Briella setuju ikut meeting bersama Adrian. Mereka duduk di ruang rapat dengan suasana tegang. Di meja, peta Eropa dan dokumen terbuka lebar. Sang produser, memulai presentasi.“Jadi, kita akan melakukan syuting pada akhir November di Salzburg, Austria,” kata Sofia, “Kemudian kita akan melanjutkan ke Jerman, Prancis, Swiss, dan Italia. Semuanya sudah diatur.”Adrian tersenyum tenang walau matanya tampak berbinar. Dia berusaha mengendalikan diri sebaik mungkin. “Salzburg, kota yang menarik. Aku sudah lama ingin mengunjungi kota itu.”Briella hanya mengangguk dengan wajah murung. “Satu bulan penuh meninggalkan Fernandez.”Sang produser memperhatikan Briella dengan cermat. “Briella, apakah ada yang bisa kami bantu untuk membuat perjalanan ini lebih nyaman?”Briella menghela napas, matanya menatap kosong. “Aku hanya memikirkan Fernandez. Ini bukan waktu yang tepat untuk meninggalkannya. Aku ... aku khawatir tentang apa yang akan terjadi saat aku pergi. Anakku masih begitu kecil. Aku tida
Hunter duduk di ruang kerjanya, memandangi layar TV yang menampilkan episode kedua reality show [Bagaimana Pasangan Bangsawan Menghabiskan Waktu Liburan] Pada tayangan perdana, Briella dan Adrian tampil memesona, dikelilingi oleh pemandangan mewah di berbagai lokasi di Austria. Akting Briella tampak natural. Sulit dipercaya matanya berbinar penuh cinta mengingat betapa antipati wanita itu pada acara ini sebelumnya. Sementara Adrian, jangan ditanya bagaimana lihainya dia memanfaatkan situasi untuk melakukan kontak fisik pada Briella, dari sekadar merapikan rambut yang tertiup angin, sampai memeluk mesra.Senyum puas muncul di wajah Hunter saat melihat rating acara yang meroket tinggi dan komentar positif yang membanjiri media sosial. Dia meraih ponselnya dan menekan nomor Richard Wright produser reality show tersebut.“Richard, selamat,” Hunter memulai percakapan dengan nada gembira, “Aku baru saja melihat tayangan perdana. Ratingnya luar biasa! Bagaimana tanggapan dari masyarakat?”“T
Perusahaan yang mensponsori pelayaran Briella dan Adrian di Danau Constance adalah perusahaan yacht mewah Pearl of the Sea. Perusahaan itu memiliki permintaan agar Briella dan Adrian menunjukkan fasilitas apa saja yang diberikan jika konsumen menggunakan yacht ini.Sutradara mengarahkan Briella melangkah dengan anggun melalui dek yang bersih dan mengkilap. Kamera menyorot setiap gerak-gerik mereka, menangkap suasana mewah yang membalut setiap inci kapal. Briella tersenyum lebar, berusaha memberikan kesan terbaik saat mereka mendekati salon pribadi yang terletak di bagian atas yacht.“Selamat datang di salon pribadi kami,” ujar Briella dengan semangat, membuka pintu yang menampilkan interior berkilau. Salon itu dipenuhi furnitur berlapis sutra berwarna emas dan perak, dengan cermin besar di sekeliling dindingnya. Lampu kristal menggantung anggun dari langit-langit, memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Kursi-kursi yang empuk dan meja marmer menambah kesan mewah yang menenangkan
Keringat yang membanjiri tubuhnya membuat Adrian terbangun keesokan paginya. Dia ingat semalam tidur dalam keadaan demam. Kepalanya masih pusing, tapi suhu tubuhnya sudah lebih dingin. Perasaan hangat yang aneh menyebar di sekujur tubuh Adrian. Matanya yang masih setengah terpejam memandang Briella yang sedang tidur pulas di sampingnya. Tubuh mereka bersentuhan, dan Adrian terkejut sekaligus merasa gairahnya terbangkitkan saat menyadari bahwa mereka telanjang. Briella, dalam tidurnya yang tenang, memeluknya erat. Napasnya yang lembut mengalir di leher Adrian, menciptakan rasa nyaman yang sulit dijelaskan.Hatinya berdebar keras, dan dia menatap bibir ranum Briella yang merah dan setengah terbuka. Keinginan untuk mencium bibir itu sangat kuat, tapi Adrian menahan diri. Dia tidak ingin Briella terbangun dan membencinya karena tindakan impulsifnya.Dengan lembut, Adrian merengkuh wajah Briella, mengelus pipinya dengan ujung jari yang penuh kasih sayang. Dia merasakan betapa embut kulit B
