Beranda / Pernikahan / Hasrat Istriku / Bangkai Telah Tercium

Share

Bangkai Telah Tercium

Penulis: sherina vellyn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-11 19:28:12

Ghiyas sudah ada di samping Naya pagi itu. Tidur memeluk Naya yang asyik memeluk gulingnya. Dan pagi itu, Naya bangun lebih dulu. Karena Ghiyas mungkin kelelahan setelah bekerja hingga tengah malam. Naya menyadari kehadirannya Ghiyas yang memeluk dirinya pagi itu.

“Mas Agi, bangun!” Naya menepuk pelan tangannya Ghiyas untuk membangunkannya.

“Mm,” gumam Ghiyas seraya memeluk istrinya itu dengan lebih erat, membuat Naya merinding.

“Mas Agi, sakit.” Naya mengeluh saat pelukan Ghiyas terlalu kencang di perutnya.

Ghiyas langsung melonggarkannya dan kemudian membuka matanya. Dia menatapi Naya yang tampak merona karena ditatap olehnya dari jarak yang nyaris punah.

“Mas Agi pulang jam berapa semalam? Kok enggak bangunin?” tanya Naya.

“Sekitar jam 23.30 udah di tempat parkir. Mana ada yang bangunin istrinya tengah malam. Ngapain coba?” Ghiyas terkekeh sambil memeluk Naya lagi.

“Buat bukain pintu?” Naya agak berpikir keras memikirkannya.

“Pintu apartemennya pakai pin otomatis, kan? Semalam jadi agak kepikiran juga, Mas udah ngasih tahu pin apartemennya apa belum, ya? Gara-gara itu Mas enggak fokus semalam,” cerita Ghiyas.

“Mas enggak ngasih tau, tapi Naya lihat waktu Mas bukain pintu apartemen waktu itu. Jadi, Naya perhatiin waktu Mas mau buka pintu. Jadinya tahu,” jawab Naya.

“Syukurlah. Takutnya enggak tahu, terus nanti kamu kalau ada apa-apa mau keluar gimana.” Ghiyas terkekeh sambil mengendus-endus bahunya Naya.

“Tok, tok, tok!”

Naya tampak menegang dan kemudian menepuk tangannya Ghiyas beberapa kali. Ghiyas sendiri langsung menoleh ke arah pintu kamar sambil mendudukkan dirinya. Naya juga mendudukkan dirinya, penasaran siapa yang datang pagi-pagi buta seperti itu.

“Kamu udah pesan delivery?” Ghiyas menatap Naya.

“Naya mau bangun aja susah, ditahan Mas dari tadi. Gimana mau pesan delivery?”

“Terus, siapa ya?”

Ghiyas lantas bangun dari kasurnya dan kemudian segera keluar dari kamar. Ghiyas lantas membukakan pintu apartemennya. Naya bangkit dari kasur dan berjalan ke pintu kamar.

“Lama banget buka pintunya, dasar pengantin baru!” Sesosok wanita muncul di pintu.

“Kak Arin? Kak Arin ngapain ke sini pagi-pagi gini?” Ghiyas mengernyitkan dahinya heran.

“Nganterin makanan. Kamu sama istri kamu itu, susah banget buat dihubungi dari semalam. Mama sampai cemas gara-gara itu. Ya ampun, berantakan banget! Kalian enggak beres-beres berapa hari?”

Sosok wanita yang merupakan kakak dari Ghiyas itu memasuki apartemen sambil membawa beberapa barang. Yang mana dia kemudian mendecak melihat ruang tengah hanya karena ada jas Ghiyas dan beberapa perlengkapan kerjanya yang berantakan.

“Aduh, mentang-mentang pengantin baru. Cepat rapikan! Jorok banget kalian ini! Naya, kamu di apartemen, enggak kerja, ngapain aja, sih? Kok, rumah berantakan diam aja?”

Wanita itu menatap ke arah Naya yang masih berdiri di pintu kamar dengan mengernyit.

“Kamu ngapain masih di sana? Kamu nunggu saya yang bersih-bersih?”

“Kak, biar aku aja.” Ghiyas menghela nafasnya dan menghampiri Naya.

“Kamu istirahat aja, di kamar. Barang kali masih sakit. Jangan buka pintu kamar. Kakak Mas OCD, enggak tahan lihat berantakan sedikit aja.” Ghiyas meminta Nata masuk dan menutup pintunya.

