Share

Bab 2

Penulis: Martha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-17 16:18:53
Awalnya Archie mengira itu adalah panggilan telepon salah sambung. Sambil mengerutkan keningnya, dia langsung memutuskan panggilan telepon itu.

Namun, siapa sangka, panggilan telepon itu kembali masuk.

Dia menolak panggilan telepon itu lagi dan lagi, tetapi wanita itu meneleponnya lagi dan lagi.

Archie sudah kehilangan kesabarannya, dia langsung menjawab panggilan telepon itu. Begitu panggilan telepon tersambung, terdengar suara lembut dari ujung telepon.

"Tuan, aku sungguh-sungguh. Tahun ini aku berusia dua puluh tahun, tubuhku sehat, aku masih muda dan bersih. Aku kuliah di Universitas Annora Kota Jenewa. Kualitas sel telurku pasti sangat bagus. Tolong pertimbangkan, ya."

Gerakan Archie terhenti sejenak, kerutan di keningnya makin dalam.

'Hmm? Seorang mahasiswi menggunakan cara seperti ini untuk menipu?' pikirnya.

Dia mengucapkan beberapa patah kata dengan tegas. "Jual sel telur melanggar hukum, apa kamu nggak menguasai pengetahuan umum seperti ini?"

Orang di ujung telepon terdiam, tidak mengeluarkan suara cukup lama, seolah-olah sudah dibuat terdiam oleh ucapannya.

Di ujung telepon sana, hanya terdengar suara napas yang sangat kecil, seakan-akan sedang gugup, juga seperti sedang bergumul.

Tanpa menunggu wanita itu bersuara lagi, Archie langsung memutuskan panggilan telepon itu.

Dia berjalan keluar dari ruang operasi, melepaskan setelan isolasinya, lalu melemparkannya ke dalam tempat sampah.

Dia baru menyelesaikan beberapa operasi kecil radang usus buntu, kepalanya terasa sangat sakit.

Belakangan ini, rumah sakit kekurangan staf medis, bahkan dokter penyakit dalam yang khusus menangani penyakit yang sulit dan rumit sepertinya, juga dipindahkan untuk membantu melakukan beberapa operasi. Dia sudah disibukkan sepanjang hari.

Saat berjalan melewati departemen lain, Devon Widyo kebetulan juga sudah pulang kerja, dia mengulurkan lengannya untuk merangkul Archie dan mengangkat alisnya untuk menyapa Archie.

"Eh, kebetulan sekali Archie, akhirnya kamu tertangkap juga. Ayo, temani aku minum."

Archie melirik pria itu dan berkata dengan suara dalam, "Lihatlah lingkaran hitam di matamu itu. Kalau kamu minum lagi, hati-hati nyawamu melayang."

"Jangan dibahas lagi,aku hanya sedang kesal." Sambil berjalan, Devon mengeluh, "Apa semua mahasiswi zaman sekarang polos? Tadi, ada seorang gadis yang datang berobat setelah menjual sel telurnya. Dia mengalami nekrosis ovarium dan erosi uterus, jadi kelak dia nggak bisa melahirkan anak lagi. Di dalam bangsal, dia menangis sejadi-jadinya, sampai-sampai kepalaku berdenyut sakit."

Archie tertegun sejenak, tiba-tiba saja dia teringat panggilan telepon tadi.

Suara wanita di ujung telepon tadi sangat lembut disertai malu-malu. Dari nada bicaranya yang tergagap, bisa terdengar jelas dia sangat gugup, tetapi juga bersungguh-sungguh.

Usia dua puluh tahun, adalah usia yang masih cukup muda.

Kalau dia melihat iklan menjual sel telur di suatu tempat, memang ada kemungkinan bisa tertipu.

Sorot matanya berubah menjadi sedikit gelap. Dia mengeluarkan kunci mobilnya, lalu masuk ke dalam lift.

