Di pagi yang lain. Terlihat seorang wanita berparas cantik dan bayi mungil yang begitu cantik sedang berada di dalam tempat Gym.Bayi mungil yang tengah tertidur pulas di atas kereta bayinya."Siska aku mohon... Maafkan aku..!! A-aku sungguh khilaf melakukan semua itu...!! Pria berengsek itulah yang memancingku..!!" ujar Dom memelas kepada Siska.Setelah berpikir panjang selama satu malam. Akhirnya Siska mengambil keputusan terberat dalam hidupnya.Memang terkesan egois. Siska seolah tidak memikirkan anaknya yang masih balita. Tapi, yang Siska lakukan adalah demi anaknya juga. Meninggalkan lingkungannya saat ini dan suaminya sendiri serta masa lalu yang mungkin akan berdampak pada perkembangan putrinya."Coba kamu pikirkan tentang si cantik kita Siska..!! Kamu jangan egois seperti ini..!!" seru Dom yang mulai memakai alasan anak."Demi putri kita? Yang benar saja Dom! Apa saat kamu melakukan hal tersebut pernah terbersit walau sedikit saja bayangan putri kita?!!!" seru Siska dengan su
"Bagaimana bisa kamu menuduh kami seperti itu..!!" seru Steve mulai merendahkan suaranya tanpa menyahut kepada Austin."Menuduh?!" seringai Bella."Aku menuduh?!" ulang Bella sambil menunjuk dirinya sendiri."Hahahaha...!!" tawa Bella memenuhi ruangan."Bella come on..!! Mari kita bicara.. Hanya kita berdua please..!!!" pinta Steve melunak."Kamu sangat tahu sayang, hanya kamu yang aku cintai... Dan aku tahu, kamu juga sangat mencintaiku...!" sambung Steve berusaha meraih tangan Bella.Namun dengan cepat Bella menepisnya. Austin yang mendengarnya langsung mengepalkan kembali tangannya."Yakin? Kau mencintaiku? Atau aku hanyalah wanita bodoh yang bisa kau kontrol sesuka hatimu?! Diberikan harapan... diberikan kenyamanan.... di bahagiakan... dan akhirnya.. Ditinggalkan...!" ujar Bella melihat Steve.Steve kembali terkejut dengan penuturan Bella. Dia tidak sangka kalau istrinya merasakan hal seperti itu."Sayang... Ka-kamu salah paham...!! Semua itu aku lakukan untuk masa depan kita..!!
Setelah mengecup kening Bella cukup lama dan mengecup bibir ranum Bella yang selalu membuatnya candu, Austin membuat sebuah catatan untuk Bella.Lalu diletakkannya di atas nakas, agar Bella dengan mudah menemukannya.Austin meletakkan selimut tebal di atas tubuh Bella, dan sekali lagi mengecup pipi kekasihnya itu sebelum keluar dari kamar.Austin mengambil jasnya. Lalu memakainya kembali. Setelah itu dirinya masuk ke ruang kerja untuk mengambil sesuatu.Kemudian dirinya bergegas menuju mobilnya dan menuju ke arah kantor. Di perjalanan Austin mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.Tuut..tuut..tuutt"Iya Tuan Austin..?" sapa seseorang dari balik ponsel."Apa semuanya sudah siap..?" tanya Austin."Hari ini semuanya sudah siap Tuan.." jawab pria yang di balik ponsel Austin."Hmm, baiklah..! Kamu siapkan saja semuanya. Aku akan menghubungimu kembali..!" ujar Austin."Baik Tuan.." jawab pria tersebut.Austin memutuskan sambungan telepon."Shiit..!!! Si berengsek itu memang tidak a
Kemudian menoleh ke arah Steve sambil tersenyum. "Baguslah kalau kau sudah mengetahuinya!" tukas Austin santai.Steve geram mendengar jawaban dari Austin, dengan penuh amarah. Dirinya berlari dan memukul wajah Austin.Bugh!"Berengsek kau Austin!" maki Steve sambil memegang kerah leher Austin."Cuihhh!" Austin meludah ke lantai. Bibirnya terasa asin akibat darah yang keluar.Austin menoleh tajam kepada Steve. Dan mendorong tubuh Steve dengan keras.Bugh!Austin memukul tepat di ulu hati Steve."Ackkk..!!" rintih Steve kesakitan memegang perutnya. Dirinya tersungkur di lantai akibat pukulan telak tadi.Austin berlutut dan menarik kerah leher Steve."Aku? Berengsek! Fuck you Steve!" maki Austin."Kau yang sengaja menyuruhku untuk mencoba wanita lain... Tapi sekarang kau bersama istriku sendiri...?" seru Steve menyalahkan Austin."Shit...!! Apa kau kembali mau menyalahkanku..?!" geram Austin."Apa kau tidak sadar apa yang kau lakukan kepada Bella selama dua tahun ini? Kau menyiksanya Ste
