Share

Bab 4

Author: Martha
last update Last Updated: 2024-12-17 16:18:53
Wajah Livia langsung memerah.

Kepalanya seperti berdengung-dengung, sekujur tubuhnya mulai terasa kaku.

Dia tidak menyangka pria yang terdengar ganas dalam panggilan telepon, ternyata adalah sosok pria yang berparas tampan dan tampak elegan seperti ini. Hanya berdiri di sana saja, ketampanan pria ini sudah bisa membuat orang lain tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.

Namun, aura dingin sekaligus menjaga jarak yang terpancar dari tubuh pria itu, membuatnya tidak berani mendekat.

Pria itu kelihatan seperti baru selesai mandi, rambut pendeknya masih sedikit basah. Ekspresi dingin sekaligus malas menghiasi wajahnya.

Livia mengangguk dan berkata dengan wajah memerah, "Ya, itu aku."

"Ikut denganku."

Pria itu hanya mengucapkan dua kata tersebut, lalu langsung berbalik dan berjalan menuju ke arah lift.

Livia beranjak dari sofa dengan kaku. Dengan pikiran kosong, dia melangkah mengikuti langkah pria itu.

...

Apartemen ini dirancang dengan gaya mewah, satu lantai hanya dua unit. Setelah keluar dari lift. Archie membuka pintu apartemen dengan sidik jarinya.

Setelah terdengar bunyi "tit", dia membuka pintu dan berkata dengan nada bicara agak santai, "Masuklah."

Livia menelan air liurnya, melangkahkan kakinya memasuki tempat tersebut dengan hati-hati.

Menurutnya, apartemen itu sangatlah besar, luasnya sekitar dua ratus meter persegi. Desain dan dekorasi di dalam ruangan cukup sederhana, hanya dengan perpaduan warna abu-abu dan putih, memberikan kesan elegan dan mewah yang sederhana.

Dengar-dengar, apartemen di sini sangat mahal, orang-orang yang tinggal di sini adalah orang-orang genius kelas atas. Dari dekorasi mewah lobinya saja sudah kelihatan, entah butuh berapa tahun orang biasa baru mampu membeli apartemen di sini.

Livia berdiri di pintu masuk, tampak ragu dan takut seperti seekor tikus.

Archie menutup pintu, membuka lemari di pintu masuk, lalu melemparkan sandal sekali pakai padanya. Livia melepaskan sepatunya dengan patuh dan memakai sandal tersebut.

Setelah sampai di ruang tamu, pria itu duduk di atas sofa dengan tubuh sedikit bersandar ke belakang dan kaki bersilang. Posisi duduk yang sangat malas dan sembarang.

Pria itu mengamati tubuhnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dengan sorot mata menyelidik secara terang-terangan. Livia merasa dirinya seperti barang yang sedang dinilai untuk dijual.

Pria itu tidak memberinya instruksi, tentu saja dia tidak berani bergerak sembarangan.

Dia berdiri di ruang tamu dengan patuh sambil menundukkan kepalanya.

Hingga pria itu mengucapkan dua kata.

"Lepas celanamu."

'Apa?'

Tubuh Livia langsung menegang.

"Apa kamu nggak mengerti apa artinya memeriksa barang?" Archie mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu dan berkata, "Kalau nggak diperiksa, bagaimana aku bisa tahu kamu adalah perawan?"

Livia menggigit bibirnya, sekujur tubuhnya diselimuti oleh perasaan penghinaan.

Tangan yang ditempatkannya di pinggangnya, bergetar.

Pikirannya seperti dipenuhi suara yang berdengung-dengung. Jelas-jelas tak ada suara apapun, tetapi dia merasa kepalanya penuh dengan suara yang memekakkan telinganya.

Pandangan pria itu terpaku pada tubuhnya, sorot mata itu sangat dalam sekaligus menyelidik. Pria itu bahkan mengubah postur duduk, mengamati setiap pergerakannya secara terang-terangan sekaligus santai.

Jantung Livia berdebar dengan kencang, wajahnya terasa panas. Seluruh aliran darah di tubuhnya seakan-akan melesat ke kepalanya, membuatnya menggesekkan kedua tangannya dengan gugup.

Sambil memainkan gelas air, Archie mulai memberitahunya pengetahuan umum dengan santai.