Dia bukanlah orang baik, juga malas untuk memedulikan begitu banyak urusan yang memusingkan. Sebagai seorang dokter, dia juga tidak bisa menghentikan orang yang ingin cari mati.

Setelah sampai di tempat parkir bawah tanah, Archie langsung berjalan ke arah mobilnya dan menyalakan mesin mobilnya.

Devon masih mengetuk-ngetuk jendela mobilnya dan berkata, "Eh, kamu mau pergi atau nggak? Ayo pergi minum."

"Nggak mau."

Setelah mengucapkan dua kata itu, Archie langsung menginjak pedal gas, Land Rover itu pun melaju dengan cepat.

...

Pada pukul sepuluh malam, dia menerima panggilan telepon itu lagi.

Archie sedang mandi, ponselnya yang terletak di wastafel berbunyi. Tanpa melirik layar ponselnya, dia membuka kunci layarnya dan menekan tombol jawab.

"Tuan, aku benar-benar bersungguh-sungguh, aku sangat kekurangan uang. Aku nggak akan lapor polisi, aku akan menjaga rahasia ini. Bisakah Tuan memberiku kesempatan?"

Suara wanita yang familier itu kembali terdengar, kali ini disertai isak tangis, seolah-olah sedang menghadapi masalah darurat.

Nada bicara yang putus asa sekaligus panik itu, Archie sudah sering mendengarnya di luar bangsal pasien yang mengidap penyakit berat. Yah, mungkin wanita itu sedang menghadapi kesulitan, tetapi tidak punya uang, jadi begitu tidak berdaya.

Archie menjulurkan kepalanya, melirik nomor yang familier baginya itu, ekspresinya tampak tidak sabar.

Tidak tahu orang bodoh mana yang salah menulis nomor di iklan hingga nomornya yang tercantum di iklan itu, atau wanita itu sendiri yang salah menekan satu angka.

Intinya, secara tak terduga, wanita itu berakhir menghubunginya.

Dia tidak ingin banyak ikut campur dalam urusan orang lain.

Dia mengangkat lengannya, hendak memblokir nomor itu. Namun, tiba-tiba dia teringat percakapannya dengan Devon sebelumnya. Apa semua mahasiswi zaman sekarang polos?

"Dia mengalami nekrosis ovarium dan erosi uterus, jadi kelak dia nggak bisa melahirkan anak lagi ...."

Archie berubah pikiran, dia berkata dengan nada dingin, "Apa kamu masih perawan?"

Orang di ujung telepon jelas tertegun. "A ... apa?"

"Bukankah kamu bilang kamu sangat bersih? Apa kamu masih perawan? Kalau masih perawan, kita bisa bicarakan. Kalau bukan, aku nggak mau."

Archie sengaja menggertaknya.

Livia tertegun selama setengah menit, wajahnya mulai terasa panas. Kemudian, dia berkata dengan suara yang sangat rendah seperti suara serangga, "Ya."

Pergerakan Archie langsung terhenti.

Air dari atas kepalanya terus mengalir. Karena sudah lama, suhu air juga sudah sedikit dingin, air terus mengalir dari atas kepalanya menuju ke ujung kakinya.

Archie merasakan sekujur tubuhnya terasa sedikit panas, bahkan air yang sudah mulai dingin itu juga tidak bisa meredakan gejolak dalam dirinya. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengucapkan tiga kata dengan dingin.

"Aku periksa dulu."