Naya menurut dan duduk di kasur lagi. Dia kemudian menatap ke arah sebuah tas kecil yang dia gantungkan. Naya mendekat dan kemudian mengeluarkan obat pencegah kehamilan yang disembunyikannya. Setidaknya, dirinya harus rutin mengonsumsinya.

Naya menghampiri handphonenya yang dia matikan dari semalam dan menyalakannya. Benar, orang tua Ghiyas meneleponnya beberapa kali dari semalam. Dan sekarang, temannya menelepon. Naya lantas mengangkat telepon dari Fely tersebut.

[“Naya! Gue punya berita hot tentang si Kadal Racun. Kita harus ketemu, pokoknya kita harus ketemu. Di mana? Di rumah lo? Oh, no! Lo udah nikah sekarang, apa lo di rumah suami lo? Atau lo sama suami lo punya rumah baru untuk kalian berdua?”]

“Gue tinggal di apartemen suami. Berita apa, by the way?”

Naya tertarik dengan temannya yang selalu membawa berita-berita penting. Dan sosok yang dibicarakan adalah sosok yang perlu diawasi oleh Naya karena tindakan nekatnya.

[“Ada, pokoknya kita harus ketemu dulu. Di mana? Kafe dekat RS yang biasa?”]

“No, gue enggak bisa ketemu lo dulu. Gue sakit. Gue mau istirahat sebelum gue balik kerja besok.”

[“Sakit? Sakit apa? Oh my God, pengantin baru enggak seharusnya sakit. Atau, wait! Lo sakitnya di area tertentu apa sakitnya sebadan-badan? Sakit karena luka atau sakit karena penyakit? Bakteri, virus atau apa?”]

Naya mendesis. Teman dekatnya ini harus selalu tahu secara intim.

“Gue enggak enak badan. Suami gue bilang cuman kecapean, mungkin karena acara kemarin.”

[“Oh, get well soon, babe!”]

Suara cempreng dan berisik itu memang khas sosok Fely, sahabat Naya sejak SMP, hubungan mereka sangat langgeng dengan lika-liku kehidupan yang tak main-main juga.

[“By the way, gue dengar dari sepupu gue, temennya kerja di kantor yang sama dengan lo. Katanya mereka enggak mengizinkan cewek yang punya jabatan nikah, ya? Temennya ini undur diri sebelum nikah. Kok, lo enggak? Tadi lo bilang lo masih kerja.”]

Rahang Naya langsung mengeras seketika. Baru tiga hari pernikahannya, sahabatnya sudah mencium bangkai. Naya tentunya mulai khawatir jika kantor atau Ghiyas mengetahui kelakuannya.

“Fel, lo masih selalu bisa jaga rahasia, kan?” Naya mulai gelisah sendiri.

[“Sure, what is it?”]

“Gue enggak bilang sama orang-orang kantor kalau gue nikah,” bisik Naya ke telepon.

[“Lo gila?!”] Terdengar jelas sahabatnya itu langsung menjerit kencang.

“Please, Fel. Gue enggak nyangka lo jadi orang yang pertama ngeh tentang ini. Tapi, gue punya alasan. Gue masih harus bersaing sama si Kadal Racun,” ucap Naya dengan waswas.

Naya menatap ke arah pintu, khawatir jika Ghiyas tiba-tiba masuk kamar.

[“Okay, i see. Terus kemarin lo enggak dapat cuti nikah, dong? Terus, suami lo tahu?”]

“Gue enggak dapat cuti nikah. Suami gue enggak tahu, gue harap enggak akan tahu.”

[“Lo nekat, Nay. Lo hampir senekat si Kadal Racun.”]

“Untuk bisa menang, bukankah meniru lawan bisa jadi sebuah usaha?”

Naya menghela nafasnya. Rasanya senang juga, ada yang mengerti alasannya melakukan suatu hal gila.

[“Lo ada benarnya.”]

“Nay, ayo makan dulu!”

Ghiyas tiba-tiba masuk ke kamar dan itu berhasil membuat Naya hampir melepaskan handphonenya. Naya langsung menangkapnya dan memeluknya dengan panik.

Ghiyas memperhatikan Naya yang tampak gelagapan.

“Ayo, sarapan!” ajak Ghiyas.

“Iya, sebentar. Ini lagi ada telepon.” Naya menunjuk handphonenya dengan kaku.

