Share

Bab 8

Penulis: Martha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-17 16:18:53
Archie mengangkat alisnya, mengeluarkan ponselnya, lalu membuka kolom obrolan dengan wanita itu.

"Kamu butuh berapa banyak?" tanyanya pada wanita itu.

'Aku butuh berapa banyak?'

Livia juga baru pertama kalinya melakukan hal seperti itu, dia tidak terlalu mengerti harga pasaran. Namun, biaya operasi ayahnya pasti sangat mahal.

Livia tergagap, dia tidak tahu berapa nominal yang harus disebutnya.

Melihat ekspresi wanita itu, Archie mengetikkan beberapa patah kata di ponselnya. Beberapa detik kemudian, dia membacakan informasi yang diperolehnya.

"Kalau berdasarkan harga pasaran jual sel telur, diploma 40 juta sampai 60 juta, S1 100 juta sampai 160 juta, mahasiswi dari universitas bergengsi, dimulai dari 200 juta."

Dia mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu dan bertanya, "Kamu butuh berapa banyak? 100 juta atau 200 juta?"

Livia tidak menyangka pria itu bahkan sudah mengetahui hal ini.

Harga yang disebutkan oleh pria itu, sudah jauh lebih tinggi daripada yang harga yang tercantum di iklan yang ditempel di kamar kecil sekolah. Dia merasa sedikit kebingungan harus melakukan apa.

Dia menundukkan kepalanya dan berkata, "Seratus juta."

Archie membuka layar ponselnya. Hanya dengan menggerakkan jari-jarinya, dia sudah mentransfer sejumlah uang pada wanita itu.

Mendengar suara notifikasi ponselnya, secara naluriah Livia melirik layar ponselnya. Saat dia melihat nominal yang diterimanya, dia agak terkejut.

Dua ratus juta.

Pria itu memberinya dua kali lipat dari yang dimintanya.

Livia menatap pria itu dengan agak terkejut, dia terkejut oleh nominal fantastis yang dikirimkan oleh pria itu padanya. Bagaimanapun juga, dia tidak menjual sel telurnya, dia juga bukan wanita yang dipelihara oleh pria itu. Secara naluriah, dia merasa pemberian pria itu sudah terlalu banyak.

Archie menyimpan ponselnya, lalu mengangkat kepalanya, melirik wanita yang berdiri mematung di sana.

"Masih nggak pergi juga?"

Dia sengaja memberi lebih banyak sebagai uang jajan untuk wanita itu.

Sebagai seorang mahasiswi, seharusnya uang sejumlah ini sudah cukup untuk membiayai kehidupan sehari-harinya dalam jangka waktu yang cukup panjang, tidak perlu sampai melakukan tindakan bodoh seperti menjual sel telur lagi.

Livia tersadar kembali. Sambil mengatupkan bibirnya dengan rapat, dia menerima uang itu.

"Terima kasih." Dia berterima kasih dengan suara lembut.

Sambil fokus pada layar komputer, tidak terlihat gejolak emosi apa pun di paras tampannya. Nada bicaranya tetap tenang sekaligus dingin.

"Selanjutnya."

Livia segera keluar dengan membawa resep obat itu.

Di luar, kebetulan dia bertemu dengan Devon yang hendak memasuki ruangan. Saat mereka saling berpapasan, Devon melirik resep obat dalam genggamannya. Sorot mata pria itu tampak penuh arti.

Pikiran Livia hanya fokus untuk mengambil obat, dia bergegas pergi.

Devon berjalan memasuki klinik dan berkata dengan nada bicara seperti orang bergosip, "Sejak kapan dokter Gastroenterologi, memberi obat Ginekologi untuk pasien?"

Archie hanya meliriknya sekilas.

"Itu bukan urusanmu."

Devon mendekati meja kerja Archie, pandangannya tertuju pada tubuh rekannya dan melihat di area gulungan lengan baju rekannya itu tampak beberapa bekas cakaran samar di lengan rekannya itu.

Dia langsung menunjukkan sorot mata penuh arti.