Bab terkait

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 3

    "Ba ... bagaimana cara periksanya?" kata wanita itu dengan tergagap, seakan-akan sedikit gemetar. Dia berusaha keras menekan kegugupan dalam ucapannya."Di mana kamu? tanya Archie dengan santai.Livia menjawab dengan pelan, "Fakultas Desain Arsitektur Universitas Annora Kota Jenewa.""Arsitek?""Hmm ...." Livia membenamkan kepalanya ke dalam lengannya, setengah dari wajahnya sudah merah.Dia merasa dirinya sudah memperalukan identitas ini.Archie mematikan keran air, menarik handuk dan menyeka tangannya hingga kering. Sambil menggenggam ponselnya, dia berjalan keluar dari kamar mandi.Dia tidak punya kebiasaan membawa orang asing ke rumahnya.Namun, sekarang sudah sangat larut, dia tidak ingin keluar.Dia sedang bertaruh, bertaruh apakah wanita polos ini akan datang atau tidak.Kalau wanita itu datang, dia akan menggertaknya.Karena itulah, dia menyebutkan alamat apartemennya. "Baliom, Gedung 6, 1009. Kemarilah."Wajah Livia terasa sangat panas, bahkan leher dan telinganya sudah memera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 4

    Wajah Livia langsung memerah.Kepalanya seperti berdengung-dengung, sekujur tubuhnya mulai terasa kaku.Dia tidak menyangka pria yang terdengar ganas dalam panggilan telepon, ternyata adalah sosok pria yang berparas tampan dan tampak elegan seperti ini. Hanya berdiri di sana saja, ketampanan pria ini sudah bisa membuat orang lain tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.Namun, aura dingin sekaligus menjaga jarak yang terpancar dari tubuh pria itu, membuatnya tidak berani mendekat.Pria itu kelihatan seperti baru selesai mandi, rambut pendeknya masih sedikit basah. Ekspresi dingin sekaligus malas menghiasi wajahnya.Livia mengangguk dan berkata dengan wajah memerah, "Ya, itu aku.""Ikut denganku."Pria itu hanya mengucapkan dua kata tersebut, lalu langsung berbalik dan berjalan menuju ke arah lift.Livia beranjak dari sofa dengan kaku. Dengan pikiran kosong, dia melangkah mengikuti langkah pria itu....Apartemen ini dirancang dengan gaya mewah, satu lantai hanya dua unit. Setelah kelu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 5

    Pupil mata Livia mengecil seketika, ekspresinya tampak pucat sekaligus gugup, punggungnya menempel erat pada pintu."Aku benar-benar sudah menyesal. Tuan, aku mohon lepaskan aku. Aku berjanji nggak akan datang lagi ...."Archie mengalihkan pandangannya ke bawah. Melihat wanita itu berlinang air mata, mata memerah, hidung juga memerah, benar-benar tampak menyedihkan.Dia pun bertanya dengan nada dingin, "Kamu benar-benar nggak jadi jual?"Livia buru-buru menggelengkan kepalanya. "Nggak, nggak jual lagi.""Kelak juga nggak jual lagi?"Air mata Livia langsung mengalir tanpa permisi. Dia berkata dengan suara bergetar, "Nggak akan lagi. Aku mohon padamu, biarkan aku pergi. Aku akan berterima kasih padamu seumur hidupku."Archie menepuk-nepuk pundak wanita itu.Cukup kurus, terasa hanya seperti berbalut tulang saja, daging di tubuh wanita itu nggak terlalu terasa.Dia mengalihkan pandangannya dan berkata, "Pergi sana."Sambil menangis, Livia menoleh untuk membuka pintu. Namun, pintu tetap ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 6

    Archie tidak menyangka dia akan kembali lagi.Dia melihat wajah penuh air mata wanita itu, seakan-akan terlihat lebih menyedihkan daripada tadi. Bibir wanita itu terluka akibat gigitan sendiri, matanya memerah dan membengkak, air mata mengalir tanpa suara, air mata kesedihan sekaligus putus asa.Seakan-akan terpicu oleh sesuatu.Dia melangkah ke samping, bersandar di lemari anggur anggurnya."Apa kamu yakin?"Jari-jari Livia bertautan dengan erat. "Aku kekurangan uang.""Aturannya masih sama, lepas celana."Archie mengucapkan satu kalimat itu dengan datar, dia ingin lihat apakah wanita itu benar-benar akan menyerahkan diri sendiri atau tidak.Dengan ekspresi sedih, Livia menutup pintu, berjalan masuk, lalu mulai melepaskan mantelnya.Tanpa butuh waktu lama, lapisan kain tipis yang menutupi tubuhnya sudah dibukanya dan dilemparkannya ke lantai.Selanjutnya adalah celananya.Dengan iringan suara ritsleting terbuka, celana jins longgar itu langsung meluncur ke lantai, hanya tersisa dua da

