Share

Bab 38. Tercebur

Author: Abigail Kusuma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hunter duduk di ruang kerjanya, memandangi layar TV yang menampilkan episode kedua reality show [Bagaimana Pasangan Bangsawan Menghabiskan Waktu Liburan] Pada tayangan perdana, Briella dan Adrian tampil memesona, dikelilingi oleh pemandangan mewah di berbagai lokasi di Austria. Akting Briella tampak natural. Sulit dipercaya matanya berbinar penuh cinta mengingat betapa antipati wanita itu pada acara ini sebelumnya. Sementara Adrian, jangan ditanya bagaimana lihainya dia memanfaatkan situasi untuk melakukan kontak fisik pada Briella, dari sekadar merapikan rambut yang tertiup angin, sampai memeluk mesra.

Senyum puas muncul di wajah Hunter saat melihat rating acara yang meroket tinggi dan komentar positif yang membanjiri media sosial. Dia meraih ponselnya dan menekan nomor Richard Wright produser reality show tersebut.

“Richard, selamat,” Hunter memulai percakapan dengan nada gembira, “Aku baru saja melihat tayangan perdana. Ratingnya luar biasa! Bagaimana tanggapan dari masyarakat?”

“T
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Rencana Hunter emang WOW, hahah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 39.  Skin to Skin

    Perusahaan yang mensponsori pelayaran Briella dan Adrian di Danau Constance adalah perusahaan yacht mewah Pearl of the Sea. Perusahaan itu memiliki permintaan agar Briella dan Adrian menunjukkan fasilitas apa saja yang diberikan jika konsumen menggunakan yacht ini.Sutradara mengarahkan Briella melangkah dengan anggun melalui dek yang bersih dan mengkilap. Kamera menyorot setiap gerak-gerik mereka, menangkap suasana mewah yang membalut setiap inci kapal. Briella tersenyum lebar, berusaha memberikan kesan terbaik saat mereka mendekati salon pribadi yang terletak di bagian atas yacht.“Selamat datang di salon pribadi kami,” ujar Briella dengan semangat, membuka pintu yang menampilkan interior berkilau. Salon itu dipenuhi furnitur berlapis sutra berwarna emas dan perak, dengan cermin besar di sekeliling dindingnya. Lampu kristal menggantung anggun dari langit-langit, memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Kursi-kursi yang empuk dan meja marmer menambah kesan mewah yang menenangkan

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 40. Adrian Sakit  

    Keringat yang membanjiri tubuhnya membuat Adrian terbangun keesokan paginya. Dia ingat semalam tidur dalam keadaan demam. Kepalanya masih pusing, tapi suhu tubuhnya sudah lebih dingin. Perasaan hangat yang aneh menyebar di sekujur tubuh Adrian. Matanya yang masih setengah terpejam memandang Briella yang sedang tidur pulas di sampingnya. Tubuh mereka bersentuhan, dan Adrian terkejut sekaligus merasa gairahnya terbangkitkan saat menyadari bahwa mereka telanjang. Briella, dalam tidurnya yang tenang, memeluknya erat. Napasnya yang lembut mengalir di leher Adrian, menciptakan rasa nyaman yang sulit dijelaskan.Hatinya berdebar keras, dan dia menatap bibir ranum Briella yang merah dan setengah terbuka. Keinginan untuk mencium bibir itu sangat kuat, tapi Adrian menahan diri. Dia tidak ingin Briella terbangun dan membencinya karena tindakan impulsifnya.Dengan lembut, Adrian merengkuh wajah Briella, mengelus pipinya dengan ujung jari yang penuh kasih sayang. Dia merasakan betapa embut kulit B

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 41. Akibat Minuman

    Di tepi Danau Constance yang berada dalam wilayah negara Swiss, Produser sudah menunggu di restoran mewah. Dia tampak semeringah menyambut kedatangan Briella, Adrian, serta kru TV dan sengaja memilih restoran dengan suasana yang elegan. Musik klasik lembut mengalun di latar belakang, menambah kesan tenang dan mewah.Pelayan mempersilakan Briella, Adrian serta para kru duduk di meja yang sudah direservasi. Setiap meja sudah dilengkapi dengan gelas kristal berisi minuman selamat datang yang berkilau.“Selamat datang, Briella, Adrian, dan kru! Malam ini kita merayakan keberhasilan acara kita,” kata Produser ceria, mengangkat gelasnya. “Ayo kita bersulang merayakan kerja keras kita!”“Benarkah?” tanya sang Sutradara.“Ya! Rating acara kalian sangat tinggi. Bahkan beberapa perusahaan sudah mengantri, berminat mensponsori season selanjutnya,” jelas sang produser dengan semangat.“Aku tidak menyangka. Sukses untuk kita semua.” Sang produser mengangkat gelas.Briella dan Adrian ikut mengangka

