuat lengan Fin hingga kukunya tertancap masuk ke dalam kulit
Austin menstater kendaraannya dan melajukan dengan kecepatan sedang.Bella memiringkan duduknya dan melihat ke arah Austin, "Love... Jadi kamu mengundang Daniel untuk apa kalau bukan urusan pekerjaan ?!""Oh my!! Kenapa dia sangat menggemaskan seperti ini! Aku jadi semakin ingin menggodanya.." gumam Austin dalam hati menahan tawanya.Austin menoleh sebentar dan memegang pipi Bella, "Hanya undangan makan malam atau makan siang...""Oh, Hmm... Ok sayang! Eh tapi di mana? Bukannya kamu tidak mengundang siapapun ke apartment?" Bella tersadar dan bertanya."Oh my Bella! Apa kamu selalu menggemaskan seperti ini!!" serunya dalam hati."Tentu saja bukan di Apartment sayang... Nanti kita pilih bersama tempatnya.. Ok ?"Bella tersenyum dan mengacungkan jempolnya, "Ok sayang!!""By the way kita mau kemana ?"Austin menoleh dan berkedip menggoda, "Kencan sayang..."Blushhh"Ahhh... sangat menggemaskan...!!" seru Austin dan mencubit pipi Bella dengan lembut."Ihhh... Sayang..!!""Hahahhaa..." tawa
Austin membuka kotak berwarna hitam itu dan menatap dalam manik mata indah kekasihnya, "Bella Sophie... Will you marry me?"Deg!Dengan bibir bergetar, "Love?" gumam kecil Bella."Hmm..?" Austin bergumam lembut, menyunggingkan senyum.Austin menyerahkan cincin dengan berlian berbentuk persegi sebagai pemanis dan memancarkan kemewahan dari cincin berlian tersebut ke tangan Bella.Bella tersenyum bahagia. Tidak percaya dirinya akan berada di titik seperti ini. Menemukan pria yang benar-benar membuat dirinya merasa begitu nyaman dan yang paling utama adalah menjadikan dirinya adalah prioritas utama dalam hidupnya.Bella menerima kotak hitam yang indah itu, dan berkata " Yes, I will...!"Austin memeluk Bella erat dan mengecup puncak kepala, kening, mata, pipi, hidung dan bibir. Kecupan yang menjadi sebuah ciuman yang begitu dalam dan lembut."Thank you love, aku berjanji menjadikanmu wanita terbahagia di dunia ini!" janji Austin dengan senyuman manisnya."Iya love, i know that... Aku tahu
"Ahk... Honey! Kamu adalah milikku Rose!!" seru Fin bersamaan menggapai puncak kenikmatannya untuk kedua kalinya."Hahh... hah... Hahh.." deru nafas Rose terdengar, mendapatkan puncak kenikmatan bersama terasa sungguh luar biasa.Nafasnya memburu membuat dadanya bergerak naik turun.Fin mengukung tubuh Rose dan meraup bibir Rose yang kini membuatnya tidak lagi bisa berpaling. Bibir yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman."Thank you Rose, terima kasih karena sudah memberikannya untukku... Aku sudah melepaskan segelmu hanya untuk diriku..." ucap Fin lembut setelah melepaskan ciumannya.Akhirnya inilah tindakan yang bisa Fin ambil karena tidak tahan dengan serangan-serangan yang di berikan oleh Rose pada saat di bawah pengaruh obat lukcnat itu. Serta apa yang dikatakan Ken terus terngiang di kepalanya."Berarti Rose di berikan obat peransang dosis tinggi! Sekarang semua keputusan di tanganmu Fin! Kalau kamu tega melihat Rose seperti itu selama 24 jam. Silahkan... Tapi aku benar-benar