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 7

    Setelah keluar dari Baliom, Livia naik MRT sendiri, kembali ke asramanya.Teman-teman sekamarnya ada jadwal kuliah, jadi tidak berada di asrama. Dia segera masuk ke kamar mandi untuk mandi. Sejauh mata memandang, dia melihat bekas ciuman di sekujur tubuhnya, bekas merah kebiruan itu tampak sedikit mengejutkan.Pria semalam tidak terbilang lembut, bahkan lebih mendekati kasar.Dia menghabiskan waktu cukup lama untuk menggosok, membersihkan dirinya. Kemudian, dia mengenakan baju tidur dan keluar dari kamar mandi, lalu berbaring di atas tempat tidur dan menghela napas lega.Suasana dan aroma yang familier di sekelilingnya, membuatnya merasa sedikit tenang.Livia mengambil ponselnya, lalu melihat ponselnya sejenak. Archie masih belum mentransfer uang untuknya.Setelah melihat kolom obrolan yang kosong itu dan bergumul cukup lama, dia mengetikkan beberapa patah kata. Wajahnya terasa panas dan memerah, pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri dan menghapus pesan itu.'Sebaiknya aku tunggu s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 8

    Archie mengangkat alisnya, mengeluarkan ponselnya, lalu membuka kolom obrolan dengan wanita itu."Kamu butuh berapa banyak?" tanyanya pada wanita itu.'Aku butuh berapa banyak?'Livia juga baru pertama kalinya melakukan hal seperti itu, dia tidak terlalu mengerti harga pasaran. Namun, biaya operasi ayahnya pasti sangat mahal.Livia tergagap, dia tidak tahu berapa nominal yang harus disebutnya.Melihat ekspresi wanita itu, Archie mengetikkan beberapa patah kata di ponselnya. Beberapa detik kemudian, dia membacakan informasi yang diperolehnya."Kalau berdasarkan harga pasaran jual sel telur, diploma 40 juta sampai 60 juta, S1 100 juta sampai 160 juta, mahasiswi dari universitas bergengsi, dimulai dari 200 juta."Dia mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu dan bertanya, "Kamu butuh berapa banyak? 100 juta atau 200 juta?"Livia tidak menyangka pria itu bahkan sudah mengetahui hal ini.Harga yang disebutkan oleh pria itu, sudah jauh lebih tinggi daripada yang harga yang tercantum di ikl

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 9

    Livia langsung membelalak kaget, dia menatap pria itu dengan tatapan tidak percaya.Dia sudah melakukan hal ini dengan sangat rahasia, bahkan saat menelepon, dia juga akan mencari sudut yang tidak ada orangnya. Bagaimana pria ini bisa mengetahuinya?"Nggak, aku nggak melakukannya! Kamu jangan berbicara sembarangan!"Livia menggigit bibirnya, seakan-akan takut ada sesuatu yang akan terekspos. Malas berinteraksi lebih lama lagi dengan pria itu, dia langsung berbalik, hendak melarikan diri ke atas.Diego langsung menarik lengannya, menariknya kembali dengan mudah."Jangan lari. Aku tahu kamu kekurangan uang, keluargaku sangat kaya. Bagaimana kalau begitu saja? Kamu tidur denganku satu malam, aku akan memberimu dua puluh juta. Bagaimana?"Livia tidak menyangka pria ini akan berbicara begitu blak-blakan.Dalam sekejap, ekspresinya langsung berubah menjadi pucat. Ya, dia merasakan penghinaan dipermainkan dan dipandang rendah orang lain.Biarpun tadi malam dia sudah menjual dirinya sendiri da

