Detik demi detik, menit demi menit berlalu, hingga satu jam kemudian dan sudah tiba waktunya untuk mengumpulkan kertas ujian, Nala masih tampak seperti belum selesai mengerjakan soal-soal itu ....Demi keadilan, pembawa acara menghampiri Nala dan memberitahunya bahwa waktu mengumpulkan kertas ujian sudah tiba, dia sudah harus mengumpulkan kertas ujian.Nala tidak berdaya, dia terpaksa menyerahkan kertas ujian yang belum selesai dijawabnya itu kepada pembawa acara. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah ibunya yang berada di bawah panggung dan menatap ibunya dengan tatapan cemas ....Setelah mengambil kertas ujian Nala, pembawa acara langsung menyerahkannya kepada juri untuk melakukan penilaian secara langsung di bawah pengawasan para wartawan dan penonton siaran langsung.Tak lama kemudian, hasil ujian sudah keluar.Begitu melihat nilai ujian dari kedua peserta, pembawa acara tertegun sejenak, sorot matanya dipenuhi dengan keterkejutan.Kemudian, dia mengumumkan nilai kedua pes
Di bawah kepungan para wartawan, wanita paruh baya itu terus terdorong mundur. Jelas-jelas ekspresi bersalah terpampang jelas di wajahnya, tetapi dia masih enggan menyerah dan berkata, "Aku ... aku .... Putriku adalah murid pintar! Saat itu, putriku lolos ke universitas terkemuka dengan mengandalkan nilai bagusnya sendiri. Pamela yang sudah mengambil nilai putriku!"Para wartawan sudah mulai kesal, mereka merasa sejak awal mereka sudah dimanfaatkan oleh ibu dan anak dari pedesaan ini ...."Kalau putrimu benar-benar murid pintar, kenapa nilainya hanya 2, bahkan lebih parah dibandingkan nilai orang biasa? Harap beri kami sebuah penjelasan yang masuk akal!""Ya, benar! Kamu harus memberi kami sebuah penjelasan!""Siapa yang percaya seorang murid pintar hanya bisa mendapat nilai 2?!"Wanita paruh baya itu masih juga enggan menyerah. "Sudah kubilang putriku sudah lelah, jadi dia nggak bisa mengerjakan soal ujian dengan baik! Lagi pula, putriku sudah lama nggak memegang buku, wajar saja kala
Disorot oleh kamera para wartawan, wanita paruh baya itu tidak bisa menahan diri lagi. Pada akhirnya, dia marah besar.Sambil memaki kata-kata kasar, dia menyenggol para wartawan yang menghalangi jalannya dan menerobos kerumunan wartawan itu. Kemudian, dia bergegas naik ke atas panggung dan menarik putrinya yang tidak berguna itu, lalu segera berlari menuruni tangga dari arah yang lain!Sebagian dari kerumunan wartawan segera mengejar ibu dan anak itu, sedangkan sebagian lainnya tetap berada di sana untuk mewawancarai Pamela ...."Nona Pamela, mereka sudah melarikan diri, apa kamu nggak bermaksud untuk menuntut mereka melalui jalur hukum?""Ya, benar! Mereka memang pantas dituntut, mereka harus menerima hukuman yang setimpal karena sudah menyebarkan rumor nggak benar tentangmu!""Minta mereka meminta maaf secara terbuka dan memberimu kompensasi atas pencorengan nama baik!"Pamela masih duduk di tempatnya. Dia tampak menopang dagunya dengan satu lengannya, lalu berkata dengan malas, "Lu
Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Oke, aku akan ke sana sekarang."Setelah memutuskan sambungan telepon, Pamela bangkit dari tempat duduknya dan berpamitan dengan para awak media di bawah panggung. Kemudian, dia berbalik dan menuruni panggung. Tak lama kemudian, dia sudah menghilang dari pandangan kerumunan wartawan itu ....Setelah dia pergi, dia masih mendengar seorang wartawan melontarkan pertanyaan padanya seolah enggan membiarkannya pergi begitu saja. "Nona Pamela, kenapa kamu pergi dengan terburu-buru seperti ini? Kalau boleh tahu, tadi siapa yang meneleponmu? Apakah Tuan Agam?"Pamela terus berjalan lurus ke depan tanpa menoleh ke belakang ........Pada saat bersamaan, di kediaman Keluarga Dirgantara.Tomi dan Frida sudah selesai menonton siaran langsung. Ekspresinya keduanya mengalami perubahan, yang satu sudah tampak membaik, yang satunya lagi tampak lega.Frida bahkan merasa sedikit bangga atas nilai yang didapatkan oleh istri cucunya. Dia menyenggol lengan suamin
