*Happy Reading*"Cucu?" Kedatangan Arletta di sambut antusias oleh sang nenek di rumah sakit. Langsung dipeluk erat sekali. Seakan Arletta bisa hilang kapan saja. "Cucu kenapa baru datang? Uti kangen.""Aku baru tiba dari Jakarta, Nek."Ya, Arletta memang memutuskan langsung pergi ke Rumah sakit. Sesampainya dia di kota kelahiran Arkana. Mengabaikan teguran sang suami yang menginginkannya istirahat sejenak untuk menghilangkan lelah. Tetapi, buat apa? Mereka pulang di antar Helikopter Pak Arjuna. Di perjalanan hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dan 30 menit dari hotel tempat landasan sampai ke rumah sakit. Jadi, mana ada capeknya? Itu juga kenapa, Arletta langsung memutuskan ke rumah sakit menjenguk sang kakek."Begitu? Masih capek berarti. Ayo sini duduk," balas sang nenek. Membimbing Arletta dan Arkana ke sebuah sofa yang ada di sana. Namun, entah kenapa Arletta malah tertarik pada seorang perawat yang juga ada di sana, bersiap menyuntikan sesuatu ada selang infus Kakek
*Happy Reading*Ternyata Adiyaksa dalang dibalik semua ini. Pantas saja Pak Arjuna saat itu mewanti-wanti agar segera membereskan Adiyaksa. Ternyata, dia memang sudah tak tertolong. "Lalu, bagaimana sekarang? Kamu punya ide?" tanya Arkana, meminta pendapat Arletta setelah tadi ikut menyimak kesaksian dua orang yang kini masih bersimpuh di lantai ruangan Ayah Yudis. "Adiyaksa ingin kabar kematian Kakek, kan? Maka berikan apa yang dia mau," jawab Arletta datar."Maksudnya?" tanya Arkana lagi makin penasaran. Namun, bukannya menjawab. Arletta malah tersenyum misterius dengan tatapan yang juga tak kalah misterius. Arkana saja sampai merinding dibuatnya. Pria itu tak dapat menebak pasti apa yang akan Arletta untuk menyelesaikan masalah ini. Ah, Arletta memang tak akan bisa ditebak dengan mudah. "Luv, jangan bikin orang penasaran," tegur Arkana kemudian. Sayangnya, Arletta seperti enggan menjelaskan apa pun. Hanya tersenyum saja, lalu beranjak mendekati ke arah dua tersangka yang ada
*Happy reading*Keesokan harinya, kabar kematian tetua Kusuma memang sampai ke telinga Adiyaksa. Namun, bertepatan dengan kabar perusahaan Setiawan yang menarik seluruh Investasinya dari Kusuma Group dan membatalkan seluruh kontrak kerja sama antara mereka.Tentu saja, hal itu membuat Adiyaksa kalang kabut menghadapi kekisruhan perusahaan yang tiba-tiba tercipta. Karena perusahaan Setiawan adalah kasta tertinggi di kerajaan Bisnis. Hingga kejadian penarikan ini pun menjadi tanda tanya besar bagi seluruh pemegang saham. Jika Setiawan sampai menarik, bahkan membatalkan kerja sama dengan sebuah perusahaan. Itu berarti ada sesuatu yang salah di perusahaan partner tersebut. Bahkan tak jarang, nasib perusahaan yang ditinggalkan itu akan perlahan masuk ke daftar black list perusahaan lainnya. Itulah yang ditakutkan pemegang saham lainnya. Maka demi menyelamatkan diri sendiri. Para pemegang saham itu pun berlomba menarik saham mereka dari Kusuma Group. Dan demi menyelesaikan semuanya. Adiya
*Happy Reading*Sebenarnya, kondisi kakek tak terlalu parah paska insiden yang menimpanya tempo hari. Hanya saja, karena mendapatkan perawatan dan obat-obatan yang tak seharusnya. Kakek pun tak sadarkan diri lumayan lama. Lihat saja, buktinya sekarang, setelah mendapatkan perawatan dan obat-obatan yang tepat. Kakek pun sudah siuman dengan kondisi tubuh yang lebih baik. "Jadi begitu?" gumam Kakek setelah tahu kebenarannya dari Ayah Yudis dan rencana yang Arletta buat. Wajah tuanya tampak sedih dan kecewa. Pun sang nenek di sebelahnya, yang ikut mendengarkan. Bedanya, nenek bisa secara gamblang menangis tersedu menyuarakan perasaan sedih dan kecewanya. Sementara Kakek berusaha tetap tegar. "Lalu, apa rencanamu?" tanya kakek lagi pada Arletta. "Kalau kakek bertanya padaku. Tentu saja akan aku jawab. Menjebak Adiyaksa dan memasukannya ke dalam penjara atas kejahatannya yang berlapis. Tetapi, aku tahu, sebagai orang tua pasti kalian ingin memaafkan dan memberikan kesempatan lagi, lagi,