"Pantas saja semalam kamu nggak mau minum bersamaku, ternyata kamu sudah punya aktivitas lain."

Fokus Archie tetap tertuju pada komputernya, dia berkata dengan nada bicara tenang sekaligus datar, "Kamu menerobos masuk pada jam kerja hanya untuk membicarakan hal ini denganku?"

Devon berkata, "Adik yang barusan keluar tadi adalah pacarmu?"

"Nggak juga."

"Oh, kalau begitu, pasangan cinta satu malam? Kulihat cara berjalannya agak aneh, jangan bilang kamu sudah melukainya."

Archie mendongak, melirik lawan bicaranya itu. "Apa kamu kurang kerjaan?"

Devon tersenyum dan berkata, "Seorang pria perfeksionis dan terkesan sulit didekati, ternyata seleramu seperti ini. Kukira kamu suka yang cantik dan seksi, siapa sangka ternyata kamu suka yang polos, yang rasanya unik."

'Memangnya unik?'

Archie mengingat kembali momen di ranjang tadi malam. Di bawah cahaya lampu yang menyilaukan, sekujur tubuh wanita itu tampak bersih, putih dan kurus, lekuk tubuh yang indah, kesan polos dan memesona berpadu menjadi satu. Mata memerah, tampak menyedihkan, sangat mudah menyulut hasrat seorang pria.

Memang seperti seekor kelinci, yang membuat orang tergerak untuk menyentuhnya.

"Bicarakan yang penting saja." Archie tersadar kembali, dia malas berbicara omong kosong dengan Devon.

Devon berkata dengan ekspresi serius, "Akhir pekan ini, Daniel berulang tahun, dia memintaku untuk memberitahumu, kumpul di Bar Niggi."

"Oke."

Selesai berbicara, Archie langsung mengusir rekannya itu keluar dari kliniknya.

...

Begitu berjalan keluar dari rumah sakit, Livia langsung mentransfer uang kepada ibunya.

Setelah berpikir sejenak, dia memutuskan untuk mentransfer setengah dulu untuk berjaga-jaga kalau lain kali ibunya meminta uang lagi, baru dia transfer lagi.

Tanpa butuh waktu lama, uang itu langsung diterima tanpa mengirimkan satu kalimat balasan pun. Walaupun hanya melalui layar ponsel, dia juga bisa merasakan sikap dingin dan tidak sabar dari sosok di ujung telepon.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Livia mengirimkan sebuah pesan kepada kakaknya.

"Tolong beri tahu aku hasilnya setelah Ayah selesai operasi."

Orang di ujung telepon hanya mengirimkan emoji "oke" untuknya.

Setelah mengambil obat, Livia kembali ke sekolah dengan naik bus.

Saat dia sampai di depan gedung asramanya, sosok bayangan seseorang menghalangi jalannya, suara seorang pria menghentikannya.

"Livia, berhenti."

Secara naluriah, Livia melangkah mundur dua langkah, menjaga jarak dengan orang di hadapannya ini dengan hati-hati.

Pria di hadapannya ini bernama Diego Sangace, mahasiswa tahun akhir fakultas keuangan. Dengar-dengar, keluarganya sangat kaya. Dia adalah tuan muda sebuah keluarga kaya. Dia sangat playboy, cukup sering ganti pasangan.

Belakangan ini, Livia sudah diganggu olehnya.

Setelah menyembunyikan bungkusan obat dalam genggamannya, Livia menatap pria di hadapannya dengan tatapan waspada dan berkata, "Kamu ... kamu mencariku?"

Menatap wajah polos wanita itu, hasrat sudah mulai bergejolak dalam hati Diego. Dia ingin sekali segera mendapatkan wanita itu, lalu membawanya ke hotel dan memainkannya.

Memainkan perawan yang masih polos seperti ini, bisa merasakan sensasi meraih pencapaian.

Dia melangkah maju satu langkah, wajah tampannya mendekati wanita itu. "Dengar-dengar, kamu pergi jual sel telur?"

