“Pa?” Arga terkejut, tiba-tiba, Carlos mendekat dan langsung memberinya tamparan keras.“Dasar tidak punya otak!” marah Carlos dengan suara lantang. Sekali lagi Carlos memberi tamparan pada wajah Arga yang telah merah dengan cap lima jarinya.“Maaf, Pa.”Arga tidak berdaya, tidak bisa melawan juga. Hanya bisa mendekap pipi merahnya yang terasa sangat sakit dan panas. Bahkan, dari sudut bibirnya merembes darah segar. Dengan satu tangan, Arga mengusap dan menyeka darah itu. Hatinya terasa getir mendapatkan tamparan keras dari papa tirinya, meski semua karena kesalahannya.“Maaf? Otakmu di mana, ha? Kamu pikir dengan kata maaf, bisa menyelesaikan semuanya?” bentak Carlos semakin marah. “Bagaimana kalau perbuatan bejatmu dilihat orang lain? Bagaimana kalau Alana melihatmu? Bagaimana kalau Leo juga tau apa yang kamu perbuat ini? Hah? Apa kamu sudah memikirkan semuanya?” berang Carlos, suara dan nada bicaranya semakin tinggi.Rasa marah yang sudah tertumpuk dan membuncah dalam dirinya karena
"Bukankah sudah pernah aku katakan? Jangan pernah lagi mengirim makanan padaku!" "Aku?"Leo merasa terkejut dan kebingungan, ketika tiba-tiba, Alana mendorong pintu dan langsung masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa permisi. Ia juga meletakkan kotak bekal makanan di atas mejanya dengan hentakan keras yang menimbulkan bunyi benturan yang cukup keras. Terlihat jelas bahwa istrinya itu sedang marah dan meracau dengan cerewetnya.Leo memperhatikan Alana sambil tetap diam, ketika ia terus mengomel tentang makanan yang ia pikir adalah miliknya. Leo menunggu hingga bibir Alana lelah memakinya dan berhenti berbicara. Walaupun tidak sepenuhnya mengerti apa yang membuat Alana begitu marah padanya, ia tetap sabar mendengarkan ocehannya. Bahkan sesekali bibirnya tersenyum tipis. Rupanya, ocehan Alana sedikit mengobati kerinduannya tentang protes Alana."Apa sudah cukup?" tanya Leo setelah Alana berhenti berbicara. Mungkin bibirnya telah lelah atau mungkin juga karena Leo tidak menanggapinya, sehi
"Lepaskan dia!" Dengan kuat Leo menarik tubuh Alana ke arahnya merebutnya dari tangan Arga, sembari mendorong kuat tubuh Arga hingga pria itu mundur beberapa langkah, sedangkan Alana berpindah dalam rengkuhannya.Melihat Arga memeluk paksa Alana membuat Leo naik pitam. Niat hati ingin mendatangi salah satu karyawannya untuk membahas masalah pekerjaan, tapi matanya malah melihat Arga memaksa Alana dan merengkuh tubuh ramping istrinya. Suami mana yang tidak naik darah melihat istrinya berada dalam pelukan pria lain? Meski saat ini hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja, tapi Alana masih berstatus sebagai istrinya dan sampai kapan pun akan tetap menjadi istrinya."Jaga sikapmu kalau tidak mau aku memotong tanganmu!" hardik Leo pada Arga.Mendapat hardikan dari Leo rupanya tidak membuat Arga takut atau gentar. Setelah menegakkan tubuhnya kembali, Arga segera merapikan pakaiannya yang sempat berantakan karena pemberontakan Alana.Plak!Arga terkejut. Tiba-tiba dari arah samping, seb
"Jelaskan semua ini padaku!" Tiba-tiba Alana masuk ke dalam ruang kerja Leo, lalu membanting beberapa lembar kertas di meja kerja Leo. Leo yang sedang berbicara membahas masalah perusahaan bersama Damian pun bingung dan juga kaget. Dengan wajah marah, Alana meminta penjelasan atas apa yang belum dilihat olehnya. "Alana, ada apa?" tanya Damian yang tidak kalah kaget dan bingung juga."Lihat saja sendiri dan tanyakan padanya!" jawab Alana sembari memberi Leo tatapan tajam. Untuk menunjang kemarahannya, Alana melipat kedua tangan di depan dada memberi sikap tertutup.Untuk sementara waktu, Leo mengabaikan kemarahan Alana. Dia lebih tertarik mengambil dan memeriksa berkas yang dilemparkan Alana untuk dilihat dan dipelajari. Matanya membuka lebar setelah membaca sekilas dan memeriksa isi berkas itu."Alana, dari mana kamu mendapatkan semua ini?" tanyanya dengan wajah tegang."Dari mana aku mendapatkan itu tidak penting. Yang terpenting adalah bagaimana kamu menj
