Pamela tersenyum dan berkata, "Hmm, konferensi pers sudah selesai, jadi aku sekalian datang untuk melaporkan hasilnya padamu, serta Nyonya Anisa dan Nona Kalana. Tapi, sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat untukku datang? Bagaimana kalau ... lain hari saja aku datang lagi?"Anisa segera melambaikan tangannya dan berkata, "Pamela, cepat masuk, kamu boleh datang kapan saja! Hanya saja, tadi kakekmu dan pamanmu bertengkar, aku khawatir membuatmu kaget!"Pamela berjalan menghampiri Anisa. Dia melirik Johan yang sedang duduk di sofa dengan ekspresi muram seolah-olah sangat tidak senang itu, lalu mendongak, melihat Marko yang sedang berdiri di tangga. Seakan-akan canggung menghadapi situasi ini, dia mengerutkan keningnya dan berkata, "Paman Marko sudah menginjak usia kepala empat, bukan? Kenapa masih bertengkar dengan ayah sendiri? Bukankah kurang pantas seperti itu?"Biasanya, Marko sama sekali tidak peduli kediaman Keluarga Yanuar kedatangan tamu atau tidak. Dia pasti akan langsung me
....Pada saat bersamaan, di dalam mobil yang melaju ke pedesaan ....Sambil menangis, Kalana menyalahkan ibunya sendiri. "Ibu, lihatlah apa yang telah Ibu lakukan? Ibu sudah menghancurkan semuanya, sampai-sampai kita berdua dikirim ke pedesaan!"Saat ini, suasana hati Kelly memang sudah sangat buruk. Begitu mendengar putrinya menyalahkan dirinya, pukulan mental yang dirasakannya makin besar!"Kalana, aku masih bisa terima orang lain yang mengataiku! Kenapa kamu juga mengataiku seperti itu? Aku melakukan semua ini demi siapa? Aku melakukan semua ini demi kamu!"Di saat seperti ini, Kalana sudah tidak ingin memahami ibunya lagi. Dia berkata dengan kesal, "Aku tahu Ibu melakukan semua ini demi aku, tapi semua yang Ibu lakukan ini sama sekali nggak membantuku, bahkan mencelakaiku! Kini, hidupku sudah nggak seperti dulu lagi! Ibu, seharusnya tadi kita mengakui kesalahan kita di hadapan Kakek dan Nenek dan menunjukkan kita sudah menyesali perbuatan kita! Mungkin saja mereka akan memberi kit
Begitu mendengar ucapan ibunya, Kalana juga mengalihkan pandangannya ke arah Revan yang duduk di kursi belakang. Kemudian, ibu dan anak itu saling melempar pandangan dan sudah memahami maksud satu sama lain.Kalana segera bangkit dan pindah ke kursi belakang, duduk di samping Revan ....Awalnya Revan duduk dengan tenang. Begitu melihat Kalana menghampirinya, secara refleks bocah lelaki itu menghindari Kalana. Kini, selain rasa takut, dia sudah tidak menaruh harapan apa pun pada ibunya ini.Diam-diam, Kalana mengulurkan lengannya dan mencubit lengan Revan dengan keras. Begitu mendengar suara teriakan terkejut Revan, dia bertanya dengan volume suara tinggi, "Revan? Revan, kamu kenapa?"Kemudian, dia mengulurkan lengannya untuk menyentuh dahi Revan, lalu dia berpura-pura menunjukkan ekspresi khawatir dan berkata, "Aduh? Kenapa bisa sepanas ini?"Kelly juga berkata dengan kooperatif, "Apa yang terjadi? Apa Revan demam?"Kalana menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ibu! Revan demam! Bagaima