Bella yang terlelap dalam tidurnya mencari sosok yang tadi ada di dalam pelukannya."Love..?" gumam Bella memanggil kekasihnya dengan suara khas bangun tidurnya dengan manja.Namun, tidak ada sahutan dari kekasihnya. Padahal kadang dia baru bergerak sedikit saja. Austin pasti sudah ada di sampingnya. Dan memberikan kecupan bangun tidur untuknya dengan begitu hangat. Atau ikut berbaring dan memeluknya dengan erat."Sayang...?" Bella menaikkan volume suaranya memanggil Austin, tapi tetap tidak ada sahutan.Bella akhirnya membuka matanya dan duduk dengan tegap. Melihat kiri dan kanan menelusuri isi kamar. Tapi, tidak ada suara-suara aktivitas dari Austin. Dan matanya tertuju ke atas nakas."Eh.. Apa itu..?" gumam Bella melihat secarik kertas noted dengan goresan pena.Bella memiringkan badannya lalu mengambil kertas tersebut.'Love, aku keluar karena ada urusan mendadak, tapi aku akan segera pulang. Mungkin sebelum kekasihku yang cantik ini bangun, aku sudah kembali. Love you...'Bella t
Joy bingung harus menjawab apa. Kepalanya mencoba berpikir. "Paling tidak aku harus menenangkan Steve, dan membuatnya semakin jatuh kepadaku," batin Joy.Joy mengangkat tangannya dan memainkan jemari lentiknya di wajah Steve, "Aku dan Pak Austin sangat dekat, aku sudah menganggapnya seperti teman, jadi tadi aku hanya menjelaskan hubunganku dengan kamu Steve," jelas Joy."Lalu apa maksud perkataan Austin, jika dia sudah sering melihat tubuh telanjangmu dan melakukannya denganmu?" cerca Steve yang menahan birahinya karena usapan tangan Joy yang kini bermain di bagian tongkat sensitifnya."Terjadi begitu saja, waktu itu kami sama-sama terbawa suasana dan melakukannya.." jawab Joy."Dan darinya juga aku curhat kalau aku sangat mengagumimu Steve," lanjut Joy mengambil hati Steve.Joy yang merasa tongkat milik Steve sesak di dalam celana, mengerling nakal dan menjilati bibirnya dengan gaya erotis."Apa kamu butuh bantuan di bawah sini Steve?" bisik lembut Joy sambil mengusap tongkat Steve d
Melihat Bella berdiri dari duduknya membuat Austin seketika panik."Ahh.. Aku sudah salah membahas ini...!! Dasar bodoh...!!" batin Austin memaki dirinya sendiri."Mau kemana sayang..?" tanya Austin panikBella menoleh," Ah.. aku mau pergi..." jawabnya dengan datar.Deg!"Apa Bella akan pergi menemui Steve..?" batin Austin melongos. Mengutuk kebodohannya karena sudah memancing kekasihnya.Sesudah menjawab Austin, Bella kembali menoleh dan pergi ke tempat penyimpanan kotak p3k.Kemudian, Bella berjalan menuju ke kamar tanpa menoleh kembali ke arah Austin.CeklekBella masuk ke dalam kamar, dan saat dirinya berbalik ingin menutup pintu kamar, "Oh my!" teriak Bella kaget melihat Austin tepat di depannya tengah berdiri. Melihatnya dengan wajah sendu dan tertekuk."Sayang!" Bella memegang dadanya karena kaget."Maaf sayang, aku buat kamu terkejut.." balas Austin dengan penuh penyesalan.Sedari tadi, sejak Bella berjalan menyimpan kotak p3k dan menuju kamar, Austin mengikutinya dari belakan
Deg !"Entah sudah berapa kali aku mendengar pernyataan cinta Austin yang seperti ini..." batin Bella. Perasaan hangat langsung mengalir begitu saja setelah mendengar ucapan kekasihnya.Bella melepaskan pelukannya yang manja itu dan melihat Austin."Mungkin ini terdengar aneh. Kenapa aku bisa melepaskan cinta yang aku jaga selama delapan tahun dan bisa memiliki perasaan kepadamu sayang. Jujur aku juga tidak tahu. Apa mungkin karena semua perhatianmu yang dimana aku merasa nyaman dan menjadi diriku sendiri saat bersamamu. Perasaan baru dan kebahagiaan yang kamu berikan seperti obat yang secara perlahan mengobati luka hatiku yang tanpa sadar sudah begitu besar... " tutur Bella."Yang aku tahu saat ini adalah aku juga mencintaimu Austin, dan aku tidak ingin bangun dari mimpi ini, kalau memang ini hanyalah sebuah mimpi..." sambung Bella tersenyum lembut namun terlihat begitu sendu.Austin meraih tengkuk leher Bella dan langsung melumat bibir Bella. Di sesapnya dengan begitu lembut dan pen