Bab terkait

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 9

    Livia langsung membelalak kaget, dia menatap pria itu dengan tatapan tidak percaya.Dia sudah melakukan hal ini dengan sangat rahasia, bahkan saat menelepon, dia juga akan mencari sudut yang tidak ada orangnya. Bagaimana pria ini bisa mengetahuinya?"Nggak, aku nggak melakukannya! Kamu jangan berbicara sembarangan!"Livia menggigit bibirnya, seakan-akan takut ada sesuatu yang akan terekspos. Malas berinteraksi lebih lama lagi dengan pria itu, dia langsung berbalik, hendak melarikan diri ke atas.Diego langsung menarik lengannya, menariknya kembali dengan mudah."Jangan lari. Aku tahu kamu kekurangan uang, keluargaku sangat kaya. Bagaimana kalau begitu saja? Kamu tidur denganku satu malam, aku akan memberimu dua puluh juta. Bagaimana?"Livia tidak menyangka pria ini akan berbicara begitu blak-blakan.Dalam sekejap, ekspresinya langsung berubah menjadi pucat. Ya, dia merasakan penghinaan dipermainkan dan dipandang rendah orang lain.Biarpun tadi malam dia sudah menjual dirinya sendiri da

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 10

    "Hmm? Seperti apa?" Begitu mendengar tentang uang, Livia mendengarkan dengan serius."Malam ini ada kegiatan, bekerja paruh waktu di sebuah bar. Hanya perlu menuangkan minuman dan mempromosikan minuman saja. Satu malam dua juta, ada bonus juga. Apa kamu berminat?"'Mempromosikan minuman?'Livia merasa sedikit ragu, dia tidak pernah mengerjakan pekerjaan seperti ini, tetapi dia juga tahu bar-bar adalah tempat berkumpulnya berbagai jenis orang, bukanlah tempat yang sederhana.Namun, memikirkan bayaran yang bisa diperolehnya satu malam adalah dua juta, hatinya benar-benar tergerak.Biasanya, dia bekerja sebagai kasir di supermarket, juga hanya bisa memperoleh dua ratusan ribu lebih satu hari. Dibandingkan dengan biaya pemulihan yang dibutuhkan oleh ayahnya, benar-benar tidak ada apa-apanya.Dia perlu terus menerus menghasilkan uang, dia baru bisa tenang."Jangan khawatir, ini adalah bar kelas atas. Temanku sudah pernah bekerja paruh waktu di sana beberapa kali, nggak ada masalah. Itulah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 11

    Archie berdiri di luar pintu. Dengan balutan setelan jas mahal berwarna hitam, tubuhnya tampak tinggi dan tegap, memancarkan pesona yang luar biasa.Dia menyelipkan kedua tangannya di saku celananya, melirik Diego dan wanita yang tertutupi oleh tubuh keponakannya itu dengan malas. Keningnya tampak sedikit berkerut, suaranya terdengar dingin."Apa yang sedang kalian lakukan?"Begitu mendengar suara ini, Livia secara refleks mengangkat kepalanya, tatapannya bertemu dengan sorot mata dingin Archie. Dalam sekejap, detak jantungnya seolah melambat.'Dia!''Dia adalah paman ... Diego?'Diego merangkul bahu Livia secara paksa, lalu tersenyum sedikit bersalah dan berkata, "Nggak ngapa-ngapain. Dia adalah pacarku, aku sedang bersenang-senang bersamanya.""Pacar?"Archie mengucapkan satu kata itu, samar-samar sorot matanya tertuju pada wajah Livia.Hari ini, wanita itu merias wajahnya, kulitnya tampak putih dan lembut, wajahnya sedikit memerah, bulu matanya tipis tapi tebal berbentuk pola meleng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 12

