Di saat Dom kebingungan di kamar yang kosong.Siska kini sudah berada di dalam kamar yang tepat di sebelah kamar tadi.Kamar yang yang di tempati Ken dan Fin."Terima kasih sudah menyelamatkan saya," ucap Siska tulus."Tapi, bagaimana Anda berdua tahu kalau saya sedang dalam bahaya?" tanya Siska penasaran yang kini sedang duduk di atas sofa.Ken dan Fin saling melempar pandangan."Itu karena kami memang sedang mengawasi pria tadi," jelas Fin singkat."Ah iya," jawab Siska mengangguk mengerti.Ken hanya melihat prihatin kepada Siska."Hmm, sepertinya saya harus kembali sekarang," ujar Siska melihat ke arah Ken."Nyonya ingin kembali kepada pria berengsek itu..?!" seru Ken mengingat Dom yang tega mengkhianati istrinya.Deg!Siska terkejut mendengar perkataan pria yang tadi menyelamatkannya, "Tuan tahu tentang suami saya..?" tanya wanita cantik dengan surai bergelombang yang begitu indah."Ken..!" gumam Fin dengan sedikit penekanan—mengingatkan Ken agar tidak melewati batas."Hahh..!!!"
Di saat Bella masih men-scan seluruh sudut ruangan. Tiba-tiba terdengar suara pintu.Beep beep beepCeklekBella langsung mengepal tangannya dengan kuat. Berusaha menahan dirinya. Menanti apa yang akan dia hadapi."Kamu bisa Bel..!!" batin Bella menguatkan hatinya."Kamu sudah disini sayang...?!" seru Steve senang melihat Bella sudah ada di rumah.Bella menoleh ke asal suara pria yang sangat dia kenali itu."Hai Steve..." balas Bella singkat dan membalas senyuman dari Steve. Yang kini hanya memanggil Steve dengan nama. Hal yang sejak dulu tidak pernah dia lakukan. Namun, kini memanggil kata sayang untuk Steve terasa sangat sulit.Steve dengan segera berjalan cepat menyambut Bella."Sayang... Akhirnya kamu pulang..!!" seru Steve langsung merangkul Bella. Memasukkan Bella dalam pelukannya.Bella hanya menerima pelukan Steve tanpa membalas dekapan tersebut. Dibiarkannya tangannya jatuh di sisi-sisi Steve."Hmm... Iya.." Lidahnya terlalu kelu untuk berbicara saat ini. Dadanya terasa sesa
Dirinya saat ini sudah tidak tahan lagi. Tanpa diluar kendali. Semua yang dia rencanakan ingin membuat Steve haus akan dirinya. Sekarang menjadi sirna. Karena sikap Steve saat ini."Bellaa!" teriak Steve. Namun Bella terus berjalan dan meninggalkan ruangan."Arghhh...!!" teriak Steve.CeklekBella mengatur nafasnya. Dapat dia dengar suara Steve yang begitu marah.Pertama kalinya Bella membalas perkataan Steve dan membantah apa yang Steve katakan.Bella memilih duduk di ruang tamu... Sambil menenangkan gemuruh amarah yang sudah membuncah."Hahhh... Huftttt...!" Bella menarik dan menghembuskan nafasnya dengan kasar.DrzzztttPonsel Bella berbunyi."Austin?!" batin Bella senang melihat nama yang muncul di layar ponselnya.'I love you... Dan percaya padaku sayang, kamu bisa lakukan apapun yang ingin kamu lakukan. Aku akan ada di sisimu... Jadi, tidak perlu menahan diri...' (Austin)Membaca pesan dari Austin. Membuat dirinya kembali tersadar. Untuk tidak perlu berlarut-larut untuk memikirk
Setelah mengunci rapat pintu kamar. Bella duduk lemas di lantai yang dingin.Bella memeluk erat kedua betisnya dan menyandarkan kepalanya di atas lutut.Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan racauan Steve dari luar.Bella langsung menutup telinganya. Enggan mendengar perkataan Steve yang melukainya.Dadanya masih terasa sangat sakit. Ingin sekali rasanya dia berteriak kepada Steve tentang semua perselingkuhan yang dirinya sudah tahu. Tapi saat ini, dirinya harus berusaha menahan diri.Ingin melakukan balas dendam dengan membuat Steve tergantung kepada dirinya. Tapi baru saja di sentuh oleh Steve. Tubuhnya terasa begitu sesak.Apalagi mendengar perkataan Steve yang begitu menyakitkan. Seolah-olah perselingkuhannya adalah sesuatu hal biasa saja. Dan semuanya akan selesai kalau dibicarakan dengan baik dan meminta maaf.Bahkan Bella merasa, Steve tidak menghargainya sama sekali sebagai seorang istri."Ternyata selama ini, dia hanya memandangiku sebagai istri yang seperti itu..?!" mi