"Setelah pengambilan sel telur, efek samping seperti sakit perut, mual dan muntah, ovarium membesar, kesulitan bernapas dan yang lainnya, harus kamu tanggung sendiri. Dalam kasus yang parah, bisa terinfeksi penyakit menular seperti hepatitis B, sifilis dan AIDS. Tapi, kamu adalah seorang mahasiswi Universitas Annora, seharusnya kamu mengetahui hal-hal seperti ini lebih jelas dibandingkan aku, seharusnya aku nggak perlu banyak mengingatkanmu lagi, 'kan?"

Ekspresi Livia berubah menjadi pucat pasi.

Tangannya bergetar hebat.

"Lepas, cepat sedikit, waktuku terbatas."

Archie meletakkan gelas di atas meja, tidak terdengar gejolak emosi apa pun dalam ucapannya.

Livia menggesekkan tangannya di tali pinggangnya sejenak, lalu mencengkeram celananya dengan erat, tidak berani melonggarkan tangannya.

Detik berikutnya, dia tiba-tiba melangkah mundur dan berkata, "Aku berubah pikiran. Maaf, aku akan pergi sekarang."

Dia buru-buru melangkah ke arah pintu dengan panik. Dengan tangan yang bergetar, dia menarik gagang pintu, tetapi sama sekali tidak bisa terbuka.

Pintu sudah dikunci.

Dalam sekejap, Livia gugup setengah mati.

Saat ini, Archie menghampiri wanita itu dengan langkah lambat. Postur tubuhnya yang tinggi dan tegap bisa menekan waktu itu ke pintu dengan mudah.

Dia makin mendekat, wajah tampannya sudah sangat dekat dengan wanita itu, memancarkan aura yang sangat kuat dan mengintimidasi.

"Ingin berubah pikiran? Sudah terlambat."

"Bagaimana mungkin di dunia ini kamu bisa menjual dan membatalkan penjualan sesuka hatimu?"

Related chapters

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 5

    Pupil mata Livia mengecil seketika, ekspresinya tampak pucat sekaligus gugup, punggungnya menempel erat pada pintu."Aku benar-benar sudah menyesal. Tuan, aku mohon lepaskan aku. Aku berjanji nggak akan datang lagi ...."Archie mengalihkan pandangannya ke bawah. Melihat wanita itu berlinang air mata, mata memerah, hidung juga memerah, benar-benar tampak menyedihkan.Dia pun bertanya dengan nada dingin, "Kamu benar-benar nggak jadi jual?"Livia buru-buru menggelengkan kepalanya. "Nggak, nggak jual lagi.""Kelak juga nggak jual lagi?"Air mata Livia langsung mengalir tanpa permisi. Dia berkata dengan suara bergetar, "Nggak akan lagi. Aku mohon padamu, biarkan aku pergi. Aku akan berterima kasih padamu seumur hidupku."Archie menepuk-nepuk pundak wanita itu.Cukup kurus, terasa hanya seperti berbalut tulang saja, daging di tubuh wanita itu nggak terlalu terasa.Dia mengalihkan pandangannya dan berkata, "Pergi sana."Sambil menangis, Livia menoleh untuk membuka pintu. Namun, pintu tetap ti

    Last Updated : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 6

    Archie tidak menyangka dia akan kembali lagi.Dia melihat wajah penuh air mata wanita itu, seakan-akan terlihat lebih menyedihkan daripada tadi. Bibir wanita itu terluka akibat gigitan sendiri, matanya memerah dan membengkak, air mata mengalir tanpa suara, air mata kesedihan sekaligus putus asa.Seakan-akan terpicu oleh sesuatu.Dia melangkah ke samping, bersandar di lemari anggur anggurnya."Apa kamu yakin?"Jari-jari Livia bertautan dengan erat. "Aku kekurangan uang.""Aturannya masih sama, lepas celana."Archie mengucapkan satu kalimat itu dengan datar, dia ingin lihat apakah wanita itu benar-benar akan menyerahkan diri sendiri atau tidak.Dengan ekspresi sedih, Livia menutup pintu, berjalan masuk, lalu mulai melepaskan mantelnya.Tanpa butuh waktu lama, lapisan kain tipis yang menutupi tubuhnya sudah dibukanya dan dilemparkannya ke lantai.Selanjutnya adalah celananya.Dengan iringan suara ritsleting terbuka, celana jins longgar itu langsung meluncur ke lantai, hanya tersisa dua da