    Kepala Livia langsung berdengung-dengung, seakan-akan tidak menyangka pria itu akan mengajukan permintaan seperti ini.Jantungnya berdegup kencang dengan tak terkendali.Deg.Deg.Jantungnya seakan-akan sudah hampir melompat keluar dari dadanya.Wajah Archie makin mendekat, fitur wajah pria itu terukir dengan sempurna. Hidung mancung pria itu sudah hampir bersentuhan dengan hidungnya. Napas maskulin samar pria itu menyatu dengan napasnya, tidak cepat, juga tidak lambat.Livia mengalihkan pandangannya dengan sangat canggung, dia berkata dengan volume suara yang sangat kecil, "Aku nggak boleh melakukan aktivitas ranjang dalam seminggu."Hal ini adalah pesan dari pria itu sendiri."Seminggu sudah berlalu, sudah boleh.""Tapi ....""Aku adalah dokter, aku yang memutuskan."Tanpa menunggu Livia selesai berbicara, Archie langsung menciumnya, menahan bagian belakang kepalanya dengan kuat, tidak memberinya kesempatan untuk menolak.Aliran napas panas dari hidung, membuat wajahnya mulai terasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 13

    Begitu melontarkan kata-kata itu, samar-samar wajah Livia terasa panas. Terakhir kali setelah meninggalkan tempat ini, perutnya terasa sakit selama dua hingga tiga hari. Setelah membaik, tadi malam dia kembali ditiduri oleh pria itu, pagi ini rasa sakit yang sudah familier baginya kembali menyelimuti dirinya.Pergerakan Archie terhenti sejenak, pandangannya tertuju pada posisi di antara kedua kaki wanita itu."Sakit lagi?"Livia mengangguk dengan malu, lalu menjawab dengan jujur sambil tergagap, "Rasa sakitnya sama seperti sebelumnya, sangat nggak nyaman."Archie mengatupkan bibirnya, kilatan gelap melintas di matanya. Dia meletakkan gelas airnya di atas meja sambil melontarkan satu kata."Tunggu."Beberapa menit kemudian, dia berjalan keluar dari kamar tidur dengan membawa dua kotak obat impor, lalu melemparkannya ke dalam pelukan Livia."Ini adalah pereda rasa sakit, satu kali sehari, sesudah makan. Kalau setelah dua hari masih terasa sakit, cari aku di rumah sakit."Livia segera mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 14

    "Bam!"Livia yang lengah langsung mematung di tempat, pikirannya juga kosong seketika!Pintu kamar tidur terbuka, setengah bagian tubuh Diego sudah terjulur ke dalam. Seketika itu juga, Livia langsung panik setengah mati!Detik berikutnya, sosok bayangan seseorang langsung menerobos masuk ke dalam kamar tidur dengan cepat. Sosok bayangan seseorang yang tinggi dan tegap itu menghalangi di depannya, Livia langsung masuk ke dalam pelukan yang sudah familier baginya.Ekspresi Archie sangat muram, dia berteriak pada Diego dengan suara rendah, "Diego, keluar sana!""Paman, ternyata kamu benar-benar sudah punya wanita?"Saking terkejutnya, Diego membuka mulutnya dengan lebar. Dia tetap berdiri di tempat, enggan pergi, melemparkan sorot mata penasaran ke arah sosok di dalam pelukan pamannya itu.Wajah Livia menempel di pelukan Archie, dia sama sekali tidak berani bergerak.Makin lama, Diego makin merasa punggung wanita itu sedikit familier, seakan-akan dia sudah pernah melihat wanita itu di su

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 15

    Setelah menghabiskan waktu cukup lama di koridor dan memastikan Diego sudah pergi, dia baru berjalan ke arah pulang dengan perlahan."Livia, mengapa kamu berada di sini?"Tiba-tiba, terdengar suara seorang pria dari arah depannya. Livia mendongak. Setelah melihat wajah pria itu dengan jelas, secara refleks dia langsung berdiri dengan tegak."Pak ... Daniel?"Pria yang dipanggil Pak Daniel oleh Livia ini, bukan hanya seorang dosen, tetapi juga dewan direksi Universitas Annora, Daniel Tandrian.Setiap tahunnya, pria ini akan menyumbangkan beasiswa dalam jumlah besar pada Universitas Annora. Sebagai mahasiswi yang mendapat beasiswa penuh selama empat tahun, hampir setiap tahun dia akan berfoto bersama Daniel.Jadi, mereka juga bisa mengobrol beberapa patah kata."Kebetulan sekali, bisa bertemu denganmu di sini. Apa kamu datang untuk menemui temanmu?"Daniel mengenakan setelan kasual berwarna abu-abu, satu tangannya diselipkan di sakunya, senyumannya terkesan santai dan ramah.Livia menang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 16