Ghiyas menghampiri Naya dan kemudian memeluk Naya. Membuat Naya hanya bisa menengadah dan memberikan akses untuk Ghiyas. Ghiyas mengecup wajahnya juga dengan tiba-tiba.

“Ih, Mas ngapain?” Naya tampak risi namun tak bisa melawan atau menolak.

“Telepon siapa, sih? Kok kamu gugup banget? Cowok?” Ghiyas langsung menatap ke arah handphonenya Naya. 

Naya langsung menggeleng dan menunjukkan handphonenya. 

Bab terkait

  • Hasrat Istriku   Kasus yang Sama

    “Besok kamu masuk kerja? Kamu masih bakal kerja?“ Arin menatap ke arah Naya.“Enggak apa-apa. Barang kali Naya juga nanti bingung mau ngapain kalau enggak kerja,” jawab Ghiyas mewakili Naya.Naya menatap ke arah Ghiyas yang mengambilkan makanan ke piringnya. Ghiyas sangat perhatian, dia juga membantunya untuk beradaptasi untuk menghadapi sosok kakaknya itu.“Kerja boleh, asal jangan lupa kewajiban di rumah.” Arin menatap Naya yang banyak diam.Naya hanya menganggukkan kepalanya sambil melahap makanannya. Rasa makanannya membuatnya ingin menambah, namun rasanya malu jika di depan kakak iparnya.“Mau nambah, Nay?” tanya Ghiyas saat melihat piring Naya hampir habis.“Nambah, dong! Biar jadi nutrisi buat calon bayinya juga,” ucap Arin sambil mengambilkan nasi dan lauk lagi ke piring Naya.Naya langsung tersedak, untungnya dia tidak menyemburkan apa yang ada di mulutnya dan sempat menahannya dengan telapak tangannya. Naya terbatuk karenanya dan membuat Ghiyas segera menuangkan air ke gelas

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-29
  • Hasrat Istriku   Di Balik Ambisi

    “Entahlah, gue enggak tahu pacar gue bisa ketemu orang apa enggak. Dia sibuk.”Naya menatapnya dengan tajam. Gadis yang sekarang mendekatinya sambil tersenyum manis dengan tatapannya yang tampak sinis. Keduanya menunjukkan sifat sama-sama tak suka.“Ah, gitu. Dia sibuk tapi bisa pacaran sama lo, ya? Bukannya lo juga harusnya sibuk? Kalian sama-sama sibuk tapi saling meluangkan waktu. Manis banget. Gue harap, lo enggak terlalu pakai hati. Soalnya, hati itu bisa mempengaruhi kualitas kerja. Lo enggak mau kan, kalau lo turun dari kursi manager?” Gadis itu kini mendekati Naya dan memberikan pengaruh buruk padanya.Naya menatapnya dengan tatapan tajam. Dia berusaha tak terintimidasi karena gadis bernama Cherly yang menjadi saingan ketatnya sejak semasa SMA dulu. Mereka selalu ditakdirkan bersaing.Naya dan Cherly memiliki dendam tersembunyi. Ini dikarenakan Cherly yang terus tak ingin kalah dari Naya. Bermula dari Naya yang dipilih untuk mengikuti olimpiade, dan Cherly menggunakan ayahnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • Hasrat Istriku   Yang Terbaik

    “Enggak mungkin secepat itu.” Naya melebarkan matanya menatap suaminya itu. “Bisa, kok.” Ghiyas tersenyum manis menatapi istrinya tersebut. Ghiyas berjalan mendahului Naya, membalikkan badannya untuk menatapi Naya. Dia berjalan mundur sambil memasukkan tangannya ke saku celananya. “Kamu hamil nanti, Mas harus ngadain syukuran.” “Kalau enggak?” Naya menyilangkan tangannya di depan dadanya dengan wajah menantang. “Kalau enggak, kita harus bekerja lebih keras lagi setelah kamu haid. Apa kita harus cari suasana baru nanti? Semisal di hotel?” Ghiyas mengangkat alisnya menggoda Naya di sana. “Ish!” Naya mendesis dengan senyumannya yang tipis dan kemudian berlari mengejar Ghiyas. Ghiyas langsung berbalik dan berlari menghindari Naya. Dia senang jika bisa menggoda Naya seperti itu. Dan Naya di belakangnya berlari cukup kencang, namun kakinya tak lebih cepat dari Ghiyas. *** Naya tengah memasak pagi itu. Kebetulan sekali, hari itu hari libur Ghiyas juga Naya. Membuat keduanya bangun le