"Tolong! Bebaskan aku!!" lirih Nick yang kini sedang berendam di dalam kolam renang.Setelah mengantar Siska kembali ke rumahnya. Ken dan Fin kembali ke markas mereka.Nick yang sebelumnya sudah di bawa pergi oleh anggota mereka melalui pintu darurat. Kini sedang berada dalam penyiksaan."Whatt?! Bebaskan kamu berengsek!" maki Ken."Keluarkan dia..!!" titah Ken kepada anak buahnya.Bugh! Satu tendangan keras tepat di perut, tepat saat Nick diangkat keluar."Aocccchh...!!" pekik Nick kesakitan.Fin hanya duduk di sofa sambil menghisap vape miliknya.Brak ! "Apa semua ini hah..!! Apa kau masih berniat untuk menyentuh Tuan Austin dan Nyonya Bella..??!! Hah..??!!" geram Ken yang melemparkan foto-foto kepada Nick.Foto-foto yang dia dapatkan dari anak buah yang di suruhnya menyelidiki tempat tinggal Nick. Dan mereka menemukan skema dan foto-foto yang tertempel di whiteboard milik Nick."Kau memiliki berapa nyawa?? Hahh!" bentak Ken.Tap tap tapMax masuk ke dalam dengan wajah yang begitu d
"Morning love..." sapa Austin melihat Bella yang mulai merenggangkan badannya. Di hampirinya Bella yang masih meringkuk di dalam selimut.Austin yang masih mengenakan boxer longgar ikut naik ke atas tempat tidur dan ikut masuk ke dalam selimut. Memeluk tubuh Bella dan merapatkan kepalanya dengan manja di antara tengkuk leher Bella.Bella tersenyum mendapatkan sosok Austin yang manja seperti ini."Apakah ini kenyataan?" batin Bella."Bangun jam berapa, love?" suara khas bangun tidur Bella yang terdengar begitu menggoda.Bukannya menjawab, Austin malah tambah meringkuk di dalam dekapan Bella dengan sangat manja. Rambut-rambut halus di wajah Austin membuat leher dan dada Bella menjadi geli."Sayang.. geli..." manja Bella yang turut melingkarkan tangannya di kepala Austin yang sedari tadi bergerak di sekitar leher dan dadanya."Aroma tubuhmu kalau baru bangun tidur seperti ini sangat enak love...!" suara serak Austin sambil terus menarik nafas dalam untuk menghirup aroma tubuh Bella."Sem
Sedangkan Nick sampai sekarang belum dilepaskan oleh Ken dan Fin.Max juga sangat puas sengaja memberikan pelajaran kepada pria berengsek di depannya. Apalagi Tuannya belum memberikan titah lagi."Ampun.. ampun..." Nick mengemis kepada Max meminta pengampunan."Aku akan membebaskanmu! Tapi satu kali lagi kau berusaha mengganggu Tuan Austin dan Nyonya Bella!! Timah panas ini akan langsung mendarat dikepalamu!" seru Max tajam kepada Nick."I-iya Tuan! Aku berjanji...!!" jawab Nick cepat. Mengemis di sepatu Max.Bugh BughhKembalikan dia, dan tetap awasi gerak-geriknya. Seru Max dengan suara lantang ke anak buahnya."Baikkk Tuan..!!!" jawab mereka serempak."Lalu bagaimana Tuan Austin dan Nyonya Bella?" tanya Max kepada dua anak buahnya yang di tempati di rumah yang berada di sisi kiri dan kamar rumah Steve."Semuanya aman Tuan.." balas Fin dan Ken yang terus mendapatkan kabar dari anak buah nya di dekat kediaman Austin.****Austin membuka layar ponsel, ingin melihat apakah Steve sudah