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 10

    "Hmm? Seperti apa?" Begitu mendengar tentang uang, Livia mendengarkan dengan serius."Malam ini ada kegiatan, bekerja paruh waktu di sebuah bar. Hanya perlu menuangkan minuman dan mempromosikan minuman saja. Satu malam dua juta, ada bonus juga. Apa kamu berminat?"'Mempromosikan minuman?'Livia merasa sedikit ragu, dia tidak pernah mengerjakan pekerjaan seperti ini, tetapi dia juga tahu bar-bar adalah tempat berkumpulnya berbagai jenis orang, bukanlah tempat yang sederhana.Namun, memikirkan bayaran yang bisa diperolehnya satu malam adalah dua juta, hatinya benar-benar tergerak.Biasanya, dia bekerja sebagai kasir di supermarket, juga hanya bisa memperoleh dua ratusan ribu lebih satu hari. Dibandingkan dengan biaya pemulihan yang dibutuhkan oleh ayahnya, benar-benar tidak ada apa-apanya.Dia perlu terus menerus menghasilkan uang, dia baru bisa tenang."Jangan khawatir, ini adalah bar kelas atas. Temanku sudah pernah bekerja paruh waktu di sana beberapa kali, nggak ada masalah. Itulah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 50

    Ruang tamu gelap gulita, lampu tidak dinyalakan.Archie berjalan ke arah kamar tidur, melihat pecahan gelas berserakan di lantai dekat kepala tempat tidur. Di atas tempat tidur, ada seseorang yang meringkuk di dalam selimut hingga sudah hampir tidak kelihatan.Archie segera menyingkirkan selimut itu. Dia melihat wajah wanita itu memerah, kedua mata wanita itu terpejam, tampak sangat menderita.Hanya dengan sekali pandang saja, dia sudah tahu ada yang tidak beres."Kamu demam?"Archie mengerutkan keningnya, mengangkat lengannya, lalu menyentuh dahi wanita itu dengan punggung tangannya.Saking tingginya suhu tubuh wanita itu, ujung jarinya sampai bergetar sejenak.Suhu tubuhnya sudah terlalu tinggi!Archie melihat ke sekeliling, tidak menemukan adanya termometer. Dia segera kembali ke apartemennya dan membawa kotak medis kemari. Kemudian, dia mengeluarkan termometer untuk mengukur suhu tubuh wanita itu.Hasilnya 39,9 derajat.Saking tingginya suhu tubuhnya, otak wanita itu bahkan sudah h

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 49

    Livia tidak sempat memikirkan untuk makan lagi, dia segera beranjak dan berlari menaiki tangga.Hingga dia menaiki satu langka dengan terengah-engah, dia mendengar suara langkah kaki pria itu dari lantai bawah. Kemudian, terdengar suara pemantik api dinyalakan, seperti sedang menyalakan rokok.Melalui celah belokan tangga, Livia bisa melihat dengan jelas sosok bayangan seseorang di lantai bawah itu.'Benar-benar dia!'Pria itu tampaknya tidak menyadari keberadaannya, tubuh yang tinggi dan tegap itu tengah bersandar dalam posisi miring pada sandaran tangan dengan sebatang rokok di antara jari-jari rampingnya, menghembuskan asap rokok dengan santai.Pria yang elegan, sekaligus bajingan.Livia tidak tahan berlama-lama di tempat itu lagi. Dia memperlambat langkah kakinya, melarikan diri di lantai atas dengan hati-hati....Sore harinya, hujan deras di luar.Awan hitam tampak berkejar-kejaran di langit, petir bergemuruh tiada henti. Setengah bagian dari langit sudah tampak gelap, bahkan par