    Last Updated : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 7

    Setelah keluar dari Baliom, Livia naik MRT sendiri, kembali ke asramanya.Teman-teman sekamarnya ada jadwal kuliah, jadi tidak berada di asrama. Dia segera masuk ke kamar mandi untuk mandi. Sejauh mata memandang, dia melihat bekas ciuman di sekujur tubuhnya, bekas merah kebiruan itu tampak sedikit mengejutkan.Pria semalam tidak terbilang lembut, bahkan lebih mendekati kasar.Dia menghabiskan waktu cukup lama untuk menggosok, membersihkan dirinya. Kemudian, dia mengenakan baju tidur dan keluar dari kamar mandi, lalu berbaring di atas tempat tidur dan menghela napas lega.Suasana dan aroma yang familier di sekelilingnya, membuatnya merasa sedikit tenang.Livia mengambil ponselnya, lalu melihat ponselnya sejenak. Archie masih belum mentransfer uang untuknya.Setelah melihat kolom obrolan yang kosong itu dan bergumul cukup lama, dia mengetikkan beberapa patah kata. Wajahnya terasa panas dan memerah, pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri dan menghapus pesan itu.'Sebaiknya aku tunggu s

    Last Updated : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 8

    Archie mengangkat alisnya, mengeluarkan ponselnya, lalu membuka kolom obrolan dengan wanita itu."Kamu butuh berapa banyak?" tanyanya pada wanita itu.'Aku butuh berapa banyak?'Livia juga baru pertama kalinya melakukan hal seperti itu, dia tidak terlalu mengerti harga pasaran. Namun, biaya operasi ayahnya pasti sangat mahal.Livia tergagap, dia tidak tahu berapa nominal yang harus disebutnya.Melihat ekspresi wanita itu, Archie mengetikkan beberapa patah kata di ponselnya. Beberapa detik kemudian, dia membacakan informasi yang diperolehnya."Kalau berdasarkan harga pasaran jual sel telur, diploma 40 juta sampai 60 juta, S1 100 juta sampai 160 juta, mahasiswi dari universitas bergengsi, dimulai dari 200 juta."Dia mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu dan bertanya, "Kamu butuh berapa banyak? 100 juta atau 200 juta?"Livia tidak menyangka pria itu bahkan sudah mengetahui hal ini.Harga yang disebutkan oleh pria itu, sudah jauh lebih tinggi daripada yang harga yang tercantum di ikl

    Last Updated : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 9

    Livia langsung membelalak kaget, dia menatap pria itu dengan tatapan tidak percaya.Dia sudah melakukan hal ini dengan sangat rahasia, bahkan saat menelepon, dia juga akan mencari sudut yang tidak ada orangnya. Bagaimana pria ini bisa mengetahuinya?"Nggak, aku nggak melakukannya! Kamu jangan berbicara sembarangan!"Livia menggigit bibirnya, seakan-akan takut ada sesuatu yang akan terekspos. Malas berinteraksi lebih lama lagi dengan pria itu, dia langsung berbalik, hendak melarikan diri ke atas.Diego langsung menarik lengannya, menariknya kembali dengan mudah."Jangan lari. Aku tahu kamu kekurangan uang, keluargaku sangat kaya. Bagaimana kalau begitu saja? Kamu tidur denganku satu malam, aku akan memberimu dua puluh juta. Bagaimana?"Livia tidak menyangka pria ini akan berbicara begitu blak-blakan.Dalam sekejap, ekspresinya langsung berubah menjadi pucat. Ya, dia merasakan penghinaan dipermainkan dan dipandang rendah orang lain.Biarpun tadi malam dia sudah menjual dirinya sendiri da

    Last Updated : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 10

    "Hmm? Seperti apa?" Begitu mendengar tentang uang, Livia mendengarkan dengan serius."Malam ini ada kegiatan, bekerja paruh waktu di sebuah bar. Hanya perlu menuangkan minuman dan mempromosikan minuman saja. Satu malam dua juta, ada bonus juga. Apa kamu berminat?"'Mempromosikan minuman?'Livia merasa sedikit ragu, dia tidak pernah mengerjakan pekerjaan seperti ini, tetapi dia juga tahu bar-bar adalah tempat berkumpulnya berbagai jenis orang, bukanlah tempat yang sederhana.Namun, memikirkan bayaran yang bisa diperolehnya satu malam adalah dua juta, hatinya benar-benar tergerak.Biasanya, dia bekerja sebagai kasir di supermarket, juga hanya bisa memperoleh dua ratusan ribu lebih satu hari. Dibandingkan dengan biaya pemulihan yang dibutuhkan oleh ayahnya, benar-benar tidak ada apa-apanya.Dia perlu terus menerus menghasilkan uang, dia baru bisa tenang."Jangan khawatir, ini adalah bar kelas atas. Temanku sudah pernah bekerja paruh waktu di sana beberapa kali, nggak ada masalah. Itulah s

