Marlon memegangi wajahnya dengan ekspresi narsis. "Aku selalu polos!"Ariel berpura-pura muntah. Setelah melihat situasi di luar jendela mobil, ekspresinya menjadi serius. "Bos, ibu dan putrinya yang menyebarkan rumor itu sudah datang."Pamela melihat ke luar jendela mobil. Dia melihat wanita paruh baya dan putrinya yang pergi ke Kediaman Keluarga Dirgantara untuk mencari "keadilan" hari itu. Media yang telah menunggu lama langsung berkerumun, lalu mengepung ibu dan putrinya ....Media bergegas mengajukan pertanyaan. Namun, ibu dan putrinya tetap mengikuti instruksi di Internet. Mereka mengeluh kepada media dan bersumpah dengan yakin bahwa mereka akan memenangkan ujian hari ini.Sikap gadis bernama Nala juga berbeda dengan sebelumnya yang hanya menangis dengan kepala tertunduk. Dia mengangkat kepalanya dan menghadap kamera dengan percaya diri.Ariel berkata sambil mengangkat kaca mata berbingkai emas, "Wanita itu tampaknya sangat percaya diri? Tapi, menurut penyelidikan kami, prestasi
Rentetan di ruang siaran langsung juga menjadi gempar!"Kenapa Pamela terlihat begitu ceroboh? Apakah dia mengikuti ujian dengan serius?""Bukankah penampilan gadis nakal memang sangat ceroboh? Sifat seseorang sulit diubah! Apakah kamu masih berharap dia mendapat nilai bagus?""Nala terlihat seperti murid baik dengan nilai bagus!""Hanya sekilas, Nala terlihat sangat serius dan percaya diri!""Aku pikir juga begitu! Dukung Nala. Kalahkan orang yang menyebalkan itu!""Aku adalah alumnus Universitas Marila, Pamela adalah mahasiswa terbaik di Universitas Marila!""Di depanmu, apakah kamu orang yang disewa oleh Pamela? Berapa biaya untuk memberi komentar baik?""Hasil tes akan segera keluar, kalian secara alami akan tahu siapa siswa dengan nilai akademis terbaik!""Siapa pun yang datang, Nala tetap adalah siswa nilai akademis terbaik!""Pamela, semangat! Semua guru dan mahasiswa Universitas Marila mendukungmu!""Aduh! Mahasiswa-mahasiswa terbaik dari Universitas Marila begitu kompak, apa m
Saat guru sedang memeriksa kertas ujian, keributan di dalam siaran langsung masih berlangsung ...."Nala yang terlebih dahulu mengumpulkan kertas ujian. Hanya dengan sekali pandang saja, terlihat jelas aura kepercayaan diri murid pintar terpancar keluar darinya!""Ya! Seharusnya karena melihat Nala sudah mengumpulkan kertas ujian, Pamela baru panik dan terburu-buru mengumpulkan kertas ujian!""Apa gunanya terburu-buru mengumpulkan kertas ujian? Hal yang terpenting adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan benar!""Coba kalian lihat, Pamela tidur dalam posisi telungkup di atas meja! Dia benar-benar terlihat nggak serius dalam mengerjakan soal ujian!""Perilaku murid bodoh di kelas kami sama persis dengan perilakunya, datang ke sekolah hanya untuk tidur dan masuk ke kamar kecil! Kenapa masih ada orang yang memercayai murid sepertinya adalah murid pintar?!""Kalian semua nggak pernah melihat murid pintar yang sesungguhnya, ya? Nggak semua murid pintar adalah kutu buku. Murid pintar yan
"Kami menilai berdasarkan fakta! Nala sudah mengikuti keluarga bersawah selama bertahun-tahun, dia masih bisa mendapat nilai penuh. Tentu saja dia lebih hebat dibandingkan Pamela yang menggantikan hak orang lain berkuliah di universitas terkemuka itu!""Ya, benar! Nala pasti murid pintar yang sesungguhnya!"....Di kediaman Keluarga Yanuar.Seluruh anggota Keluarga Yanuar sedang menonton siaran langsung proses penilaian itu di ruang tamu. Mereka juga sudah melihat hasilnya adalah kedua peserta mendapat nilai penuh. Ekspresi yang berbeda-beda tampak jelas di wajah mereka masing-masing.Johan dan Anisa mengerutkan kening mereka. Mereka memang lebih percaya pada Pamela. Namun, begitu melihat hasilnya adalah kedua peserta itu sama-sama mendapat nilai penuh, kedua lansia itu mulai ragu untuk memercayai siapa.Sementara itu, Marko sedang menyesap kopinya dengan ekspresi muram. Pandangannya terpaku pada Pamela yang sedang menguap dalam layar siaran langsung, perasaannya diliputi oleh sedikit