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 42. Malam yang Panas

    Adrian menyambut ajakan Briella. Walaupun dia sendiri merasa sangat tersiksa, tapi dia tak mau membuat Briella ketakutan seperti dulu. Adrian ingin Briella merasakan momen yang indah bersamanya. Oleh sebab itu Adrian mencoba memperlambat semuanya. Alih-alih langsung menuruti Briella, dia mempermainkan cuping telinga istrinya itu.“Apa yang kau lakukan?” tanya Briella. “Masuki aku sekarang juga!”“Tidak. Kau akan membenciku kalau aku melakukannya dengan terburu-buru.” Perlahan, bibir Adrian turun ke leher Briella, menciptakan kissmark di sana. Dengan gesit dia melucuti gaun Briella dan kini keduanya sama-sama telanjang.Di bawah pancuran, kedua tangan Adrian bergerak menangkup payudara Briella. Puting merah jambunya benar-benar tegang.“Kau tahu, sejak kau memelukku, aku sangat ingin bercinta denganmu. Sayangnya kau menuduhku yang bukan-bukan.” Kedua tangan Adrian sibuk meremasi kedua payudara bulat padat milik Briella, hingga wanita itu kesulitan berkata-kata.“Ma-maafkan aku. Aku mem

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 43. Hubungan yang Perlahan Membaik

    Malam itu, Hunter mengajak Fernandez bermain. Bayi mungil itu duduk ceria di pangkuannya seraya menggenggam mainan berwarna-warni dengan tangan kecilnya yang gemuk. Sesekali mengeluarkan tawa riang yang membuat Hunter tersenyum. Fernandez menendang-nendangkan kaki kecilnya, mengeluarkan suara ceria setiap kali mainannya bergerak. Namun sesekali Fernandez menguap seraya mengucek mata.“Sepertinya dia mengantuk,” gumam Hunter. Lantas, dia segera membawa Fernandez mencari Rosalie.Rupanya Rosalie berada di dapur. Dia terlihat sangat sibuk dengan ponsel di tangan. Dia mondar-mandir, mengerutkan dahi sambil mengetuk-ngetuk layar. “Kenapa Briella harus melewatkan videocall malam ini?” dia menggerutu, terlihat frustrasi.Hunter menoleh, tertawa kecil melihat ekspresi Rosalie. “Mom tampak seperti seseorang yang baru kalah lotre. Ada apa?”Rosalie berhenti sejenak dan menatap Hunter dengan kesal. “Briella seharusnya video call dengan Nandy malam ini, dan dia tidak menjawab. Ini sudah keempat k

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 44. Ayah Briella yang Sudah Bebas Dari Penjara

    Dari Swiss, Briella, Adrian, dan kru TV bertolak ke Prancis. Di sana, orang mengomel pun terdengar seperti sedang merayu dan orang marah-marah seperti tengah membaca puisi. Briella sudah lama ingin mempelajari bahasa yang indah dan terdengar romantis tersebut. Tim TV sengaja memilihkan restoran yang dapat memandang jauh ke lokasi paling ikonik di kota Paris. Meja mereka berada di jendela besar yang mengarah langsung ke Menara Eiffel, yang bersinar dalam kemegahan malam.Sambil menikmati hidangan lezat, Briella dan Adrian saling menatap layaknya pasangan yang sedang jatuh cinta. Tatapan mereka begitu alami, bahkan sang Sutradara cukup sekali 'Take' karena takjub dengan tatapan intens keduanya.Usai makan malam yang menakjubkan Foie Gras atau hati angsa yang terkenal, coq au vin yakni hidangan utama berupa ayam yang dimasak dalam anggur merah bersama jamur, bawang, dan bacon dan ditutup dengan Crêpes Suzette dengan gabungan rasa saus jeruk dan minuman beralkohol Grand Marnier yang menye

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 45. Mengambil Sebuah Keputusan