Di pagi yang lain. Terlihat seorang wanita berparas cantik dan bayi mungil yang begitu cantik sedang berada di dalam tempat Gym.Bayi mungil yang tengah tertidur pulas di atas kereta bayinya."Siska aku mohon... Maafkan aku..!! A-aku sungguh khilaf melakukan semua itu...!! Pria berengsek itulah yang memancingku..!!" ujar Dom memelas kepada Siska.Setelah berpikir panjang selama satu malam. Akhirnya Siska mengambil keputusan terberat dalam hidupnya.Memang terkesan egois. Siska seolah tidak memikirkan anaknya yang masih balita. Tapi, yang Siska lakukan adalah demi anaknya juga. Meninggalkan lingkungannya saat ini dan suaminya sendiri serta masa lalu yang mungkin akan berdampak pada perkembangan putrinya."Coba kamu pikirkan tentang si cantik kita Siska..!! Kamu jangan egois seperti ini..!!" seru Dom yang mulai memakai alasan anak."Demi putri kita? Yang benar saja Dom! Apa saat kamu melakukan hal tersebut pernah terbersit walau sedikit saja bayangan putri kita?!!!" seru Siska dengan su
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la
Niat awal ingin mengerjai Ludwig. Elle malah ketiduran di dada bidang Ludwig. Hawa tubuh hangat Ludwig tanpa sadar membuat wanita cantik itu merasa nyaman.Di kala ngantuk menyerang, Elle memejamkan matanya dan merngakul lengan Ludwig. Sedangkan Ludwig yang mulai bisa mengendalikan dirinya memegang perlahan kepala Elle, dan memperbaiki posisi tidur Elle agar jauh lebih nyaman.Ludwig memindahkan kepala Elle dengan hati – hati agar tidak membangunkan wanita cantik itu.Kini kepala Elle sudah bersandar nyaman di dadanya dan Ludwig merangkul Elle. Sedangkan pria itu memilih untuk memejamkan matanya dan bersandar di sandaran kursi.Ludwig dengan lembut merangkul Elle dengan kedua tangannya.”Goodnight,” ucap Ludwig pelan.Beberapa jam pun berlalu. Elle terkejut dengan posisi mereka berdua saat ini. Seutas senyum hadir di wajah Elle.Wanita cantik itu bangun dan duduk tegap. Melihat Ludwig yang masih terlelap. Begitu juga dengan para penumpang yang lain.“Thank you,” ucap Elle menatap waja
Mobil bus yang membawa mereka beberapa kali berhenti di beberapa titik pemberhentian untuk beristirahat.Perjalanan panjang mereka membuat Elle menjadi semakin akrab dengan Ludwig, bahkan Elle yang sedikit pemalu mulai bisa membaur dengan ketiga sahabat dekat pria itu, Hans, Bruno dan Stefan.Tingkah kocak ke empat pria yang baru dia temui selalu saja berhasil membuatnya tertawa, tak ada rasa takut yang Elle rasakan ketika berinteraksi dengan mereka. Dia malah merasa aman karena di jaga oleh empat bodyguard dadakan berparas tampan, dan tentunya dia tidak merasa bosan selama menempuh perjalanan berkat tingkat lucu ke empat pria itu.Seperti sore ini, mereka berlima menyantap hidangan dengan penuh canda tawa.“Hahahha…” suara tawa Elle terdengar begitu lepas.Suasana hatinya yang berantakan karena masalah keluarganya seketika bisa dia lupakan.Julian dan gengnya juga sudah tidak bertingkah lagi. Sekarang setiap berpas – pas dengan Ludwig dan teman – temannya. Pria itu langung membungkuk
Elle yang awalnya irit bicara, mulai terbiasa dengan celotehan Ludwig. Seolah pria ini tidak pernah kehabisan bahan untuk mengobrol.Sudah dua jam perjalanan, kini bus berhenti di tempat persinggahan, seperti rumah makan.“Yuk, turun makan.” Ajak Ludwig.“Iya,” jawab Elle singkat.Ludwig dan Elle turun bersama.Hanz, Bruno dan Stefan berjalan menghampiri Ludwig.“Ehem…ehem… Ada yang baru lupain yang lama nih….” Seloroh Bruno.Ludwig mengusir rekan – rekan nya yang terkenal jahil itu. “Bro, tukar tempat yuk!” celutuk Stefan.“Sial!! Kau mau aku hajar di sini!!” seru Ludwig yang langsung mengulurkan kepalan tangannya ke Stefan.“Hahhahahah!” tawa Hanz, Stefan dan Bruno.“Permisi nona cantik, kami titip Ludwig yang jomblo dari orok ini ya, semoga kalian sampai di pelaminan…” ujar Hanz.“AMIIIINNNN!” sahut Stefan, Bruno dan juga Ludwig.Wajah Elle kembali nge – blush. “Apakah mereka memang seiseng ini?” gumam Elle dalam hati.Begitu Hanz, Bruno dan Stefan pergi. Ludwig pun berkata, “Amiin