Di konferensi pers, ada seorang wartawan yang bertanya, "Sekarang kedua peserta mendapatkan nilai penuh. Kalau begitu, itu artinya ujian ini nggak ada artinya lagi, 'kan? Hasil ini juga nggak bisa membuktikan sebenarnya siapa yang berhasil lolos ke universitas terkemuka itu! Nona-Nona, apa ada yang ingin kalian katakan?"Nala mengangkat tangannya, mengisyaratkan bahwa ada yang ingin dia katakan!Melihat Nala mengangkat tangannya, pembawa acara berjalan menghampirinya dan menyerahkan mikrofon kepadanya.Nala berkata dengan nada bicara yang sedikit terdengar logatnya, "Aku merasa aku yang sudah memenangkan ujian ini karena aku lebih cepat mengumpulkan kertas ujian. Selain itu, selama bertahun-tahun ini, aku sudah nggak mengulangi pelajaran sekolah menengah atas lagi. Aku mengerjakan soal-soal ujian berdasarkan ilmu pengetahuan yang ada dalam ingatanku bertahun-tahun yang lalu. Di sisi lain, aku dengar Pamela berkuliah di universitas terkemuka, dia nggak pernah meninggalkan studinya, tapi
Dia melirik ke arah Nala. Saat ini, Nala tampak sangat percaya diri, ibu Nala yang berada di bawah panggung juga terlihat sangat bangga.Pembawa acara berkata, "Ya, benar. Nona dan Nona Nala sama-sama mendapat nilai penuh. Baru saja Nona sudah tertidur, mungkin Nona nggak mendengar saat aku mengumumkan hasilnya."Pamela menguap, lalu mengucapkan tiga kata dengan santai. "Aku nggak percaya."Para wartawan yang berada di bawah panggung melemparkan sorot mata bertanya-tanya ke arah Pamela ...."Baru saja dia bilang apa? Dia nggak percaya? Dia nggak percaya dirinya sendiri mendapat nilai penuh atau nggak percaya Nala mendapat nilai penuh?""Tentu saja dia nggak percaya Nala mendapat nilai penuh! Dia pasti merasa Nala sudah meninggalkan studi selama bertahun-tahun, pasti sudah melupakan banyak ilmu pengetahuan, jadi sudah pasti nggak bisa mendapat nilai penuh! Dia pasti nggak menyangka Nala adalah definisi murid pintar yang sesungguhnya! Setelah meninggalkan studi selama bertahun-tahun, Nal
Nala mengerutkan keningnya dengan agak cemas dan berkata, "Ujian ... sekali lagi?"Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, karena dalam ujian kali ini hasil kita seri, maka kita ujian sekali lagi untuk menunjukkan siapa yang lebih unggul. Ini juga sebagai suatu pembuktian kepada para awak media dan penonton siaran langsung, 'kan?"Kilatan kepanikan melintas di mata Nala. "Hmm ... ini ...."Tepat pada saat ini, ibu Nala melangkah naik ke atas panggung dengan cepat dan berkata, "Nala, apa kamu nggak bisa menerima kekalahanmu?"Sudut bibir Pamela melengkung ke atas menunjukkan seulas senyum yang sangat indah. "Bukankah kami berdua mendapat nilai penuh? Aku nggak kalah!"Ibu Nala berkata, "Biarpun kalian sama-sama mendapat nilai penuh, semua orang beranggapan bahwa putriku lebih unggul darimu! Kamu mengatakan mau ujian ulang? Bagaimana bisa ujian ulang? Guru memerlukan waktu dan menguras pikiran untuk membuat soal baru lagi. Apa kamu pikir dengan kamu mengatakan mau ujian ulang,
Pamela mengamati Nala sejenak, lalu berkata dengan maksud terselubung, "Oh? Seharusnya nggak mungkin, 'kan? Seseorang yang mengerjakan pekerjaan dengan mengandalkan tenaga fisik sepanjang hari, bagaimana mungkin lelah hanya karena mengerjakan satu ronde ujian?"Ibu Nala berkata, "Pikirannya yang lelah, bukan fisiknya!"Pamela berkata, "Nggak butuh waktu lama. Lagi pula, hanya angka-angka dalam soalnya saja yang diganti, nggak terlalu menguras otak."Ibu Nala masih ingin menyangkal ucapan Pamela, tetapi semua orang di bawah panggung malah memperumit keadaan dengan mendukung Nala untuk ujian sekali lagi dengan Pamela ....Dalam situasi seperti ini, Nala dan ibunya tidak tahu apa yang harus mereka lakukan lagi.Para penonton di siaran langsung juga mendukung ujian ulang, mereka semua ingin melihat Pamela menerima kekalahan.Melihat antusiasme para penonton begitu tinggi, pembawa acara juga merasa ujian ulang tidak bisa dihindari lagi. Karena itulah, dia berkata, "Karena semua orang begitu