    Briella meminta Signore Giuseppe untuk menunggu di sana bersama Nandy. Signore Giuseppe, yang sudah seperti ayah bagi Briella, duduk di kursi, tampak menikmati waktu bermain Fernandez.“Paman, tolong jaga Nandy sebentar. Aku mau menelepon Adrian dulu,” ucap Briella, sambil mengelus lembut kepala Nandy.“Tenang saja, Briella. Nandy sudah seperti cucuku sendiri,” jawab Signore Giuseppe dengan senyum penuh kasih, sambil menggoyang-goyangkan mainan mobil kecil di tangan Nandy.Briella keluar dari ruang tamu dan menuju kamar tidurnya. Dia mengambil ponselnya dari meja rias dan menekan nomor Adrian. Menunggu sambungan, dia merasa hatinya berdebar sedikit. Akhir-akhir ini, Adrian sering terjebak dalam pekerjaan yang menyita waktu.“Hallo, Adrian?” suara Briella terdengar cemas.“Ya, Briella,” suara Adrian di ujung telepon terdengar lelah tapi tetap hangat. “Jam berapa kau akan pulang?”“Tidak biasanya kau bertanya seperti ini. Padahal tadi sebelum berangkat kau sudah mengingatkanku pulang c

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 46. Benarkah Dia Pelakunya?

    Briella melangkah masuk ke rumah dengan langkah berat. Hujan salju di luar turun yang menambah dingin di hatinya. Setelah pertemuan dengan Jason yang menuduh Adrian sebagai penyebab kebangkrutan mereka, Briella merasa penuh keraguan dan kesedihan.Di kamar mandi, Briella berdiri di bawah pancuran air hangat, berusaha membersihkan bukan hanya kotoran fisik tetapi juga kegundahan yang mengusik pikirannya. “Apakah Adrian benar-benar bertanggung jawab atas kebangkrutan Dad?”Setelah mandi, Briella mengenakan pakaian santai dan melangkah menuju ruang tamu. Di sana, Fernandez bermain dengan mainan barunya. Briella tersenyum lembut ketika melihat putranya yang lucu. Dia membungkuk dan mengangkat putranya dengan hati-hati. “Hai, sayang. Mommy pulang.”Fernandez berceloteh tidak jelas dan mulai merengut, tapi segera tersenyum ketika melihat ibunya. “Oh, kau sedang asik, ya?” Briella berkata sambil mengelus kepala Fernandez lembut. “Kau pasti lapar, atau mungkin hanya butuh perhatian Mommy.”Br

Latest chapter

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Lima (ENDING SCENE) – TAMAT

    Satu tahun kemudian …Sesampainya di rumah sakit, Adrian merasakan detak jantungnya semakin cepat. Langkah-langkahnya yang biasanya mantap kini terasa berat, seolah-olah setiap langkah membawa beban kekhawatiran yang tak terukur.Ruang bersalin berada di ujung koridor, tapi jarak yang harus ditempuhnya terasa seperti berpuluh-puluh mil. Cahaya lampu yang seharusnya menenangkan justru tampak suram di matanya. Dia tak bisa berpikir jernih—yang ada hanya ketakutan akan apa yang mungkin terjadi di balik pintu ruang bersalin itu.Saat akhirnya Adrian tiba di depan pintu, dia menemukan Rosalie sedang duduk di kursi tunggu. Wajah wanita paruh baya itu tampak pucat meski dia berusaha menyembunyikan kecemasannya. Rosalie yang melihat Adrian mendekat, dia berdiri dan mencoba tersenyum, tapi kegelisahan tetap terpancar di matanya.“Bagaimana keadaannya?” tanya Adrian dengan nada cemas, suaranya bergetar meski dia berusaha terdengar tegar.Rosalie mendekatinya, menyentuh lengannya dengan lembut.

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Empat

    Senyum seringai Adrian terbentang begitu saja setelah mendengar ucapan istrinya. Dia menarik Briella mendekat, tangan Adrian yang kuat meluncur ke bawah punggungnya. Mencengkeram bokong Briella yang membulat.Tanpa keraguan Adrian menekan batangnya yang keras ke arah kewanitaan si istri. Briella tersentak senang saat Adrian menggesek miliknya. Pria tampan itu menangkup pipi Briella, menghadiahkan ciuman lapar sehingga bibir mereka terkunci dalam ciuman yang penuh nafsu.Briella melepaskan ciuman itu, terengah-engah. “Adrian,” bisiknya, matanya berkilauan karena hasrat. “Kumohon segeralah masuk. Aku membutuhkanmu.”“Aku juga membutuhkanmu, Sayang,” jawab Adrian serak.Ciuman penuh gairah mereka semakin dalam, dan tangan mereka menjelajahi tubuh masing-masing. Membelai setiap inci. Adrian menangkup payudara penuh Briella, menggoda putingnya yang mengeras dengan ibu jari.Briella mengerang, melengkungkan punggung ke arah Adrian. Dia mengusap dada suaminya, turun ke perut Adrian yang liat