"Tentu saja aku cemburu, sangat cemburu sayang..." Austin berkata setelah melepaskan ciumannya.BlushBella tersenyum dan mengusap lembut pipi pria yang tengah menatapnya dengan tatapan cemburu. "Aku milikmu sayang, hati dan raga ini milikmu... selamanya..." ucap Bella lembut dan masuk ke dalam pelukan Austin."Jadi jangan meragukan apapun... Hmm?" Bella mendongakkan kepala dan berucap dengan manja.Cup...Austin mengecup kening Bella, "Aku hanya takut kamu terpengaruh dengan perkataan Steve...""Terpengaruh akan hal apa sayang?" tanya Bella yang sudah melepaskan pelukannya untuk melihat kerisauan kekasihnya."Yahh... Mungkin dia akan mengatakan sesuatu tentangku... Atau dia akan kembali membuat hatimu goyah..." jujur Austin akan kerisauan hatinya.Bella terperangah dengan perkataan Austin yang ternyata masih bisa merasa tidak percaya diri hanya karena hal seperti ini."Oh my sayang!" Bella memegang kening dan menggeleng pelan kepalanya merasa tidak percaya."Apakah ini kekasihku? Aus
Ludwig tersenyum dan terkekeh. “Jadi? Mau berhenti sampai di sini?” Elle memicingkan matanya, “Tidak!! Tentu saja tidak sayang!Aku akan menahannya…” Ludwig tersenyum sumringah dan berbisik, “Aku juga tidak berniat untuk berhenti sayang…” ucapnya seduktif. Blush! Wajah Elle merona. “Aku mulai sayang?” bisik Ludwig dengan lembut dan di angguki oleh Elle. Pria itu kembali melumat bibir ranum kekasihnya. Sedangkan boanya mulai mencari sarangnya di bawah sana. Sesuai yang ia duga. Sarang untuk boanya terlalu sulit untuk di tembus. Hingga ia harus turun kembali dan memberikan sesapan dan jilatan di bawah sana hingga basah. Dan kembali memposisikan dirinya. Elle terus mendesah atas perlakuan Ludwig yang begitu menggairahkan. “Acckk…” jeritnya beberapa kali saat Ludwig berusaha menembus meiliknya di bawah sana. Hingga dia dapa merasakan kepala boa kekasihnya itu berada di antara bibir miliknya. Ludwig yang tahu posisi nya itu perlahan mendorong masuk. “Akh sakit… “ringis Elle kesakita
“Kamu begitu cantik dan seksi sayang…” ucap Ludwig dan kembali mencumbu kekasihnya itu dengan begitu liar. Ciuman yang begitu intim dan saling berbalas. Saling melumat dan mengecap yang membangkitkan gairah kedua sejoli ini. Tangan Ludwig kembali mengusap lembut bagian perut rata kekasihnya, naik ke payudara Elle dan memilin putingnyanya, mengusap pipi merona kekasihnya dengan begitu khidmat. Tangan Elle pun tidak tinggal diam begitu saja. Wanita cantik itu terus membelai dan mengusap otoy lengan, otot punggung dan dada kekasihnya itu. Dengan satu kali gerakan cepat, kini posisi mereka berdua sudah ada di tengah – tengah ranjang. Ludwig memindahkan tubuh Elle yang sudah telanjang bulat itu. Handuknya pun tertinggal di tepi ranjang begitu saja.Pria itu kembali menatap wajah cantik kekasihnya. Mengukung tubuh Elle, nafas mereka saling bersahutan. “Kamu sangat cantik Elle, kamu… sangat sexy… “ pujanya lagi sambil mengusap lembut pipi merona Elle. Ludwig tersenyum lembut menatap penu
