Dirinya saat ini sudah tidak tahan lagi. Tanpa diluar kendali. Semua yang dia rencanakan ingin membuat Steve haus akan dirinya. Sekarang menjadi sirna. Karena sikap Steve saat ini."Bellaa!" teriak Steve. Namun Bella terus berjalan dan meninggalkan ruangan."Arghhh...!!" teriak Steve.CeklekBella mengatur nafasnya. Dapat dia dengar suara Steve yang begitu marah.Pertama kalinya Bella membalas perkataan Steve dan membantah apa yang Steve katakan.Bella memilih duduk di ruang tamu... Sambil menenangkan gemuruh amarah yang sudah membuncah."Hahhh... Huftttt...!" Bella menarik dan menghembuskan nafasnya dengan kasar.DrzzztttPonsel Bella berbunyi."Austin?!" batin Bella senang melihat nama yang muncul di layar ponselnya.'I love you... Dan percaya padaku sayang, kamu bisa lakukan apapun yang ingin kamu lakukan. Aku akan ada di sisimu... Jadi, tidak perlu menahan diri...' (Austin)Membaca pesan dari Austin. Membuat dirinya kembali tersadar. Untuk tidak perlu berlarut-larut untuk memikirk
Setelah mengunci rapat pintu kamar. Bella duduk lemas di lantai yang dingin.Bella memeluk erat kedua betisnya dan menyandarkan kepalanya di atas lutut.Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan racauan Steve dari luar.Bella langsung menutup telinganya. Enggan mendengar perkataan Steve yang melukainya.Dadanya masih terasa sangat sakit. Ingin sekali rasanya dia berteriak kepada Steve tentang semua perselingkuhan yang dirinya sudah tahu. Tapi saat ini, dirinya harus berusaha menahan diri.Ingin melakukan balas dendam dengan membuat Steve tergantung kepada dirinya. Tapi baru saja di sentuh oleh Steve. Tubuhnya terasa begitu sesak.Apalagi mendengar perkataan Steve yang begitu menyakitkan. Seolah-olah perselingkuhannya adalah sesuatu hal biasa saja. Dan semuanya akan selesai kalau dibicarakan dengan baik dan meminta maaf.Bahkan Bella merasa, Steve tidak menghargainya sama sekali sebagai seorang istri."Ternyata selama ini, dia hanya memandangiku sebagai istri yang seperti itu..?!" mi
"Tolong! Bebaskan aku!!" lirih Nick yang kini sedang berendam di dalam kolam renang.Setelah mengantar Siska kembali ke rumahnya. Ken dan Fin kembali ke markas mereka.Nick yang sebelumnya sudah di bawa pergi oleh anggota mereka melalui pintu darurat. Kini sedang berada dalam penyiksaan."Whatt?! Bebaskan kamu berengsek!" maki Ken."Keluarkan dia..!!" titah Ken kepada anak buahnya.Bugh! Satu tendangan keras tepat di perut, tepat saat Nick diangkat keluar."Aocccchh...!!" pekik Nick kesakitan.Fin hanya duduk di sofa sambil menghisap vape miliknya.Brak ! "Apa semua ini hah..!! Apa kau masih berniat untuk menyentuh Tuan Austin dan Nyonya Bella..??!! Hah..??!!" geram Ken yang melemparkan foto-foto kepada Nick.Foto-foto yang dia dapatkan dari anak buah yang di suruhnya menyelidiki tempat tinggal Nick. Dan mereka menemukan skema dan foto-foto yang tertempel di whiteboard milik Nick."Kau memiliki berapa nyawa?? Hahh!" bentak Ken.Tap tap tapMax masuk ke dalam dengan wajah yang begitu d
"Morning love..." sapa Austin melihat Bella yang mulai merenggangkan badannya. Di hampirinya Bella yang masih meringkuk di dalam selimut.Austin yang masih mengenakan boxer longgar ikut naik ke atas tempat tidur dan ikut masuk ke dalam selimut. Memeluk tubuh Bella dan merapatkan kepalanya dengan manja di antara tengkuk leher Bella.Bella tersenyum mendapatkan sosok Austin yang manja seperti ini."Apakah ini kenyataan?" batin Bella."Bangun jam berapa, love?" suara khas bangun tidur Bella yang terdengar begitu menggoda.Bukannya menjawab, Austin malah tambah meringkuk di dalam dekapan Bella dengan sangat manja. Rambut-rambut halus di wajah Austin membuat leher dan dada Bella menjadi geli."Sayang.. geli..." manja Bella yang turut melingkarkan tangannya di kepala Austin yang sedari tadi bergerak di sekitar leher dan dadanya."Aroma tubuhmu kalau baru bangun tidur seperti ini sangat enak love...!" suara serak Austin sambil terus menarik nafas dalam untuk menghirup aroma tubuh Bella."Sem