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Tiga

    Briella tersenyum lembut, matanya berkaca-kaca. “Jangan khawatir, ini air mata bahagia. Kau ... kau sering kali kasar, terburu-buru. Tapi sekarang, setiap sentuhanmu penuh cinta, penuh perhatian. Kau benar-benar telah berubah, Adrian.”Ini bukan pertama kali bagi Briella disentuh Adrian sejak mereka kembali bersatu. Sentuhan Adrian sekarang penuh dengan kelembutan dan penuh cinta. Berbeda dengan dulu yang penuh nafsu seakan dirinya adalah budak seks.Mata Adrian melembut, dia menarik Briella lebih dekat, mengecup dahinya dengan lembut. “Aku menyesali banyak hal, Briella. Dulu aku terlalu dibutakan oleh amarah dan dendam, tapi sekarang aku hanya ingin kau merasakan betapa aku mencintaimu, betapa berartinya dirimu bagiku. Aku tidak akan pernah menyakitimu lagi.”Kata-kata Adrian yang tulus itu menusuk hati Briella, membuatnya tidak bisa menahan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Ini adalah air mata kebahagiaan, air mata yang berasal dari perasaan mendalam bahwa cinta sejati mereka

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Dua

    Malam itu, suasana ruang makan terasa tegang. Adrian duduk di ujung meja, tatapannya kosong dan mulutnya terkunci rapat. Briella yang duduk di sebelahnya mencoba tersenyum, tapi ketegangan Adrian begitu nyata hingga seluruh ruangan terasa sunyi. Hunter, yang duduk di seberang meja, langsung membaca situasi.“Nandy, bagaimana kalau sabtu besok kita pergi ke peternakan?” Hunter menawarkan dengan nada riang, mencoba mencairkan suasana. “Paman akan mengajarimu cara berkuda, dan kita bisa memerah susu sapi langsung dari sapinya. Bagaimana?”Mata Fernandez langsung bersinar mendengar tawaran Hunter. “Benarkah, Paman? Aku mau! Aku mau!” serunya dengan antusias, tapi dia segera menoleh pada Briella. “Tapi Mommy ikut juga, kan?”Hunter terkekeh pelan, lalu menggelengkan kepalanya. “Kali ini hanya kita, sesama pria yang pergi, Nandy. Mommy akan menunggu di sini.”Fernandez mengerutkan kening, tampak tidak puas dengan jawaban itu. “Tapi aku mau Mommy ikut bersama kita, Paman.”Adrian tampak sema

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Satu

    “Mommy, aku suka sup ini. Rasanya creamy.” Fernandez tampak senang dengan kehadiran kembali ibunya. Bocah itu selalu menempel pada Briella, dan bersikap manja. Sejak pulang sekolah, dia meminta Briella menyuapinya, padahal anak itu sebelumnya terbiasa mandiri dan makan sendiri.“Apa kau mau tambah lagi supnya, Nandy?” tanya Briella lembut, seraya menatap putranya dengan penuh kasih sayang.“Tidak, Mommy. Aku sudah kenyang. Apakah Mommy bersedia membantuku mengerjakan pekerjaan rumahku?” pinta Fernadez.Briella mengangguk dan tersenyum. “Tentu, Sayang.”Malam ini, sikap manja Fernandez tidak juga berakhir. Sehabis makan malam, dia meminta Briella membantunya mengenakan piama. Di kamar mereka yang luas dan nyaman, Adrian duduk di tepi tempat tidur, menatap Briella yang sedang membantu Fernandez mengenakan piyama. Briella tersenyum lembut, matanya penuh kasih sayang saat putra kecil mereka, duduk di pangkuannya, sudah siap untuk tidur.“Nandy, ayo tidur, Sayang.”“Mommy mau ke mana?”“Mo