    Last Updated : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 11

    Archie berdiri di luar pintu. Dengan balutan setelan jas mahal berwarna hitam, tubuhnya tampak tinggi dan tegap, memancarkan pesona yang luar biasa.Dia menyelipkan kedua tangannya di saku celananya, melirik Diego dan wanita yang tertutupi oleh tubuh keponakannya itu dengan malas. Keningnya tampak sedikit berkerut, suaranya terdengar dingin."Apa yang sedang kalian lakukan?"Begitu mendengar suara ini, Livia secara refleks mengangkat kepalanya, tatapannya bertemu dengan sorot mata dingin Archie. Dalam sekejap, detak jantungnya seolah melambat.'Dia!''Dia adalah paman ... Diego?'Diego merangkul bahu Livia secara paksa, lalu tersenyum sedikit bersalah dan berkata, "Nggak ngapa-ngapain. Dia adalah pacarku, aku sedang bersenang-senang bersamanya.""Pacar?"Archie mengucapkan satu kata itu, samar-samar sorot matanya tertuju pada wajah Livia.Hari ini, wanita itu merias wajahnya, kulitnya tampak putih dan lembut, wajahnya sedikit memerah, bulu matanya tipis tapi tebal berbentuk pola meleng

    Last Updated : 2024-12-17
  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 12

    Kepala Livia langsung berdengung-dengung, seakan-akan tidak menyangka pria itu akan mengajukan permintaan seperti ini.Jantungnya berdegup kencang dengan tak terkendali.Deg.Deg.Jantungnya seakan-akan sudah hampir melompat keluar dari dadanya.Wajah Archie makin mendekat, fitur wajah pria itu terukir dengan sempurna. Hidung mancung pria itu sudah hampir bersentuhan dengan hidungnya. Napas maskulin samar pria itu menyatu dengan napasnya, tidak cepat, juga tidak lambat.Livia mengalihkan pandangannya dengan sangat canggung, dia berkata dengan volume suara yang sangat kecil, "Aku nggak boleh melakukan aktivitas ranjang dalam seminggu."Hal ini adalah pesan dari pria itu sendiri."Seminggu sudah berlalu, sudah boleh.""Tapi ....""Aku adalah dokter, aku yang memutuskan."Tanpa menunggu Livia selesai berbicara, Archie langsung menciumnya, menahan bagian belakang kepalanya dengan kuat, tidak memberinya kesempatan untuk menolak.Aliran napas panas dari hidung, membuat wajahnya mulai terasa

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 50

    Ruang tamu gelap gulita, lampu tidak dinyalakan.Archie berjalan ke arah kamar tidur, melihat pecahan gelas berserakan di lantai dekat kepala tempat tidur. Di atas tempat tidur, ada seseorang yang meringkuk di dalam selimut hingga sudah hampir tidak kelihatan.Archie segera menyingkirkan selimut itu. Dia melihat wajah wanita itu memerah, kedua mata wanita itu terpejam, tampak sangat menderita.Hanya dengan sekali pandang saja, dia sudah tahu ada yang tidak beres."Kamu demam?"Archie mengerutkan keningnya, mengangkat lengannya, lalu menyentuh dahi wanita itu dengan punggung tangannya.Saking tingginya suhu tubuh wanita itu, ujung jarinya sampai bergetar sejenak.Suhu tubuhnya sudah terlalu tinggi!Archie melihat ke sekeliling, tidak menemukan adanya termometer. Dia segera kembali ke apartemennya dan membawa kotak medis kemari. Kemudian, dia mengeluarkan termometer untuk mengukur suhu tubuh wanita itu.Hasilnya 39,9 derajat.Saking tingginya suhu tubuhnya, otak wanita itu bahkan sudah h