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 48

    Sepulang ke rumah, Livia terjaga sepanjang malam.Hingga fajar menyingsing, dia juga tidak berhasil menemukan solusi yang bagus.Saat berangkat bekerja keesokan harinya, dia juga tidak berani langsung keluar. Dia mengintip dari balik pintu sangat lama, hingga pria yang tinggal di apartemen seberang itu pergi, dia baru keluar perlahan-lahan.Baru tiba di perusahaan, dia menerima pesan dari Daniel, pria itu mengatakan hari ini akan pergi dinas, dalam beberapa hari ini tidak akan berada di Kota Jenewa, tidak bisa membimbingnya lagi, memintanya untuk mengikuti progres proyek bersama rekan kerjanya.Livia sibuk bekerja seharian di rumah sakit.Dia bekerja bersama seorang rekan kerjanya yang merupakan seorang insinyur yang sudah memiliki lima tahun pengalaman konstruksi. Semua orang memanggilnya Linda, adalah seorang arsitek yang memegang wewenang paling tinggi selain Daniel di seluruh departemen desain, juga merupakan orang dengan temperamen paling buruk.Linda tidak menyukai Livia, kali in

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 47

    Ternyata pria itu memasang kamera pengawas di dalam rumah!Bahkan menyalin rekaman itu, memutarnya lagi dan lagi di hadapannya!Benar-benar sudah gila!Jantung Livia berdegup dengan kencang, dia melompat ingin merebut ponsel pria itu. Namun, Archie jauh lebih tinggi darinya. Menghadapi pria itu, dia seakan-akan tidak tahu diri.Livia menurunkan suaranya dan bertanya pada pria itu, "Sebenarnya apa yang kamu inginkan?"Archie mematikan ponselnya, lalu mencubit wajah wanita itu dan lanjut menciuminya.Saat ini, kemampuan pengendalian dirinya dan sikap tenangnya sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak, samar-samar hanya tersisa sifat buruk seorang pria yang tersimpan dalam dirinya. Dia hanya ingin menindas wanita ini, mempermainkan wanita ini sesuka hatinya.Tepat pada saat ini, terdengar suara getaran dari arah tubuh Livia.Dia melepaskan dirinya dari pria itu, mengeluarkan ponselnya dan melirik layar ponselnya. Nama Daniel tampak berkedip-kedip di layar ponselnya.Saat dia hendak menja

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 46

    "Kamu ...."Sebelum Livia selesai berbicara, pria itu langsung menundukkan kepala dan mencium bibirnya, ciuman yang cukup keras dan dalam.Napas dan suhu tubuh pria itu terasa panas. Aroma alkohol yang menyengat disertai dengan aroma khas pria itu langsung menusuk indra penciumannya. Ciuman itu mengintimidasi pernapasannya, cukup kuat seperti hukuman yang ganas."Archie ... lepaskan."Livia dicium oleh pria itu sampai-sampai hampir tidak bisa bernapas. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong pria itu.Namun, upayanya itu sama sekali tidak membuahkan hasil.Pria itu sama sekali tidak mengizinkannya untuk melarikan diri. Ciuman panas itu kian dalam, seakan-akan melahap semua suara isakan dan teriakan rendahnya hingga lenyap tak bersisa.Livia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi telapak tangan pria itu menahan pinggangnya, membenamkan tubuhnya ke dalam tubuh pria itu.Jari-jari ramping pria itu melewati sela-sela rambut panjangnya dan menahan bagian kepalanya, memaksanya u

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 45

    Akhirnya hukuman sudah selesai dijalankan.Seakan-akan bebannya sudah terangkat, Livia duduk kembali ke sofa. Dia merasakan sebagian besar energinya sudah terkuras habis.Sekelompok orang pria kalangan kelas atas ini benar-benar pandai bermain.Ronde berikutnya dimulai, Devon yang tetap bertugas membagi kartu, sedangkan orang-orang lainnya membuka kartu.Sesuai dugaan, kali ini yang mendapatkan kartu AS hati adalah Archie."Eh, kena Dokter Archie."Archie melemparkan kartunya ke atas meja dengan santai, kilatan tajam melintas di matanya."Aku pilih ...." Dia melirik orang-orang di sekeliling ruangan itu, lalu berkata, "Jujur.""Sudah kuduga dia pasti akan pilih Jujur. Dengan karakter pembersihnya, jangan harap dia akan mencium sembarang orang."Devon terkekeh pelan, kilatan licik melintas di matanya.Benar saja, pertanyaannya langsung bersifat eksplosif. "Kapan terakhir kalinya kamu melakukan hubungan intim? Satu malam berapa kali?"Sambil bertopang dagu, samar-samar Archie melirik ora