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • Hasrat Istriku   Perkara Dinner

    Naya tengah merapikan meja kerjanya. Dia sudah bersiap untuk pulang hari itu. Karena malam ini, dirinya akan makan malam di luar bersama dengan Ghiyas. Hal itu membuatnya merias dirinya lagi sebelum pulang. Dia merapikan riasannya yang hampir pudar.“Wah, kayaknya ada yang bakal dinner, nih! Tumben, lo make up lagi pas mau pulang. Biasanya cuman kalau bakal dinner sama atasan atau sama tim, nih!” goda rekannya yang tengah berjalan.“Ah, apaan, sih?” Naya hanya tersenyum tipis.“Memang bakal dinner sama atasan. Yuk, Nay!” Rekan satu timnya kini menghampiri Naya.Naya langsung mengernyitkan dahinya. Pasalnya, dirinya yakin hari ini bisa pulang awal sesuai jadwal dan dirinya sudah punya janji dengan Ghiyas. Kabar mendadak seperti ini membuatnya kaget.“Memang ada? Bukannya hari ini enggak ada jadwal ketemu atasan, kan?” Naya gelisah.“Mendadak. Lo enggak baca grup setengah jam yang lalu? Itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Hasrat Istriku   Dilabrak Suami

    Tanpa rasa bersalah, Naya duduk bersama timnya dan juga atasannya yang sekarang mentraktir mereka makan makanan mewah. Naya memakan makanannya dengan tenang dan bahkan lahap, seolah tak terjadi apa-apa antara dirinya dan Ghiyas.“Pelan-pelan! Tidak akan merebutnya dari kamu.” Seorang pria paruh baya terkekeh melihat Naya.Naya dengan mulut penuh menjadi sorotan di sana. Yang membuat rekan-rekannya tertawa. Dan Naya menatap ke arah atasannya yang membuatnya menjadi sorotan dengan mulutnya yang penuh.Gadis itu hanya tersenyum dan melanjutkan acaranya mengunyahnya yang disambut gelak tawa oleh yang lainnya. Atasannya memperhatikan Naya saat Naya terus mengunyah makanan tanpa banyak bicara. Dengan mulutnya yang penuh, gadis itu tampak menggemaskan.“Naya, kamu sudah memiliki pacar?”Sontak kegiatan di meja tersebut langsung terhenti. Bahkan rekan-rekannya Naya yang hendak melahap makanannya berhenti. Dengan mata mereka yang mel

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Hasrat Istriku   Tak Mungkin Damai

    Naya berjalan memasuki kantornya seperti biasa. Dan di pintu depan, kini tampak seorang gadis yang kelihatannya memang menunggunya untuk datang. Itu membuat Naya mendecak sebal.“Morning, Naya!” sapa Cherly dengan senyumannya pada Naya.Naya tak menjawabnya dan hanya mengabaikannya. Dia bahkan tak menatapnya sama sekali.“Naya!” Gadis itu langsung menarik tas yang dibawa Naya dan membuat Naya harus berhenti.Yang ditarik tentu mendecak lagi. Menghentikan langkahnya dan menatap gadis itu.“Ayo kita berhenti!” ucapnya dengan manis.Tatapan Naya padanya semakin tajam. Sementara senyuman gadis itu tampak semakin lebar.“Lo bilang apa?” Naya meminta Cherly untuk mengulangi perkataannya lagi.“Lo tau, gue juga capek kalau harus terus-terusan menetapkan standar kesuksesan gue dengan kesuksesan lo. Gue capek kalau harus bersaing terus selama bertahun-tahun berikutnya sama lo. Ayo ki

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • Hasrat Istriku   Berusaha Mencari Solusi

