Cup !
Bella mengecup pipi Austin yang tepat ada di depannya.
Austin mengambil blazer Bella dan membantu Bella untuk mengenakannya kembali.
"Cantik!" puji Austin.
"Thank you...!" jawab Bella tersenyum.
Setelah itu Bella masuk ke dalam perusahaan milik Daniel.
"Permisi, saya ingin bertemu Pak Daniel..." ucap Bella kepada Resepsionis.
"Iya Bu..? Apa sudah buat janji..?" tanya Resepsionis wanita tersebut dengan ramah.
"Ah iya, saya lupa membuat janji..." jawab Bella.
"Iya Bu, Maaf... Saya hanya melakukan prosedur dan—"
"Tidak masalah," sela Sebas yang baru saja keluar dari lift tadi mendengar percakapan antara wanita yang beberapa hari ini membuat Bosnya lupa waktu dan resepsionis mereka.
"Ya Pak Sebas..?" tanya ulang Resepsionis wanita tersebut.
Sebas hanya mengangkat tangannya menandakan tidak ada masalah.
"Silahkan Nona Bella..." sapa Sebas sopan kepada Bella.
"Ah iya terima kasih.
Austin melihat raut wajah panik Bella. "Ada apa sayang?" tanya Austin."A-aku lupa mengabari Max..." jawab Bella."Astaga sayang ! Aku pikir kamu melupakan sesuatu!" balas Austin santai. Kemudian mengambil ponselnya.Tuutt"Iya Tuan..?" jawab Max di nada dering pertama."Kamu bisa kembali Max, Nyonya—mu sudah bersamaku..." ujar Austin yang selalu menyebutkan Bella sebagai Nyonya."Baik Tuan, oh iya Tuan ada kabar terbaru. Mengenai Nick dan Dom..." sebut Max yang baru saja mendapatkan kabar dari Ken dan Fin."Hmm, nanti saja Max. Aku percayakan saja padamu. Ingat saja pesanku! Itu yang terutama..!" balas Austin dan mempertegas untuk penjagaan kepada Bella."Siap Tuan! Ken dan Fin sudah saya beritahukan," ujar Max."Ok Max... Thank you!""Max, thank you!!" Bella juga ikut berbicara sebelum Austin memutuskan sambungannya."Sama-sama Tuan dan Nyonya..." jawab Max.Austin memutuskan sambungan telponnya."Ok! Sudah beres... Sekarang kita langsung ke coffee shop..!!" seru Austin semangat."L
"Nickk...?!" lirih Siska yang tidak menyangka pria yang menghubunginya adalah Nick.Nick tersenyum. Dan masuk terlebih dahulu ke dalam kamar. Akhirnya Siska pun dengan berani masuk ke dalam. Karena berpikir akan baik-baik saja.Nick duduk di tepi ranjang. Sedangkan Siska masih berdiri di dekat nya."Nick, apa maksud video itu?" tanya Siska membuka percakapan. Dirinya sangat shock menonton video suaminya yang begitu menjijikkan."Ya, seperti itulah Siska... Aku tidak sangka Dom akan memaksaku seperti itu...!" ucap Nick tertunduk lesu.Siska sontak menutup mulutnya dengan kedua tangannya.Kemudian menghampiri Nick. Siska duduk di samping Nick dan mengusap lembut punggung tangan Nick seperti seorang kakak perempuan."Nick... Maafkan suamiku....!" lirih Siska yang juga sulit menerima kenyataan. Dimana suaminya yang terlihat begitu pria dan maskulin. Ternyata memiliki kelainan sek-s.Nick mengambil kesempatan dengan memeluk Siska."Terimakasih sudah datang kemari Siska....”Siska yang sempa
Di saat Dom kebingungan di kamar yang kosong.Siska kini sudah berada di dalam kamar yang tepat di sebelah kamar tadi.Kamar yang yang di tempati Ken dan Fin."Terima kasih sudah menyelamatkan saya," ucap Siska tulus."Tapi, bagaimana Anda berdua tahu kalau saya sedang dalam bahaya?" tanya Siska penasaran yang kini sedang duduk di atas sofa.Ken dan Fin saling melempar pandangan."Itu karena kami memang sedang mengawasi pria tadi," jelas Fin singkat."Ah iya," jawab Siska mengangguk mengerti.Ken hanya melihat prihatin kepada Siska."Hmm, sepertinya saya harus kembali sekarang," ujar Siska melihat ke arah Ken."Nyonya ingin kembali kepada pria berengsek itu..?!" seru Ken mengingat Dom yang tega mengkhianati istrinya.Deg!Siska terkejut mendengar perkataan pria yang tadi menyelamatkannya, "Tuan tahu tentang suami saya..?" tanya wanita cantik dengan surai bergelombang yang begitu indah."Ken..!" gumam Fin dengan sedikit penekanan—mengingatkan Ken agar tidak melewati batas."Hahh..!!!"