*Happy Reading*"Tidak mungkin!" murka Adiyaksa."Bukti tertulisnya ada di tanganmu, Paman. Kau tidak meninggalkan kaca matamu di rumah, kan, hingga tidak bisa membacanya dengan jelas?" jawab Arletta santai. Tak gentar sama sekali. "Ini pasti palsu!" Adiyaksa masih menolak. "Kau pasti merekayasanya, iya kan?" Pria benar-benar tak terima dengan fakta yang di suguhkan. Pria itu melempar surat pernyataan yang tadi diberikan Elkava, yang sudah dia robek-ribek dengan kasar ke arah Arletta.Bagaimana mungkin Adiyaksa bisa dikalahkan bocah ingusan kemarin sore ini? Terlebih, bagaimana mungkin dia tidak menyadari si bocah yang ternyata memilih saham lebih besar darinya. Sialan! Benar-benar sialan! Adiyaksa tidak bisa menerima semua ini!"Aku merekayasa? Oh maaf Paman. Aku bukan dirimu yang suka sekali merekayasa suatu kejadian." Arletta masih menjawab santai sekali. Tenang dan percaya diri. Benar-benar menunjukan jika dirinya tidak bisa diintimidasi oleh Adiyaksa. "Apa maksudmu?""Aku yaki
*Happy Reading*Adiyaksa masih linglung saat akhirnya diamankan polisi. Atas tuduhan berlapis yang kakek layangkan, juga bukti penggelapan dana perusahaan yang Arletta sertakan. Hidup Adiyaksa sudah hancur.Setelah masalah Adiyaksa kelar. Tanda tangan kontrak kerja sama pun dilanjutkan. Akan tetapi, oleh Tetua sebagai perwakilan dari Kusuma, bukan Arletta yang awalnya ditunjuk untuk meneruskan Kusuma Group.Gadis itu menolak tanggung jawab itu, bahkan tiba-tiba mengembalikan semua saham yang sudah diberikan Tetua adanya begitu saja. "Aku sudah bilang. Dari awal, aku tidak pernah tertarik dengan saham keluarga Kusuma." Itulah alasan yang dia berikan. "Tapi, Nak. Ini adalah hak mu. Kakek dengan senang hati memberikannya. Terimalah," bujuk sang Kakek. "Tidak, terima kasih. Dari awal, tujuanku memang hanya ingin membungkam dan menghancurkan kesombongan Adiyaksa. Selanjutnya, aku tidak butuh saham-saham itu." Arletta tetap menolak. "Tapi--""Lagi pula aku juga masih harus fight merebut
*Happy Reading*"Nanti lagi ya, Yang."Arletta langsung mendelik tajam pada suaminya. Saat dengan isengnya berbisik dan meniup cuping telinganya dari belakang dengan nakal sekali. Pria ini benar-benar, ya. Otak mesumnya sangat membuat tangan Arletta gatal sekali ingin menyiramnya dengan soda api. Mentang sudah sah, suka sekali nyosor tak pandang kondisi. Hari ini saja mereka hampir telat datang ke acara kakek, gara-gara Arkana yang masih saja tak puas melumat bibirnya. Kalau saja tidak Arletta geplak kepalanya, pria itu pasti tak mau berhenti nyosor. Dasar soang!"Jangan mulai, deh, Mas. Nanti beneran aku bikin benjol kepala kamu!" desis Arletta pelan. Seraya mempertahankan senyumnya karena kini mereka di tempat umum. "Ck, pelit banget sih jadi istri." Arkana pun merajuk."Udah, sih. Kita bahas itu nanti aja. Ayo masuk dulu." Arletta mengabaikan rajukan Arkana, dan menggandeng lengan pria itu dengan mesra sebelum memasuki ruangan pesta. Pesta ulang tahun kakek yang ke-80 tahun. Pe
*Happy Reading*Arletta memilih mengalah demi tak menimbulkan keributan lebih banyak. Memberikan kode sekilas pada kedua mertua dan suaminya yang hendak membela. Arletta lumayan mengenal bagaimana karakter Tia. Karenanya, biarkan saja begini dulu. Akan ada waktunya nanti untuk membungkam mulut busuk Tia. Akhirnya dengan berat hati Arletta pun pergi digiring sang ketua pelayan, meninggalkan ibunya Tristan yang langsung tersenyum penuh kemenangan.Tidak apa-apa. Karma jaman sekarang pakenya gojek kok. Jadi selalu instan.Selepas kepergian Arletta. Pesta pun berlanjut. Acara demi acara dimulai dengan sangat meriah, memberi kebahagiaan dan keakraban pada tamu yang hadir. Banyak di antaranya menggunakan momen tersebut untuk menambah relasi, atau bahkan menjodohkan anak-anak mereka. Pernikahan bisnis. Kalian mengerti, kan?"Baiklah semuanya. Akhirnya kita sampai pada acara puncak malam ini. Yaitu, pemotongan kue yang akan dilakukan oleh Tetua Kusuma sebagai sang pemilik acara."Riuh tepu