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 49

    Livia tidak sempat memikirkan untuk makan lagi, dia segera beranjak dan berlari menaiki tangga.Hingga dia menaiki satu langka dengan terengah-engah, dia mendengar suara langkah kaki pria itu dari lantai bawah. Kemudian, terdengar suara pemantik api dinyalakan, seperti sedang menyalakan rokok.Melalui celah belokan tangga, Livia bisa melihat dengan jelas sosok bayangan seseorang di lantai bawah itu.'Benar-benar dia!'Pria itu tampaknya tidak menyadari keberadaannya, tubuh yang tinggi dan tegap itu tengah bersandar dalam posisi miring pada sandaran tangan dengan sebatang rokok di antara jari-jari rampingnya, menghembuskan asap rokok dengan santai.Pria yang elegan, sekaligus bajingan.Livia tidak tahan berlama-lama di tempat itu lagi. Dia memperlambat langkah kakinya, melarikan diri di lantai atas dengan hati-hati....Sore harinya, hujan deras di luar.Awan hitam tampak berkejar-kejaran di langit, petir bergemuruh tiada henti. Setengah bagian dari langit sudah tampak gelap, bahkan par

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 48

    Sepulang ke rumah, Livia terjaga sepanjang malam.Hingga fajar menyingsing, dia juga tidak berhasil menemukan solusi yang bagus.Saat berangkat bekerja keesokan harinya, dia juga tidak berani langsung keluar. Dia mengintip dari balik pintu sangat lama, hingga pria yang tinggal di apartemen seberang itu pergi, dia baru keluar perlahan-lahan.Baru tiba di perusahaan, dia menerima pesan dari Daniel, pria itu mengatakan hari ini akan pergi dinas, dalam beberapa hari ini tidak akan berada di Kota Jenewa, tidak bisa membimbingnya lagi, memintanya untuk mengikuti progres proyek bersama rekan kerjanya.Livia sibuk bekerja seharian di rumah sakit.Dia bekerja bersama seorang rekan kerjanya yang merupakan seorang insinyur yang sudah memiliki lima tahun pengalaman konstruksi. Semua orang memanggilnya Linda, adalah seorang arsitek yang memegang wewenang paling tinggi selain Daniel di seluruh departemen desain, juga merupakan orang dengan temperamen paling buruk.Linda tidak menyukai Livia, kali in

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 47

    Ternyata pria itu memasang kamera pengawas di dalam rumah!Bahkan menyalin rekaman itu, memutarnya lagi dan lagi di hadapannya!Benar-benar sudah gila!Jantung Livia berdegup dengan kencang, dia melompat ingin merebut ponsel pria itu. Namun, Archie jauh lebih tinggi darinya. Menghadapi pria itu, dia seakan-akan tidak tahu diri.Livia menurunkan suaranya dan bertanya pada pria itu, "Sebenarnya apa yang kamu inginkan?"Archie mematikan ponselnya, lalu mencubit wajah wanita itu dan lanjut menciuminya.Saat ini, kemampuan pengendalian dirinya dan sikap tenangnya sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak, samar-samar hanya tersisa sifat buruk seorang pria yang tersimpan dalam dirinya. Dia hanya ingin menindas wanita ini, mempermainkan wanita ini sesuka hatinya.Tepat pada saat ini, terdengar suara getaran dari arah tubuh Livia.Dia melepaskan dirinya dari pria itu, mengeluarkan ponselnya dan melirik layar ponselnya. Nama Daniel tampak berkedip-kedip di layar ponselnya.Saat dia hendak menja

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 46

    "Kamu ...."Sebelum Livia selesai berbicara, pria itu langsung menundukkan kepala dan mencium bibirnya, ciuman yang cukup keras dan dalam.Napas dan suhu tubuh pria itu terasa panas. Aroma alkohol yang menyengat disertai dengan aroma khas pria itu langsung menusuk indra penciumannya. Ciuman itu mengintimidasi pernapasannya, cukup kuat seperti hukuman yang ganas."Archie ... lepaskan."Livia dicium oleh pria itu sampai-sampai hampir tidak bisa bernapas. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong pria itu.Namun, upayanya itu sama sekali tidak membuahkan hasil.Pria itu sama sekali tidak mengizinkannya untuk melarikan diri. Ciuman panas itu kian dalam, seakan-akan melahap semua suara isakan dan teriakan rendahnya hingga lenyap tak bersisa.Livia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi telapak tangan pria itu menahan pinggangnya, membenamkan tubuhnya ke dalam tubuh pria itu.Jari-jari ramping pria itu melewati sela-sela rambut panjangnya dan menahan bagian kepalanya, memaksanya u