Begitu mendengarkan pertanyaan yang dilontarkan oleh Johan, ekspresi Kelly dan Kalana langsung memucat. Mereka tampak ragu untuk menjawab pertanyaan itu ....Kelly berkata, "Hmm .... Ayah, kenapa Ayah bisa berpikir seperti itu? Ayah sendiri yang mencari orang untuk membuat soal ujian kali ini, kami sama sekali nggak berinteraksi dengan guru yang mengeluarkan soal itu, bagaimana mungkin kami mencuri soal?"Kalana juga ikut menganggukkan kepalanya dan berkata, "Kakek, kami sama sekali nggak mencuri soal!"Johan memelototi mereka berdua dan mencibir. Kemudian, dia berkata, "Oh? Benarkah? Kalian berdua nggak mencuri soal? Kalau begitu, apa mungkin ibu dan anak itu yang menyelinap masuk ke kediaman Keluarga Yanuar, lalu mencuri soal dari dokumen laptopku? Apa kalian pikir aku sudah benar-benar sudah tua dan gegabah? Atau apa mungkin kalian pikir sistem keamanan Keluarga Yanuar hanya pajangan belaka?"Kelly tampak mengedipkan matanya dengan panik, rasa bersalah seakan-akan melahap jiwanya. "
Kelly terkejut bukan main. "Ayah, maksud Ayah .... Ayah memintaku dan Kalana untuk tinggal di pedesaan?"Johan berkata dengan tegas, "Ya, seperti itulah maksudku! Sekarang cepat bereskan barang-barang kalian! Aku akan mengatur orang untuk mengantar kalian ke sana!"Kelly tidak bisa menerima kenyataan ini. Seolah-olah sangat terpukul, dia terjatuh terduduk di lantai dan berkata, "Mengapa? Ayah, apa demi orang luar seperti Pamela, Ayah ingin mengusir menantu dan cucu perempuan Ayah?!"Melihat ekspresi Kelly yang menunjukkan seakan-akan dirinya menjadi korban, Johan menatap wanita itu dengan tatapan jijik dan berkata, "Sekarang, perilaku Kalana sudah berubah menjadi buruk karena pengaruhmu. Aku nggak akan membiarkanmu mempengaruhi Justin! Kalian berdua tinggal saja di pedesaan sana! Jangan memberi contoh yang nggak baik untuk Justin di sini!"Kelly mulai berkata dengan terisak, "Ayah! Ayah nggak bisa memperlakukanku seperti ini! Aku adalah istri Marko, menantu Keluarga Yanuar! Bagaimana A
Melihat tidak ada gunanya memohon lagi, Kelly pun berkata dengan kesal, "Marko, kamu pasti ingin aku tinggal di pedesaan selamanya dan nggak kembali lagi, 'kan? Dengan begitu, kamu sudah punya kesempatan untuk menjalin hubungan dengan wanita lain, bukan?"Marko mengerutkan keningnya dan berkata, "Omong kosong seperti apa yang kamu bicarakan? Ini adalah konsekuensi atas perbuatanmu sendiri."Seolah-olah sudah menggila, Kelly tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Hahaha! Marko, kamu jangan berpura-pura lagi, kamu yang benar-benar pandai berpura-pura!""Selama bertahun-tahun aku menjadi menantu Keluarga Yanuar, setiap hari kamu selalu pisah ranjang denganku. Kamu bahkan sama sekali nggak pernah menyentuhku. Aku nggak percaya selama bertahun-tahun ini kamu nggak punya kebutuhan biologis! Kamu pasti sudah punya wanita lain di luar sana, 'kan?""Marko, aku beri tahu kamu, aku bukan Quenne yang bisa kamu campakkan begitu saja!"Mendengar kata-kata tidak enak didengar Kelly, Johan langsung mara
Pamela menaikkan alisnya dan berkata, "Benarkah? Kalau begitu, aku tunggu!"Saat ini, para pengawal sudah selesai memasukkan semua koper mereka ke dalam garasi."Nyonya, Nona Kalana, silakan masuk ke dalam mobil, jangan sampai Tuan Johan marah lagi. Mungkin saja beberapa waktu lagi, Tuan Johan akan memerintahkan kami untuk menjemput kalian."Setelah memelototi Pamela untuk terakhir kalinya, Kelly dan Kalana baru masuk ke dalam mobil dengan enggan dan berangkat menuju ke pedesaan ........Di dalam kediaman Keluarga Yanuar.Setelah Kelly dan Kalana dibawa pergi, suasana di dalam kediaman Keluarga Yanuar menjadi jauh lebih tenang.Melihat putranya yang sudah memasuki usia kepala empat itu masih belum tampak berwibawa itu, Johan berkata dengan kesal, "Lihatlah kamu ini! Kamu sudah berusia empat puluhan tahun, tapi kamu bahkan masih belum bisa mengatur istri dan anakmu dengan baik! Kamu lihat sendiri sudah seperti apa mereka sekarang!"Begitu mendengar ucapan ayahnya, Marko yang sedang ber