"Apa itu harus?" tanggap Alana ketika Carlos mengatakan bila mereka harus mengadakan pesta perayaan atas keberhasilannya."Tentu saja harus, Alana. Ini adalah pencapain besar," ujar Carlos dengan semangat menggebu. "Bagaimanapun, mereka harus tau kalau kamu adalah pewaris keluarga Charles yang selama ini hilang dan sudah ditemukan.""Benar, Alana. Mereka harus tau kalau kamu adalah putri Charles pemilik perusahaan ini. Bagaimanapun, siapa kamu, akan mempengaruhi perkembangan perusahaan ini," sahut Arga menimpali dan membenarnya perkataan papa tirinya.Meski Alana sempat marah pada Arga karena sikapnya yang tidak sopan kepadanya, tapi karena Arga sudah meminta maaf dan beberapa hari belakangan telah menunjukkan sikap yang baik, hubungan mereka kembali baik. Bahkan Arga sering kali menunjukkan perhatiannya pada Alana dengan sopan.Alana membagi pandang antara Arga dan Carlos sembari memikirkan dan mempertimbangkan usulan mereka. Di sisi lain, dia pikir apa yang dikatakan mereka benar. S
"Alana, makanlah!" Damian memberikan steak daging ke dalam piring Alana."Terima kasih, Om."Setelah Damian berbicara banyak hal tentang Leo, Alana lebih banyak diam dan melamun. Bahkan wajahnya tampak murung an sedih. Pikirannya seperti benang kusut yang sangat sulit untuk bisa diurai. Bahkan, ujungnya pun, Alana belum dapat menemukannya. Apalagi untu menguarainya, rasanya sangat mustahil."Jangan terlalu dibawa pusing! Ikuti saja kata hatimu dan alurnya, maka kamu akan menemukan jawaban!" ucap Damian kembali menghibur Alana, sembari mengunyah makanan di dalam mulut."Iya, Om," jawab Alana lemah.Alana merasa napsu makannya kembali hilang setelah mendengar semua cerita Damian. Makanan yang seharusnya memiliki cita rasa lezat dan merupakan makanan kesukaannya, kini terasa hambar, bahkan terasa pahit di dalam mulutnya. Mungkin karena kehidupannya saat ini lebih pahit, makanya rasa makanan yang ditelannya pun terasa pahit.Karena merasa khawatir dengan kondisi
"Alana, aku dan papa sudah merancang dan mendata semua yang perlu kita persiapkan untuk pesta besar kita," ucap Arga dengan wajah berseri-seri dan tampak bersemangat dengan senyum lebarnya.Pagi-pagi sekali saat Alana baru datang dan masuk ke dalam ruang kerjanya, bahkan belum sempat duduk, Arga sudah menyusul dan langsung memberikan lembaran kertas padanya yang dikatakan adalah data hasil diskusinya dengan Carlos tentang persiapan pesta perusahaan. Hal ini membuat Alana terbengong dan tidak habis pikir atas sikap terburu-buru Arga dan Carlos. Padahal, baru kemarin dia mengatakan pada mereka untuk tidak memikirkan tentang rencana pesta perusahaan karena beberapa hari ini perusahaan sedang mempersiapkan hal lain yang lebih penting dari sekedar pesta."Arga, bukankah sudah aku katakan, kita masih memiliki pekerjaan yang lebih penting dari sebuah pesta?" Alana mencoba untuk mengabaikannya."Alana, coba kamu baca dan pelajari saja dulu!" Arga menyodorkan kembali dokumen rancangannya itu
"Aku mau lihat gudang penyimpanan," ucap Alana.Setelah keluar dari mobil dan menapakkan kaki di tanah proyek pembangunan, Alana langsung mengenakan kaca mata hitam untuk menghalau sinar mentari yang sedikit terik. "Alana, di sana banyak barang-barang besar. Berbahaya bagi wanita masuk ke dalam," ucap Arga.Alana langsung menoleh ke arah Arga sembari melepas kacamata hitamnya untuk melihat Arga dengan jelas.“Apa hanya pada wanita saja yang berbahaya?” balas Alana dengan lirikan tajam.“Bukan begitu maksudku. Maksudku-““Bukan hanya pada kontruksi pembangunan saja yang harus mematuhi standar keamanan pekerja, tapi gudang penyimpanan bahan pokok dan lainnya pun harus memenuhi standar keamanan. Kalau semua itu sudah dipenuhi dan dilakukan, kenapa harus khawatir aku ke sana? Kecuali ada yang tidak mematuhi peraturan.” Alana semakin menajamkan pandangnya pada Arga dengan tatapan penuh arti.Sebenarnya Arga tidak bekerja di bagian proyek atau lapangan karena pria itu berdiri sebagai asist