Sedangkan Nick sampai sekarang belum dilepaskan oleh Ken dan Fin.Max juga sangat puas sengaja memberikan pelajaran kepada pria berengsek di depannya. Apalagi Tuannya belum memberikan titah lagi."Ampun.. ampun..." Nick mengemis kepada Max meminta pengampunan."Aku akan membebaskanmu! Tapi satu kali lagi kau berusaha mengganggu Tuan Austin dan Nyonya Bella!! Timah panas ini akan langsung mendarat dikepalamu!" seru Max tajam kepada Nick."I-iya Tuan! Aku berjanji...!!" jawab Nick cepat. Mengemis di sepatu Max.Bugh BughhKembalikan dia, dan tetap awasi gerak-geriknya. Seru Max dengan suara lantang ke anak buahnya."Baikkk Tuan..!!!" jawab mereka serempak."Lalu bagaimana Tuan Austin dan Nyonya Bella?" tanya Max kepada dua anak buahnya yang di tempati di rumah yang berada di sisi kiri dan kamar rumah Steve."Semuanya aman Tuan.." balas Fin dan Ken yang terus mendapatkan kabar dari anak buah nya di dekat kediaman Austin.****Austin membuka layar ponsel, ingin melihat apakah Steve sudah
Di pagi yang lain. Terlihat seorang wanita berparas cantik dan bayi mungil yang begitu cantik sedang berada di dalam tempat Gym.Bayi mungil yang tengah tertidur pulas di atas kereta bayinya."Siska aku mohon... Maafkan aku..!! A-aku sungguh khilaf melakukan semua itu...!! Pria berengsek itulah yang memancingku..!!" ujar Dom memelas kepada Siska.Setelah berpikir panjang selama satu malam. Akhirnya Siska mengambil keputusan terberat dalam hidupnya.Memang terkesan egois. Siska seolah tidak memikirkan anaknya yang masih balita. Tapi, yang Siska lakukan adalah demi anaknya juga. Meninggalkan lingkungannya saat ini dan suaminya sendiri serta masa lalu yang mungkin akan berdampak pada perkembangan putrinya."Coba kamu pikirkan tentang si cantik kita Siska..!! Kamu jangan egois seperti ini..!!" seru Dom yang mulai memakai alasan anak."Demi putri kita? Yang benar saja Dom! Apa saat kamu melakukan hal tersebut pernah terbersit walau sedikit saja bayangan putri kita?!!!" seru Siska dengan su
"Bagaimana bisa kamu menuduh kami seperti itu..!!" seru Steve mulai merendahkan suaranya tanpa menyahut kepada Austin."Menuduh?!" seringai Bella."Aku menuduh?!" ulang Bella sambil menunjuk dirinya sendiri."Hahahaha...!!" tawa Bella memenuhi ruangan."Bella come on..!! Mari kita bicara.. Hanya kita berdua please..!!!" pinta Steve melunak."Kamu sangat tahu sayang, hanya kamu yang aku cintai... Dan aku tahu, kamu juga sangat mencintaiku...!" sambung Steve berusaha meraih tangan Bella.Namun dengan cepat Bella menepisnya. Austin yang mendengarnya langsung mengepalkan kembali tangannya."Yakin? Kau mencintaiku? Atau aku hanyalah wanita bodoh yang bisa kau kontrol sesuka hatimu?! Diberikan harapan... diberikan kenyamanan.... di bahagiakan... dan akhirnya.. Ditinggalkan...!" ujar Bella melihat Steve.Steve kembali terkejut dengan penuturan Bella. Dia tidak sangka kalau istrinya merasakan hal seperti itu."Sayang... Ka-kamu salah paham...!! Semua itu aku lakukan untuk masa depan kita..!!
Setelah mengecup kening Bella cukup lama dan mengecup bibir ranum Bella yang selalu membuatnya candu, Austin membuat sebuah catatan untuk Bella.Lalu diletakkannya di atas nakas, agar Bella dengan mudah menemukannya.Austin meletakkan selimut tebal di atas tubuh Bella, dan sekali lagi mengecup pipi kekasihnya itu sebelum keluar dari kamar.Austin mengambil jasnya. Lalu memakainya kembali. Setelah itu dirinya masuk ke ruang kerja untuk mengambil sesuatu.Kemudian dirinya bergegas menuju mobilnya dan menuju ke arah kantor. Di perjalanan Austin mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.Tuut..tuut..tuutt"Iya Tuan Austin..?" sapa seseorang dari balik ponsel."Apa semuanya sudah siap..?" tanya Austin."Hari ini semuanya sudah siap Tuan.." jawab pria yang di balik ponsel Austin."Hmm, baiklah..! Kamu siapkan saja semuanya. Aku akan menghubungimu kembali..!" ujar Austin."Baik Tuan.." jawab pria tersebut.Austin memutuskan sambungan telepon."Shiit..!!! Si berengsek itu memang tidak a