    Ghiyas baru pulang malam itu. Matanya langsung menemukan Naya yang tertidur di sofa. Dengan televisi yang menyala dan tengah memutar acara favorit Naya, apa lagi kalau bukan drama Korea. Ghiyas tersenyum kecil dan melirik ke arah meja makan.Dia menghampiri meja. Kelihatannya Naya mengingatnya, dia menyiapkan makan malam untuknya. Walau Naya sama sekali tidak menghubunginya, bertanya pulang jam berapa. Naya masih perhatian, itu yang membuat Ghiyas tersenyum semakin hangat.Tak langsung makan, Ghiyas memindahkan Naya dulu ke kamar. Dan Naya sama sekali tak terganggu saat dipindahkan. Naya jika tidur memang agak sulit dibangunkan, apa lagi jika baru terlelap.Begitu menaruh tubuh istrinya itu di ranjang, Ghiyas memandangnya dengan lekat. Dia mengusap pelan pipi Naya. Perasaannya pada Naya memang nyata. Dalam lubuk hatinya, dia bertanya apa Naya mencintainya sama dengan dirinya atau tidak.***Naya membuka matanya sambil menggosoknya. Dia merentangkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • Hasrat Istriku   Hanya Karena Lunch Box

    Ghiyas tengah memilih-milih makanan yang akan dia pesan dan diantarkan langsung pada Naya. Dia tengah menimbang apa yang Naya sukai dan apa yang tidak Naya sukai selama ini.“Ghi, ayo ke kantin!” ajak Kevin seraya menepuk punggung Ghiyas dan mengintip handphonenya.“Iya, ayo! Mumpung udah kosong, terus kantin jam segini masih agak lenggang!” ucap Rendi.“Bentar.” Ghiyas langsung memesan makanannya yang akan dikirim ke Naya.Setelah selesai, Ghiyas bergabung dengan teman-temannya untuk makan siang bersama. Dia telah mengirimkan makanan untuk Naya, berharap Naya menyukainya dan akan membuat hubungan mereka semakin erat.“Ngapain dulu, sih?” tanya Gabby yang sudah menunggu mereka di kantin.“Biasa, pasutri baru yang masih bucin. Dia pilih-pilih makanan dulu buat dianter ke kantornya Naya. Sampai memperhatikan detail kecil kalau Naya enggak suka wortel yang enggak lembek,” ucap Kevin me

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-03

Bab terbaru

  • Hasrat Istriku   Epilog : Ghiyas dan Keluarga Kecilnya

    Teriakan Naya menggema di lorong rumah sakit. Dan di ruang persalinan, Naya memegang kuat brankar. Dengan Ghiyas yang berada di sisinya, mengusap halus kepala Naya. Pandangan Naya menuju ke arah kakinya yang terbuka lebar. Membuka jalan lahir untuk bayinya yang sudah tak sabar ingin keluar. Dengan keringat yang membanjiri kening bahkan hingga menetes ke pipinya.Begitu tangis bayi memecah keadaan yang mencekam itu, Ghiyas menengadahkan kepalanya. Untuk melihat bayi yang sekarang dipegangi dokter yang membantu persalinan saat itu.Senyum pria itu mengembang lebar. Matanya melirik ke arah sang istri yang kini menghela nafasnya dan berusaha menstabilkan nafasnya lagi. Kecupan mendarat berkali-kali di kepala Naya begitu Ghiyas merasakan perasaan lega dan melepaskan rasa bahagia yang dia rasakan.“Fadelico Sangga Donzello Eduardo. Itu, kan?” Ghiyas menatapi Naya yang masih terengah.Sorot mata Naya menatap Ghiyas dan menganggukkan kepalanya sambil

  • Hasrat Istriku   Pria Itu Akan Menjadi Ayah

    Ghiyas menenangkan Naya sampai Naya akhirnya tenang, setelah setengah jam. Dan dia bisa kembali berbaring untuk memejamkan matanya. Sambil mendekap Naya yang masih sesenggukan, Ghiyas berusaha untuk tidur lagi. Sementara Naya terus menatapi Ghiyas.“Naya tanyain Gabby, loh. Awas aja, kalau ternyata Mas enggak ke rumah sakit,” ancam Naya.“Iya, tanya aja sana! Orang catatan panggilannya Gabby juga masih ada di handphone Mas. Kamu mau tanya pihak rumah sakit juga boleh. Mau lihat catatan kerja Mas juga boleh.”“Naya mimpi Mas ninggalin Naya, buat orang lain. Mas bakal kayak gitu sama Naya?”“Enggak, Nay. Sama siapa, coba? Mas udah tua, siapa lagi yang mau sama Mas kalau bukan kamu?”“Banyak. Mas ganteng, kok. Mas awet muda, makanya Naya demen. Pasti banyak juga yang demen sama Mas di luar sana. Bukan Naya doang.”“Enggak, Sayang. Jangan ngajak ngobrol dulu, dong! Mas ngantuk, ni