    Mendengar pembahasan ini, Daniel langsung bersemangat. "Ya, dia adalah mahasiswi yang mendapatkan beasiswa penuh dari sekolah kami. Gadis ini sangat berpotensi, dia sangat unggul, bibit yang sangat bagus."Daniel mencondongkan tubuhnya ke depan dan bertanya, "Kamu ahli dalam menilai orang. Menurutmu dia bagaimana? Apakah dia cukup berkemampuan?"Archie berkata dengan nada bicara menyindir, "Lebih baik kalian membersihkan iklan-iklan yang tertempel di kamar kecil wanita sekolah kalian hingga bersih."...Setelah kembali ke asrama, Livia segera menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri, lalu membuka kotak obat yang diberikan oleh Archie padanya dan menelan pil obat tersebut."Ting!"Layar ponselnya menyala. Dia mengambil ponselnya, melihat adanya transfer dana sebesar dua juta, lalu terdengar suara Tiara, teman asramanya, dari arah belakang."Livia, bayaran kerja paruh waktu semalam sudah kutransfer padamu, ya. Tapi, kenapa kamu nggak pulang semalaman, bahkan pulang lebih telat diband

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 50

    Ruang tamu gelap gulita, lampu tidak dinyalakan.Archie berjalan ke arah kamar tidur, melihat pecahan gelas berserakan di lantai dekat kepala tempat tidur. Di atas tempat tidur, ada seseorang yang meringkuk di dalam selimut hingga sudah hampir tidak kelihatan.Archie segera menyingkirkan selimut itu. Dia melihat wajah wanita itu memerah, kedua mata wanita itu terpejam, tampak sangat menderita.Hanya dengan sekali pandang saja, dia sudah tahu ada yang tidak beres."Kamu demam?"Archie mengerutkan keningnya, mengangkat lengannya, lalu menyentuh dahi wanita itu dengan punggung tangannya.Saking tingginya suhu tubuh wanita itu, ujung jarinya sampai bergetar sejenak.Suhu tubuhnya sudah terlalu tinggi!Archie melihat ke sekeliling, tidak menemukan adanya termometer. Dia segera kembali ke apartemennya dan membawa kotak medis kemari. Kemudian, dia mengeluarkan termometer untuk mengukur suhu tubuh wanita itu.Hasilnya 39,9 derajat.Saking tingginya suhu tubuhnya, otak wanita itu bahkan sudah h

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 49

    Livia tidak sempat memikirkan untuk makan lagi, dia segera beranjak dan berlari menaiki tangga.Hingga dia menaiki satu langka dengan terengah-engah, dia mendengar suara langkah kaki pria itu dari lantai bawah. Kemudian, terdengar suara pemantik api dinyalakan, seperti sedang menyalakan rokok.Melalui celah belokan tangga, Livia bisa melihat dengan jelas sosok bayangan seseorang di lantai bawah itu.'Benar-benar dia!'Pria itu tampaknya tidak menyadari keberadaannya, tubuh yang tinggi dan tegap itu tengah bersandar dalam posisi miring pada sandaran tangan dengan sebatang rokok di antara jari-jari rampingnya, menghembuskan asap rokok dengan santai.Pria yang elegan, sekaligus bajingan.Livia tidak tahan berlama-lama di tempat itu lagi. Dia memperlambat langkah kakinya, melarikan diri di lantai atas dengan hati-hati....Sore harinya, hujan deras di luar.Awan hitam tampak berkejar-kejaran di langit, petir bergemuruh tiada henti. Setengah bagian dari langit sudah tampak gelap, bahkan par