Ludwig menelan kasar salivanya mendengar perkataan Elle yang begitu seduktif. “Sayang… kenapa kamu mengatakan hal itu?” Ludiwg berlutut dan memegang tangan kekasihnya itu. Menatapnya lekat.“Aku mau kamu jadi yang pertama untukku, Lud…”Ludwig tersenyum mendengar penuturan Elle. Siapa yang tidak bahagia mendengar hal seperti itu. “Iya sayang, nanti setelah kita menikah… Hmm?” ucap Ludwig pelan. Bohong jika dia tidak tergoda. Apalagi tadi dia melihat dengan jelas keindahan kedua dada kekasihnya itu. Mengingat nya saja membuat kepala atas dan bawahnya berdenyut. Dan sekarang kekasihnya sendiri yang memberikan izin.Elle menggelengkan kepalanya. “Aku mau sekarang, aku takut hal seperti ini terjadi kembali ke depannya. Setidaknya aku menyerahkannya padamu. Pada pria yang aku cintai…” ucap Elle tegas dengan mata sayunya.Deg!“Sa… sayang? Aku –“ Dalam seketika jakun Ludwig bergerak naik turun kesulitan menelan salivanya. Kekasihnya itu melepaskan kaitan handuk yang menutup tubuhnya tadi,
“Ludwig… Aku… Hikss.. hiksss…” lirihnya.Ludwig segera berlutut dan memeluk tubuh kekasihnya itu. Memeluknya dengan erat. Ludwig mengusap lembut punggu Elle, menenangkan wanita yang begitu ia cintai.Hatinya terasa begitu sakit melihat keadaan Elle saat ini.“Maafkan aku sayang… Maafkan aku…” gumam Ludwig tiada henti meminta maaf. Dia sudah bersumpah untuk selalu menjaga wanitanya. Tetapi malam ini dia sudah lalai sampai membuat Elle mengalami hal ini.Elle menggeleng, “inih… bukan salah kamu sayang…” ucap Elle dengan suara isak tangisnya.Ludwig mengurai pelukannya dan dengan satu kali hentakan, dia membawa Elle di dalam gendongannya ala bridal. Elle langsung memeluk leher Ludwig untuk menopang tubuhnya.Wajahnya masuk ke dalam dada bidang.Elle seketika sadar kalau saat ini pakaian Ludwig basah kuyup karena hujan. “Sayang, kamu basah…” gumamnya pelan.“Hmm… Iya sayang…” balas Ludwig pelan.Mereka berdua masuk ke dalam kamar. Ludwig menurunkan Elle duduk di atas tempat tidur. Handuk
Ludwig menjadi begitu gelisah begitu turunnya hujan. Pria itu menjadi tidak konsentrasi. Bruno yang melihatnya pun menghampiri pria itu.“Ada apa bro?” tanya Bruno.Ludwig menoleh, “Ah tidak ada…” jawabnya singkat.“Kamu pulang saja lebih dahulu, biar di sini kami yang tangani.” Imbuh Hanz kepada Ludwig.“Hmm, benar kata Hanz. Kasihan Elle di rumah sendirian.” Sambung Stefan.Ludwig tersenyum, tanpa dia mengutarakan kekhawatirannya, para sahabatnya begitu pengertian. “Thank you.”Pria itu kemudian membereskan perlengkapannya. Lalu berjalan keluar. Hujan terlihat begitu deras, payung pun dia tidak punya. Tapi rasa khawatirnya kepada Elle jauh lebih besar dari pada khawatir dengan keadaannya saat ini. “Hahh! Kenapa aku kepikiran seperti ini!” batinnya.Dengan satu kali tarikan nafas. Ludwig berlari di bawah guyuran hujan yang begitu lebat. Seluruh baju dan tubuhnya basah dalam sekejap.Butuh waktu lima sampai 10 menit untuk tiba di rumah singgahnya. Begitu ia melihat rumah batu yang sed
Satu minggu pun berlalu, Drake benar – benar berbaur dengan warga lokal. Bahkan persaingannya dengan Ludwig pun sudah dia abaikan beberapa hari ini. Dia pun menjadi lebih akrab dengan beberapa para warga lokal.Waktu berlalu tanpa ada konflik sedikitpun. Elle pun merasa jauh lebih nyaman. Setidaknya Drake sudah berhenti dan melupakan mengenai perjodohan mereka.Dan Drake sendiri pun sadar setelah hidup di sini dan melihat langsung bagaimana hubungan Elle dan Ludwig.“Hahh… Sepertinya memang sudah tidak ada tempat untukku di hati Elle…” gumam Drake sambil melukis. Perlengkapan lukis yang ia pinjam dari Elle. Karena niat awal tidak pernah terbersit di pikirannya akan menikmati tempat ini. Dia hanya ingin membawa Elle untuk kembali pulang dan kembali hidup normal seperti dulu.Tapi berbeda pula dengan Ludwig yang selalu saja cemburu dengan keakraban yang di perlihatkan antara kekasihnya dan pria yang bernama Drake itu.Meskipun Elle sendiri yang mengatakan kalau dia tidak memiliki perasa