Di tepi Danau Constance yang berada dalam wilayah negara Swiss, Produser sudah menunggu di restoran mewah. Dia tampak semeringah menyambut kedatangan Briella, Adrian, serta kru TV dan sengaja memilih restoran dengan suasana yang elegan. Musik klasik lembut mengalun di latar belakang, menambah kesan tenang dan mewah.Pelayan mempersilakan Briella, Adrian serta para kru duduk di meja yang sudah direservasi. Setiap meja sudah dilengkapi dengan gelas kristal berisi minuman selamat datang yang berkilau.“Selamat datang, Briella, Adrian, dan kru! Malam ini kita merayakan keberhasilan acara kita,” kata Produser ceria, mengangkat gelasnya. “Ayo kita bersulang merayakan kerja keras kita!”“Benarkah?” tanya sang Sutradara.“Ya! Rating acara kalian sangat tinggi. Bahkan beberapa perusahaan sudah mengantri, berminat mensponsori season selanjutnya,” jelas sang produser dengan semangat.“Aku tidak menyangka. Sukses untuk kita semua.” Sang produser mengangkat gelas.Briella dan Adrian ikut mengangka
Adrian menyambut ajakan Briella. Walaupun dia sendiri merasa sangat tersiksa, tapi dia tak mau membuat Briella ketakutan seperti dulu. Adrian ingin Briella merasakan momen yang indah bersamanya. Oleh sebab itu Adrian mencoba memperlambat semuanya. Alih-alih langsung menuruti Briella, dia mempermainkan cuping telinga istrinya itu.“Apa yang kau lakukan?” tanya Briella. “Masuki aku sekarang juga!”“Tidak. Kau akan membenciku kalau aku melakukannya dengan terburu-buru.” Perlahan, bibir Adrian turun ke leher Briella, menciptakan kissmark di sana. Dengan gesit dia melucuti gaun Briella dan kini keduanya sama-sama telanjang.Di bawah pancuran, kedua tangan Adrian bergerak menangkup payudara Briella. Puting merah jambunya benar-benar tegang.“Kau tahu, sejak kau memelukku, aku sangat ingin bercinta denganmu. Sayangnya kau menuduhku yang bukan-bukan.” Kedua tangan Adrian sibuk meremasi kedua payudara bulat padat milik Briella, hingga wanita itu kesulitan berkata-kata.“Ma-maafkan aku. Aku mem
Malam itu, Hunter mengajak Fernandez bermain. Bayi mungil itu duduk ceria di pangkuannya seraya menggenggam mainan berwarna-warni dengan tangan kecilnya yang gemuk. Sesekali mengeluarkan tawa riang yang membuat Hunter tersenyum. Fernandez menendang-nendangkan kaki kecilnya, mengeluarkan suara ceria setiap kali mainannya bergerak. Namun sesekali Fernandez menguap seraya mengucek mata.“Sepertinya dia mengantuk,” gumam Hunter. Lantas, dia segera membawa Fernandez mencari Rosalie.Rupanya Rosalie berada di dapur. Dia terlihat sangat sibuk dengan ponsel di tangan. Dia mondar-mandir, mengerutkan dahi sambil mengetuk-ngetuk layar. “Kenapa Briella harus melewatkan videocall malam ini?” dia menggerutu, terlihat frustrasi.Hunter menoleh, tertawa kecil melihat ekspresi Rosalie. “Mom tampak seperti seseorang yang baru kalah lotre. Ada apa?”Rosalie berhenti sejenak dan menatap Hunter dengan kesal. “Briella seharusnya video call dengan Nandy malam ini, dan dia tidak menjawab. Ini sudah keempat k
Dari Swiss, Briella, Adrian, dan kru TV bertolak ke Prancis. Di sana, orang mengomel pun terdengar seperti sedang merayu dan orang marah-marah seperti tengah membaca puisi. Briella sudah lama ingin mempelajari bahasa yang indah dan terdengar romantis tersebut. Tim TV sengaja memilihkan restoran yang dapat memandang jauh ke lokasi paling ikonik di kota Paris. Meja mereka berada di jendela besar yang mengarah langsung ke Menara Eiffel, yang bersinar dalam kemegahan malam.Sambil menikmati hidangan lezat, Briella dan Adrian saling menatap layaknya pasangan yang sedang jatuh cinta. Tatapan mereka begitu alami, bahkan sang Sutradara cukup sekali 'Take' karena takjub dengan tatapan intens keduanya.Usai makan malam yang menakjubkan Foie Gras atau hati angsa yang terkenal, coq au vin yakni hidangan utama berupa ayam yang dimasak dalam anggur merah bersama jamur, bawang, dan bacon dan ditutup dengan Crêpes Suzette dengan gabungan rasa saus jeruk dan minuman beralkohol Grand Marnier yang menye