Di saat Bella masih men-scan seluruh sudut ruangan. Tiba-tiba terdengar suara pintu.Beep beep beepCeklekBella langsung mengepal tangannya dengan kuat. Berusaha menahan dirinya. Menanti apa yang akan dia hadapi."Kamu bisa Bel..!!" batin Bella menguatkan hatinya."Kamu sudah disini sayang...?!" seru Steve senang melihat Bella sudah ada di rumah.Bella menoleh ke asal suara pria yang sangat dia kenali itu."Hai Steve..." balas Bella singkat dan membalas senyuman dari Steve. Yang kini hanya memanggil Steve dengan nama. Hal yang sejak dulu tidak pernah dia lakukan. Namun, kini memanggil kata sayang untuk Steve terasa sangat sulit.Steve dengan segera berjalan cepat menyambut Bella."Sayang... Akhirnya kamu pulang..!!" seru Steve langsung merangkul Bella. Memasukkan Bella dalam pelukannya.Bella hanya menerima pelukan Steve tanpa membalas dekapan tersebut. Dibiarkannya tangannya jatuh di sisi-sisi Steve."Hmm... Iya.." Lidahnya terlalu kelu untuk berbicara saat ini. Dadanya terasa sesa
Dirinya saat ini sudah tidak tahan lagi. Tanpa diluar kendali. Semua yang dia rencanakan ingin membuat Steve haus akan dirinya. Sekarang menjadi sirna. Karena sikap Steve saat ini."Bellaa!" teriak Steve. Namun Bella terus berjalan dan meninggalkan ruangan."Arghhh...!!" teriak Steve.CeklekBella mengatur nafasnya. Dapat dia dengar suara Steve yang begitu marah.Pertama kalinya Bella membalas perkataan Steve dan membantah apa yang Steve katakan.Bella memilih duduk di ruang tamu... Sambil menenangkan gemuruh amarah yang sudah membuncah."Hahhh... Huftttt...!" Bella menarik dan menghembuskan nafasnya dengan kasar.DrzzztttPonsel Bella berbunyi."Austin?!" batin Bella senang melihat nama yang muncul di layar ponselnya.'I love you... Dan percaya padaku sayang, kamu bisa lakukan apapun yang ingin kamu lakukan. Aku akan ada di sisimu... Jadi, tidak perlu menahan diri...' (Austin)Membaca pesan dari Austin. Membuat dirinya kembali tersadar. Untuk tidak perlu berlarut-larut untuk memikirk
Setelah mengunci rapat pintu kamar. Bella duduk lemas di lantai yang dingin.Bella memeluk erat kedua betisnya dan menyandarkan kepalanya di atas lutut.Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan racauan Steve dari luar.Bella langsung menutup telinganya. Enggan mendengar perkataan Steve yang melukainya.Dadanya masih terasa sangat sakit. Ingin sekali rasanya dia berteriak kepada Steve tentang semua perselingkuhan yang dirinya sudah tahu. Tapi saat ini, dirinya harus berusaha menahan diri.Ingin melakukan balas dendam dengan membuat Steve tergantung kepada dirinya. Tapi baru saja di sentuh oleh Steve. Tubuhnya terasa begitu sesak.Apalagi mendengar perkataan Steve yang begitu menyakitkan. Seolah-olah perselingkuhannya adalah sesuatu hal biasa saja. Dan semuanya akan selesai kalau dibicarakan dengan baik dan meminta maaf.Bahkan Bella merasa, Steve tidak menghargainya sama sekali sebagai seorang istri."Ternyata selama ini, dia hanya memandangiku sebagai istri yang seperti itu..?!" mi
"Tolong! Bebaskan aku!!" lirih Nick yang kini sedang berendam di dalam kolam renang.Setelah mengantar Siska kembali ke rumahnya. Ken dan Fin kembali ke markas mereka.Nick yang sebelumnya sudah di bawa pergi oleh anggota mereka melalui pintu darurat. Kini sedang berada dalam penyiksaan."Whatt?! Bebaskan kamu berengsek!" maki Ken."Keluarkan dia..!!" titah Ken kepada anak buahnya.Bugh! Satu tendangan keras tepat di perut, tepat saat Nick diangkat keluar."Aocccchh...!!" pekik Nick kesakitan.Fin hanya duduk di sofa sambil menghisap vape miliknya.Brak ! "Apa semua ini hah..!! Apa kau masih berniat untuk menyentuh Tuan Austin dan Nyonya Bella..??!! Hah..??!!" geram Ken yang melemparkan foto-foto kepada Nick.Foto-foto yang dia dapatkan dari anak buah yang di suruhnya menyelidiki tempat tinggal Nick. Dan mereka menemukan skema dan foto-foto yang tertempel di whiteboard milik Nick."Kau memiliki berapa nyawa?? Hahh!" bentak Ken.Tap tap tapMax masuk ke dalam dengan wajah yang begitu d
"Morning love..." sapa Austin melihat Bella yang mulai merenggangkan badannya. Di hampirinya Bella yang masih meringkuk di dalam selimut.Austin yang masih mengenakan boxer longgar ikut naik ke atas tempat tidur dan ikut masuk ke dalam selimut. Memeluk tubuh Bella dan merapatkan kepalanya dengan manja di antara tengkuk leher Bella.Bella tersenyum mendapatkan sosok Austin yang manja seperti ini."Apakah ini kenyataan?" batin Bella."Bangun jam berapa, love?" suara khas bangun tidur Bella yang terdengar begitu menggoda.Bukannya menjawab, Austin malah tambah meringkuk di dalam dekapan Bella dengan sangat manja. Rambut-rambut halus di wajah Austin membuat leher dan dada Bella menjadi geli."Sayang.. geli..." manja Bella yang turut melingkarkan tangannya di kepala Austin yang sedari tadi bergerak di sekitar leher dan dadanya."Aroma tubuhmu kalau baru bangun tidur seperti ini sangat enak love...!" suara serak Austin sambil terus menarik nafas dalam untuk menghirup aroma tubuh Bella."Sem