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 71. Perfect Ending

    Adrian dan Briella tersenyum hangat melihat Fernandez berlari-lari di tamn, bersama dengan pengasuh. Pasangan itu duduk di kursi taman bersama dengan Rosalie dan Hunter. Tampak semua orang bahagia melihat Fernadez yang bermain dengan riang penuh kegembiraan.“Aku sudah lama sekali tidak melihat Fernandez sebahagia ini,” ungkap Hunter jujur.Menghilangnya Briella, selalu membuat Fernandez menjadi muram. Tidak jarang Fernandez menangis setiap kali merindukan Briella. Tiga tahun Briella menghilang, bukan waktu yang sebentar. Bukan hanya Fernandez yang murung sejak Briella menghilang, tapi Adrian, Hunter, dan juga Rosalie sangat terpukul. Apalagi yang mereka tahu adalah Briella dibunuh Felix dengan kejam. Hal tersebut menjadi pukulan berat di keluarga Maven.“Aku akan pastikan Nandy terus merasa bahagia, Hunter. Aku akan selalu di sisi putraku,” ucap Briella tulus, dan penuh kehangatan.Adrian membelai rambut Briella. “Ya, Sayang. Nandy akan selalu merasa bahagia. Kau sudah kembali. Kebah

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 70. Memutuskan Hubungan

    Hunter memanfaatkan jaringannya di kepolisian untuk mengusut tuntas masalah penculikan ini. Saat tahu anak wali kota diculik, polisi segera bergerak cepat menyelidiki. Semua bukti sudah jelas, anak buah Felix Jorell adalah dalang di balik penculikan anak wali kota Vienna.Hunter, yang duduk di seberang meja, tersenyum puas. “Polisi sudah melaporkan pada walikota kalau anaknya diculik,” katanya sambil menyandarkan punggung ke kursi dengan riang, menunggu kabar selanjutnya.Adrian mengangguk. “Seorang wali kota tentu saja tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja. Felix sudah membuat langkah terburuk dalam hidupnya.”Hunter tertawa kecil, membayangkan akibat dari kekonyolan anak buah Felix. “Dia pikir dia bisa mengancam kita dengan menculik Fernandez, tapi lihat apa yang terjadi. Felix pasti sedang menggigit jarinya di penjara saat ini.”Hanya dalam waktu beberapa jam setelah polisi melaporkan penculikan putra sang walikota, dampaknya langsung terasa. Seorang wali kota tentu memilik

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 69. Salah Culik

    Briella duduk di ruang tamu yang megah, menikmati aroma manis pie apel yang baru saja dipotong. Ini adalah momen yang sangat langka dan berharga baginya. Setelah tiga tahun diculik dan ditawan oleh Felix, akhirnya dia bisa merasakan kebebasan. Dia kini dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, Adrian, Fernandez, Hunter dan Rosalie.“Pie ini benar-benar enak, Mom. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku bisa duduk santai seperti ini, bersama keluarga,” ucap Briella sambil tersenyum, mengambil potongan pie apel kedua.Rosalie, yang duduk di seberang meja, tersenyum hangat. “Kau pantas mendapatkan kebahagiaan ini, Briella. Setelah semua yang kau lalui, aku harap hidupmu akan terus dipenuhi cinta dan kedamaian,” balasnya sambil menyesap teh dari cangkir porselen.Briella mengangguk pelan, menikmati setiap kata Rosalie. “Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan kalau bukan karena kalian semua. Tiga tahun bersama Felix … itu seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir.”“Kami semua

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 68. Ruang Interogasi

    Ruangan interogasi terasa pengap dengan cahaya lampu terang yang menyilaukan langsung ke wajah Felix Jorell. Dua orang polisi duduk di depannya, satu dengan ekspresi datar, sementara yang lain mencatat setiap kata yang keluar dari mulutnya. Di sudut ruangan, alat pendeteksi kebohongan dengan sensor-sensornya terpasang di tubuh Felix, mengukur detak jantung dan tekanan darah setiap kali dia berbicara.“Kapan tepatnya Anda mengenal Briella Maven?” Polisi pertama mulai membuka percakapan dengan suara rendah namun tegas.Felix menghela napas panjang seolah sedang mengingat. “Aku pertama kali bertemu dia di acara jumpa fans film Blind Devotion. Dia sangat ramah, manis, dan kami mulai sering bertukar pesan setelah itu.”Polisi pertama itu menatap Felix tanpa berkedip. “Dan apa yang terjadi setelah itu?”Felix tersenyum tipis, matanya tampak mencoba meyakinkan. “Aku sering mengirimkan hadiah padanya. Bunga, cokelat, bahkan perhiasan yang mahal. Aku sering mengajak keluar ke restoran. Briella

DMCA.com Protection Status