  • Hasrat Istriku   Kelakuan Bumil

    Naya tengah menunggu Ghiyas pulang, karena Ghiyas akan membawakan beberapa makanan yang sedang ingin dia makan. Ya, dia tengah mengidam dan baru saja menghubungi suaminya yang sedang dalam perjalanan pulang, untuk menitip beberapa makanan.“Assalamu’alaikum.” Ghiyas datang membawakan pesanan istrinya yang tengah mengidam.“Wa’alaikumsalam,” jawab Naya seraya menghampiri Ghiyas dan salim padanya.Ghiyas langsung menyodorkan apa yang dia bawa, membuat Naya tersenyum lebar. Naya menerimanya dan menyajikannya di meja. Ghiyas duduk di sofa sambil menatapi Naya yang belakangan ini kehilangan nafsu makannya, namun punya keinginan yang kuat untuk mencicipi berbagai makanan.“Makannya sedikit-sedikit, nanti mual lagi kalau kebanyakan,” ujar Ghiyas.“Enggak akan. Soalnya Naya mau banget makan ini semua,” jawab Naya dengan yakin.Naya memakan setiap makanan yang dibawakan Ghiyas. Dan Ghiyas se

  • Hasrat Istriku   Kunjungan

    Naya berbaring di brankar. Matanya tertuju pada dokter yang sekarang menyingkap bajunya dan agak menurunkan sedikit celananya. Ghiyas menemani Naya di ruangan itu, untuk mengecek bayinya. Naya melihat ke arah monitor, tak sabar untuk melihat bayinya.Dokter menuangkan gel di atas perut Naya dan mengusapnya dengan alat ultrasound. Dan tampak kondisi rahim Naya di monitor. Dengan kantung janinnya yang sudah terlihat.“Usia kandungannya masih sekitar 4 minggu, belum terdeteksi detak jantungnya,” kata dokter.Ghiyas menganggukkan kepalanya membenarkan. Ghiyas tersenyum sambil melirik Naya yang menatap ke arah monitor terus. Ghiyas tahu bagaimana perasaan Naya sekarang, sejak rahimnya bersih lagi, Naya sudah menantikan kehadiran bayinya. Hingga sekarang, dia muncul.Setelah dari ruangan dokter, Naya menunggu vitamin yang telah diresepkan di farmasi sambil membaca jurnal kehamilan. Dia sudah pernah membacanya, namun entah kenapa rasanya senang memba

  • Hasrat Istriku   Hadiah Terbaik

    “Nay?!” Fely menatap Naya dengan tak percaya, dan melirik ke arah perutnya sendiri yang buncit.“Ini apa?” Ghiyas terkekeh bingung sambil menatapi dua potongan kain yang tak dikenalinya.Naya hanya tersenyum geli melihat reaksi Ghiyas. Sementara yang lainnya sekarang juga demikian, dengan perasaan gemas karena Ghiyas masih belum menyadari apa yang ingin Naya katakan dari hadiahnya itu. Bahkan Kevin sekarang mengerti apa yang menjadi hadiah ulang tahun Ghiyas.“Lebih jelasnya, lihat apa lagi yang ada di bagian bawahnya,” ucap Naya sambil tersenyum.Ghiyas mengernyit dan menarik kertas lain yang menghalangi. Dan dia menemukan sesuatu yang membuat ekspresinya langsung hilang seketika. Ghiyas meraih benda yang sudah lama tak ia lihat lagi. Dan alat seukuran stik es krim itu kini berada di genggaman Ghiyas lebih cepat.“Oh?!” Ghiyas kemudian menatap ke arah Naya dengan penuh keterkejutan.Naya terta

  • Hasrat Istriku   Surprise!