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 44

    Livia bahkan tidak perlu menoleh, dia sudah tahu siapa orang itu.Dia sedang kooperatif dengan Daniel dalam menerima hukuman, untuk apa pria itu menatapnya seperti itu?Livia tidak sempat memedulikan tatapan pria itu lagi, dia hanya fokus menyuapi Daniel minum.Di belakangnya, sorot mata Archie tertuju pada wanita itu. Makin lama, sorot matanya makin dalam.Dari sudut pandangnya, setengah bagian tubuh wanita itu miring menghadapnya. Kebetulan, dia bisa melihat pinggang ramping wanita itu, serta lekuk tubuh indah wanita itu.Seminggu yang lalu, tubuh itu masih berada di bawahnya, pinggang ramping itu hampir saja patah dibuatnya.Namun, seminggu kemudian, wanita itu malah menyuapi pria lain. Apakah ini yang wanita itu maksud dengan berusaha menaikkan status sendiri dengan mengandalkan kemampuan sendiri?Archie memijat-mijat keningnya, dia merasa makin kesal.Di sisi lain, setelah menyuapi Daniel minum satu gelas, di bawah sorakan orang banyak, Livia kembali menuangkan minuman.Livia mele

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 43

    Daniel berkata, "Aku akan menggantikannya menerima hukuman."Ada orang yang ingin memanas-manasi situasi, berseru, "Eh, Pak Daniel sedang memainkan peran sebagai pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik?"Daniel tersenyum dan berkata, "Aku yang membawanya kemari, tentu saja aku yang melindunginya. Dia masih muda, aku nggak bisa membiarkannya ditindas, kalian juga jangan menakut-nakutinya.""Jangan bicara begitu, kami hanya menanyakan sedikit pertanyaan, nggak melakukan apa pun.""Lihatlah ciuman panas tadi, itu baru cara bermain kami biasanya."Satu per satu dari mereka mulai berkomentar, seakan-akan menyudutkan Livia.Livia menggigit bibirnya. Dia baru saja mengatakan dia ingin menerima hukuman sendiri, tetapi Daniel sudah terlebih dahulu buka suara."Aku akan menggantikannya menerima hukuman dua kali lipat itu."Begitu mendengar ucapannya, beberapa orang lainnya juga tidak mempersulitnya lagi, melainkan melambaikan tangan dan memberinya hukuman yang mudah."Kalau begitu minum dua ge

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 42

    Livia baru pertama kali menyaksikan pemandangan seperti itu, dia langsung tercengang.Orang-orang di sekeliling bersorak tanpa henti. Sementara itu, kedua insan itu berciuman tanpa henti, tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, bahkan ciuman mereka makin kian memanas.Samar-samar, dia bisa melihat pria itu sudah memasukkan tangannya ke dalam gaun wanita tersebut ....Hingga sebuah tangan besar menutupi pandangannya.Livia mendongak, melihat wajah tampan sekaligus hangat Daniel. Sorot mata hangat itu seakan-akan bisa membersihkan sedikit debu dalam hatinya.Daniel mendekati telinganya dan berbisik, "Jangan terlalu takut, biasakan diri saja."Membiasakan diri?Apakah kelak dia harus sering-sering membiasakan diri dengan situasi dan pemandangan seperti ini?Livia menundukkan kepalanya, suasana hatinya sedikit rumit, sulit dideskripsikan dengan kata-kata.Melalui sudut matanya, dia melirik ke arah kananya. Dia mendapati Archie sedang bersandar di sofa dengan malas. Dari sudut pandangn

DMCA.com Protection Status