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 48

    Sepulang ke rumah, Livia terjaga sepanjang malam.Hingga fajar menyingsing, dia juga tidak berhasil menemukan solusi yang bagus.Saat berangkat bekerja keesokan harinya, dia juga tidak berani langsung keluar. Dia mengintip dari balik pintu sangat lama, hingga pria yang tinggal di apartemen seberang itu pergi, dia baru keluar perlahan-lahan.Baru tiba di perusahaan, dia menerima pesan dari Daniel, pria itu mengatakan hari ini akan pergi dinas, dalam beberapa hari ini tidak akan berada di Kota Jenewa, tidak bisa membimbingnya lagi, memintanya untuk mengikuti progres proyek bersama rekan kerjanya.Livia sibuk bekerja seharian di rumah sakit.Dia bekerja bersama seorang rekan kerjanya yang merupakan seorang insinyur yang sudah memiliki lima tahun pengalaman konstruksi. Semua orang memanggilnya Linda, adalah seorang arsitek yang memegang wewenang paling tinggi selain Daniel di seluruh departemen desain, juga merupakan orang dengan temperamen paling buruk.Linda tidak menyukai Livia, kali in

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 47

    Ternyata pria itu memasang kamera pengawas di dalam rumah!Bahkan menyalin rekaman itu, memutarnya lagi dan lagi di hadapannya!Benar-benar sudah gila!Jantung Livia berdegup dengan kencang, dia melompat ingin merebut ponsel pria itu. Namun, Archie jauh lebih tinggi darinya. Menghadapi pria itu, dia seakan-akan tidak tahu diri.Livia menurunkan suaranya dan bertanya pada pria itu, "Sebenarnya apa yang kamu inginkan?"Archie mematikan ponselnya, lalu mencubit wajah wanita itu dan lanjut menciuminya.Saat ini, kemampuan pengendalian dirinya dan sikap tenangnya sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak, samar-samar hanya tersisa sifat buruk seorang pria yang tersimpan dalam dirinya. Dia hanya ingin menindas wanita ini, mempermainkan wanita ini sesuka hatinya.Tepat pada saat ini, terdengar suara getaran dari arah tubuh Livia.Dia melepaskan dirinya dari pria itu, mengeluarkan ponselnya dan melirik layar ponselnya. Nama Daniel tampak berkedip-kedip di layar ponselnya.Saat dia hendak menja

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 46

    "Kamu ...."Sebelum Livia selesai berbicara, pria itu langsung menundukkan kepala dan mencium bibirnya, ciuman yang cukup keras dan dalam.Napas dan suhu tubuh pria itu terasa panas. Aroma alkohol yang menyengat disertai dengan aroma khas pria itu langsung menusuk indra penciumannya. Ciuman itu mengintimidasi pernapasannya, cukup kuat seperti hukuman yang ganas."Archie ... lepaskan."Livia dicium oleh pria itu sampai-sampai hampir tidak bisa bernapas. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong pria itu.Namun, upayanya itu sama sekali tidak membuahkan hasil.Pria itu sama sekali tidak mengizinkannya untuk melarikan diri. Ciuman panas itu kian dalam, seakan-akan melahap semua suara isakan dan teriakan rendahnya hingga lenyap tak bersisa.Livia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi telapak tangan pria itu menahan pinggangnya, membenamkan tubuhnya ke dalam tubuh pria itu.Jari-jari ramping pria itu melewati sela-sela rambut panjangnya dan menahan bagian kepalanya, memaksanya u

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 45

    Akhirnya hukuman sudah selesai dijalankan.Seakan-akan bebannya sudah terangkat, Livia duduk kembali ke sofa. Dia merasakan sebagian besar energinya sudah terkuras habis.Sekelompok orang pria kalangan kelas atas ini benar-benar pandai bermain.Ronde berikutnya dimulai, Devon yang tetap bertugas membagi kartu, sedangkan orang-orang lainnya membuka kartu.Sesuai dugaan, kali ini yang mendapatkan kartu AS hati adalah Archie."Eh, kena Dokter Archie."Archie melemparkan kartunya ke atas meja dengan santai, kilatan tajam melintas di matanya."Aku pilih ...." Dia melirik orang-orang di sekeliling ruangan itu, lalu berkata, "Jujur.""Sudah kuduga dia pasti akan pilih Jujur. Dengan karakter pembersihnya, jangan harap dia akan mencium sembarang orang."Devon terkekeh pelan, kilatan licik melintas di matanya.Benar saja, pertanyaannya langsung bersifat eksplosif. "Kapan terakhir kalinya kamu melakukan hubungan intim? Satu malam berapa kali?"Sambil bertopang dagu, samar-samar Archie melirik ora