    Ghiyas yang ingin tahu apa yang sebenarnya dilakukan Naya, kini hendak membuka pintu. Namun, pintunya terkunci. Dan membuat Ghiyas menggedor-gedor pintunya secara tidak ramah.“Naya! Naya, buka pintunya!” ucap Ghiyas dengan suara yang tinggi.Namun, belum ada yang membukakan pintu untuknya. Akhirnya Ghiyas bahkan memukul pintu dengan perasaan marah. Mengeluarkan segala yang dia pendam belakangan ini. Rasa lelahnya yang datang entah dari mana, emosinya yang mendadak tak lagi stabil.“Naya! Naya, dengar Mas?! Naya, buka pintunya, sekarang!” sentak Ghiyas.Gabby di sana termangu, menatapi Ghiyas. Dia jadi agak khawatir sekarang pada Naya. Dan dalam benaknya bertanya, kenapa Ghiyas seperti ini dan apakah Naya selama ini baik-baik saja?Dan begitu seseorang membuka kunci rumahnya, tanpa membukakan pintu, Ghiyas langsung membukanya. Dan secara tak langsung membanting pintu itu. Perasaan seperti waktu itu, saat memergoki Naya bersa

  • Hasrat Istriku   Trust Issue

    “Kondisi Naya makin hari makin baik. Sampai dia pulih total, bahkan sekarang Naya jauh lebih baik dari sebelumnya. Lo suami yang baik buat dia.” Gabby melirik Ghiyas sambil tersenyum.“Gue cuman mau mendoakan yang terbaik buat lo sama Naya ke depannya. Makanya, gue mau juga didoain balik, tentang hubungan gue sama Gabby,” ucap Kevin seraya memegangi tangan Gabby.Kevin menggenggam tangan Gabby dan kemudian mengangkatnya, memamerkannya pada Ghiyas. Rendi langsung menyentil tangan Kevin hingga Kevin mendesis kesakitan dan buru-buru melepaskan tangannya dari Gabby. Gabby sendiri hanya terkekeh melihat pacarnya yang dinistakan itu.“Jangan terlalu romantis sekarang, habis nikah nanti bosan duluan,” tegur Rendi.“Emang kalau enggak romantis-romantisan sebelum nikah, nanti enggak akan bosan?” tanya Kevin.“Pastilah. Nanti banyak masalah, karena sama-sama merasa bosan dan mencari orang lain yang lebih

  • Hasrat Istriku   Rajin Bikin Debay

    Setelah tiga bulan berlalu, Naya sudah mampu untuk berjalan seperti biasa. Dan Naya sudah kembali beraktivitas seperti biasa sebagai istri rumah tangga. Mengurusi Ghiyas jauh lebih baik dari sebelumnya. Ghiyas melihat perubahan drastis dari Naya.Sayangnya, Ghiyas sering kali mendapati Naya yang bengong di jendela. Dia pasti bosan di rumah. Dan melihat Naya yang mencari kesibukan dengan membaca buku, atau mengikuti kegiatan secara daring, Ghiyas jadi tak tega terus membuat Naya mengurung diri di rumah.“Nay, kamu ada keinginan buat kerja lagi?” tanya Ghiyas sambil duduk di kasur.Ghiyas memandang Naya yang tengah asyik dengan buku bacaannya. Dan Naya segera mengalihkan pandangannya pada Ghiyas. Dia tersenyum dan menggeleng pelan.“Sebenarnya, Naya agak takut buat kerja di kantor. Tapi, menurut Mas gimana?” tanya Naya.“Kamu tahu, Mas enggak pernah ngelarang kamu bekerja, selama kamu enggak terpaku sama pekerjaan kamu.

  • Hasrat Istriku   Sosok Ghiyas

    “Kak, Kakak berarti keguguran udah dua kali dong, ya?”Ardan bertanya sambil menuangkan susu ke gelas dan menyodorkannya pada Naya yang duduk di meja makan sambil menatap ke arah televisi. Dia tengah menikmati acara kesukaannya di sana.“Iya,” jawab Naya seadanya.“Kak Ghiyas belum pulang, Kak?” tanya Ardan sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.“Belum, makanya Kakak minta kamu di sini dulu. Kamu kayaknya buru-buru banget,” ucap Naya.“Enggak juga. Cuman ... Kakak enggak takut apa sama Kak Ghiyas? Aku dengar dari Mama, katanya Kakak memang cuek banget sama Kak Ghiyas. Kak Ghiyas emang enggak pernah marah sama Kakak ya, kok pada bilang Kak Ghiyas baik banget?” tanya Ardan.Naya mengernyitkan dahinya. “Kamu sekenal apa sama kakak iparmu? Bahkan semua orang juga tahu Mas Ghiyas orangnya baik banget.“ Naya lantas terkekeh karena ucapan adiknya itu.“Mungkin memang

DMCA.com Protection Status