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 45

    Akhirnya hukuman sudah selesai dijalankan.Seakan-akan bebannya sudah terangkat, Livia duduk kembali ke sofa. Dia merasakan sebagian besar energinya sudah terkuras habis.Sekelompok orang pria kalangan kelas atas ini benar-benar pandai bermain.Ronde berikutnya dimulai, Devon yang tetap bertugas membagi kartu, sedangkan orang-orang lainnya membuka kartu.Sesuai dugaan, kali ini yang mendapatkan kartu AS hati adalah Archie."Eh, kena Dokter Archie."Archie melemparkan kartunya ke atas meja dengan santai, kilatan tajam melintas di matanya."Aku pilih ...." Dia melirik orang-orang di sekeliling ruangan itu, lalu berkata, "Jujur.""Sudah kuduga dia pasti akan pilih Jujur. Dengan karakter pembersihnya, jangan harap dia akan mencium sembarang orang."Devon terkekeh pelan, kilatan licik melintas di matanya.Benar saja, pertanyaannya langsung bersifat eksplosif. "Kapan terakhir kalinya kamu melakukan hubungan intim? Satu malam berapa kali?"Sambil bertopang dagu, samar-samar Archie melirik ora

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 44

    Livia bahkan tidak perlu menoleh, dia sudah tahu siapa orang itu.Dia sedang kooperatif dengan Daniel dalam menerima hukuman, untuk apa pria itu menatapnya seperti itu?Livia tidak sempat memedulikan tatapan pria itu lagi, dia hanya fokus menyuapi Daniel minum.Di belakangnya, sorot mata Archie tertuju pada wanita itu. Makin lama, sorot matanya makin dalam.Dari sudut pandangnya, setengah bagian tubuh wanita itu miring menghadapnya. Kebetulan, dia bisa melihat pinggang ramping wanita itu, serta lekuk tubuh indah wanita itu.Seminggu yang lalu, tubuh itu masih berada di bawahnya, pinggang ramping itu hampir saja patah dibuatnya.Namun, seminggu kemudian, wanita itu malah menyuapi pria lain. Apakah ini yang wanita itu maksud dengan berusaha menaikkan status sendiri dengan mengandalkan kemampuan sendiri?Archie memijat-mijat keningnya, dia merasa makin kesal.Di sisi lain, setelah menyuapi Daniel minum satu gelas, di bawah sorakan orang banyak, Livia kembali menuangkan minuman.Livia mele

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 43

    Daniel berkata, "Aku akan menggantikannya menerima hukuman."Ada orang yang ingin memanas-manasi situasi, berseru, "Eh, Pak Daniel sedang memainkan peran sebagai pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik?"Daniel tersenyum dan berkata, "Aku yang membawanya kemari, tentu saja aku yang melindunginya. Dia masih muda, aku nggak bisa membiarkannya ditindas, kalian juga jangan menakut-nakutinya.""Jangan bicara begitu, kami hanya menanyakan sedikit pertanyaan, nggak melakukan apa pun.""Lihatlah ciuman panas tadi, itu baru cara bermain kami biasanya."Satu per satu dari mereka mulai berkomentar, seakan-akan menyudutkan Livia.Livia menggigit bibirnya. Dia baru saja mengatakan dia ingin menerima hukuman sendiri, tetapi Daniel sudah terlebih dahulu buka suara."Aku akan menggantikannya menerima hukuman dua kali lipat itu."Begitu mendengar ucapannya, beberapa orang lainnya juga tidak mempersulitnya lagi, melainkan melambaikan tangan dan memberinya hukuman yang mudah."Kalau begitu minum dua ge

  • Hasrat Bersemi Pada Malam Hari   Bab 42

    Livia baru pertama kali menyaksikan pemandangan seperti itu, dia langsung tercengang.Orang-orang di sekeliling bersorak tanpa henti. Sementara itu, kedua insan itu berciuman tanpa henti, tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, bahkan ciuman mereka makin kian memanas.Samar-samar, dia bisa melihat pria itu sudah memasukkan tangannya ke dalam gaun wanita tersebut ....Hingga sebuah tangan besar menutupi pandangannya.Livia mendongak, melihat wajah tampan sekaligus hangat Daniel. Sorot mata hangat itu seakan-akan bisa membersihkan sedikit debu dalam hatinya.Daniel mendekati telinganya dan berbisik, "Jangan terlalu takut, biasakan diri saja."Membiasakan diri?Apakah kelak dia harus sering-sering membiasakan diri dengan situasi dan pemandangan seperti ini?Livia menundukkan kepalanya, suasana hatinya sedikit rumit, sulit dideskripsikan dengan kata-kata.Melalui sudut matanya, dia melirik ke arah kananya. Dia mendapati Archie sedang bersandar di sofa dengan malas. Dari sudut pandangn

DMCA.com Protection Status