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 44

    Livia bahkan tidak perlu menoleh, dia sudah tahu siapa orang itu.Dia sedang kooperatif dengan Daniel dalam menerima hukuman, untuk apa pria itu menatapnya seperti itu?Livia tidak sempat memedulikan tatapan pria itu lagi, dia hanya fokus menyuapi Daniel minum.Di belakangnya, sorot mata Archie tertuju pada wanita itu. Makin lama, sorot matanya makin dalam.Dari sudut pandangnya, setengah bagian tubuh wanita itu miring menghadapnya. Kebetulan, dia bisa melihat pinggang ramping wanita itu, serta lekuk tubuh indah wanita itu.Seminggu yang lalu, tubuh itu masih berada di bawahnya, pinggang ramping itu hampir saja patah dibuatnya.Namun, seminggu kemudian, wanita itu malah menyuapi pria lain. Apakah ini yang wanita itu maksud dengan berusaha menaikkan status sendiri dengan mengandalkan kemampuan sendiri?Archie memijat-mijat keningnya, dia merasa makin kesal.Di sisi lain, setelah menyuapi Daniel minum satu gelas, di bawah sorakan orang banyak, Livia kembali menuangkan minuman.Livia mele

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 43

    Daniel berkata, "Aku akan menggantikannya menerima hukuman."Ada orang yang ingin memanas-manasi situasi, berseru, "Eh, Pak Daniel sedang memainkan peran sebagai pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik?"Daniel tersenyum dan berkata, "Aku yang membawanya kemari, tentu saja aku yang melindunginya. Dia masih muda, aku nggak bisa membiarkannya ditindas, kalian juga jangan menakut-nakutinya.""Jangan bicara begitu, kami hanya menanyakan sedikit pertanyaan, nggak melakukan apa pun.""Lihatlah ciuman panas tadi, itu baru cara bermain kami biasanya."Satu per satu dari mereka mulai berkomentar, seakan-akan menyudutkan Livia.Livia menggigit bibirnya. Dia baru saja mengatakan dia ingin menerima hukuman sendiri, tetapi Daniel sudah terlebih dahulu buka suara."Aku akan menggantikannya menerima hukuman dua kali lipat itu."Begitu mendengar ucapannya, beberapa orang lainnya juga tidak mempersulitnya lagi, melainkan melambaikan tangan dan memberinya hukuman yang mudah."Kalau begitu minum dua ge

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 42

    Livia baru pertama kali menyaksikan pemandangan seperti itu, dia langsung tercengang.Orang-orang di sekeliling bersorak tanpa henti. Sementara itu, kedua insan itu berciuman tanpa henti, tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, bahkan ciuman mereka makin kian memanas.Samar-samar, dia bisa melihat pria itu sudah memasukkan tangannya ke dalam gaun wanita tersebut ....Hingga sebuah tangan besar menutupi pandangannya.Livia mendongak, melihat wajah tampan sekaligus hangat Daniel. Sorot mata hangat itu seakan-akan bisa membersihkan sedikit debu dalam hatinya.Daniel mendekati telinganya dan berbisik, "Jangan terlalu takut, biasakan diri saja."Membiasakan diri?Apakah kelak dia harus sering-sering membiasakan diri dengan situasi dan pemandangan seperti ini?Livia menundukkan kepalanya, suasana hatinya sedikit rumit, sulit dideskripsikan dengan kata-kata.Melalui sudut matanya, dia melirik ke arah kananya. Dia mendapati Archie sedang bersandar di sofa dengan malas. Dari sudut pandangn

DMCA.com Protection Status