Suara nafas Ludwig semakin berat, pria itu melepaskan ciumannya dengan sesapan yang kuat membuat bibir bawah Elle ikut tertarik olehnya. Menyandarkan keningnya di kening kekasihnya itu.Mengatur nafasnya dan menutup matanya. Dia takut kembali tersihir dengan hazel indah kekasihnya itu. Dia takut jika dirinya benar – benar tidak dapat menahan diri.Kemudian Ludwig memindahkan tubuhnya kesamping dan berbaring di atas kasur, langsung memeluk Elle dengan erat sambil berbisik, “Mari berhenti sampai di sini sayang, aku takut tidak dapat menahan diriku.”Elle tersenyum dan mengusap wajah Ludwig yang ada sedikit rambut. “Hmm… Goodnight sayang,” ucap Elle pelan.“Goodnight sayang,” balas Ludwig dan mengecup puncak kepala kekasih nya itu.***Tidak terasa satu bulan pun berlalu, hasil perkebunan sudah ada beberapa sayuran yang bisa mereka panen. Desa ini kian maju di bawah arahan Ludwig dan Elle. Warga lokal pun kian mandiri.Tetapi saat ini mereka sering terkendala dengan hujan deras dan ang
Ludwig seketika panik mendengar perkataan Elle, “Sa… sayang…”Wanita cantik itu mengulum bibirnya menahan tawa melihat wajah panik Ludwig. Sebenarnyanya sejak dua hari kedatangan Pauline, Elle sudah menaruh curiga. Setiap melihat sikap Pauline kepada Ludwig, satu yang ia percaya bahwa ada sesuatu di antara mereka berdua. Dan yang pasti, kekasihnya itu selalu menjaga jarak dan terlihat tidak ingin terlibat. Sejak penolakan frontal dari Ludwig ketika Pauline meminta kekasihnya untuk untuk membimbingnya.Sedangkan di lihat bagaimana pun penampilan Pauline, dia seperti bukan seseorang yang akan mendatangi tempat pemukiman seperti ini. Apalagi kalau bukan karena sesuatu. Dan itu terjadi tepat setelah satu minggu kedua orang tuanya mengetahui lokasinya.Dan saat itu pula dia sempat memperkenalkan kekasihnya itu kepada kedua orang tuanya. Namun dia masih ingin menepis hal tersebut dan wanita cantik itu hanya diam sambil mengawasi. Dan dia ingin tahu sampai di mana keseriusan Ludwig terhada
Ludwig menekan kepala belakang Elle, memperdalam ciumannya.“EUhm sayang.. Ah.. Uhm…” suara mereka berdua. Ludwig memeluk pinggul kekasihnya itu dengan erat merapatkan tubuh mereka berdua tanpa jarak.Merasakan tiap lekuk tubuh indah Elle. Ludwig dapat merasakan boa di bawah sana sudah semakin membengkak ingin di keluarkan. Seolah dia bisa merobek celananya di bawah sana.“Damn!”“Cium aku sayang!” suara berat Ludwig yang hanya mengusap punggung kekasih nya yang masih terbalut handuk. Sedangkan mulutnya terus menyesap bibir atas dan bawah Elle, begitu pun Elle yang memeluk erat kekasihnya itu. Memegang dada Ludwig yang bidang.“Oh my! Hahh hahh Hahh!” suara nafas Elle yang terengah – engah.Ludwig melepaskan ciumannya dan melihat mata sayu Elle. Pipi Elle yang berubaha menjadi pink kemerah – merahan. Nafas mereka saling bersahutan.“Kau tahu sayang, aku sangat mencintaimu,” ucapnya dengan suara serak.Elle tersenyum dan mengangguk. “Iya sayang, aku juga sangat mencintaimu.”Jantung L