Sebelumnya, dia masih khawatir mereka harus tinggal di mana karena tidak bisa menginap di hotel. Ada catatan penginapan di hotel, ini bisa mempermudah pelacakan keberadaan mereka. Begitu keberadaan mereka ditemukan, mereka pasti akan diantar ke pedesaan lagi.Sementara itu, pada saat ini, Revan masih terisak dengan volume suara kecil dalam pelukannya. Bocah sekecil itu sama sekali tidak mengerti apa yang telah terjadi. Hanya saja, gelombang kegelisahan yang menerpa dirinya membuatnya sangat ketakutan. Namun, sekarang dia tidak berani menangis dengan suara keras. Dia hanya bisa berusaha untuk mengendalikan suara tangisannya ....Namun, Kalana sedang menggendongnya, bagaimana mungkin dia tidak bisa mendengar suara tangisan bocah lelaki itu?Sejak menyadari anak ini sama sekali tidak bisa dia manfaatkan lagi, Kalana sudah menganggap Revan sebagai beban. Dia sama sekali tidak punya kesabaran dan kasih sayang untuk anak itu. "Menangis apaan kamu ini? Sungguh mengesalkan!"Revan tidak tahu k
Begitu mendengar ucapan Stevi, Kalana langsung membelalak kaget. 'Demi melindungi Pamela, Kakak bahkan nggak memedulikan keselamatan nyawanya sendiri? Pasti ada yang nggak beres!'Karena tidak mendapat tanggapan dari Kalana cukup lama, Stevi berkata, "Kalana, kenapa kamu nggak berbicara? Kamu harus membantuku! Kalau sampai Agam benar-benar memperhitungkan masalah itu, Keluarga Respati pasti akan hancur!"Kalana tersadar kembali dan berkata, "Stevi, bukannya aku nggak ingin membantumu, tapi sekarang aku benar-benar nggak berdaya untuk membantumu!"Stevi berkata dengan kebingungan, "Kalana, bagaimana mungkin kamu nggak berdaya untuk membantuku? Kamu adalah penyelamat Agam! Kalau kamu yang buka mulut, Agam pasti akan mempertimbangkan lagi karena kamu adalah penyelamatnya!"Kalana menghela napas panjang, nada bicara sedih terdengar dalam ucapannya. "Stevi, kamu nggak tahu apa yang aku alami belakangan ini. Agam sudah nggak menganggapku sebagai penyelamatnya lagi. Sekarang dia nggak akan me
Kelly menunjukkan ekspresi terkejut. "Jason mengalami kecelakaan mobil? Sebenarnya apa yang terjadi? Sepertinya kemarin dia nggak pulang ke rumah, apa dia nggak pulang karena kecelakaan mobil?"Kalana menyipitkan mata liciknya dan berkata, "Seharusnya begitu! Setelah mengalami kecelakaan mobil, Kakak takut Kakek dan Nenek mengkhawatirkannya, jadi dia nggak pulang ke rumah."Kelly memang tidak memiliki perasaan apa pun pada Jason, putra tirinya. Selain itu, Jason juga tidak terlalu menghormatinya. Kalau putra tirinya itu tewas dalam kecelakaan mobil, dia malah merasa hal itu adalah hal yang bagus.Kalau Jason mati, maka posisinya akan menjadi milik Justin. Setelah suatu hari nanti Justin menjadi ahli waris Perusahaan Yanuar, Kelly bisa melakukan apa pun sesuka hatinya tanpa memedulikan pandangan anggota Keluarga Yanuar.Sebenarnya, Kalana juga tidak terlalu memedulikan hidup dan mati Jason. Sejak kecil, dia tahu kasih sayang yang dicurahkan oleh Jason padanya hanya karena kakak tirinya
Kalana tetap bersikeras mempertahankan opininya. "Ini adalah satu-satunya kemungkinan yang masuk akal dan bisa terpikirkan olehku. Kalau nggak, sama sekali nggak ada alasan yang bisa menjelaskan mengapa kakakku tiba-tiba berubah menjadi begitu memedulikan Pamela! Selain itu, Ayah juga sama! Apa ibu nggak merasa sorot mata Ayah terhadap Pamela dan nada bicara Ayah terhadap Pamela sangat nggak normal?"Begitu mengingat bagaimana reaksi Marko saat bertemu dengan Pamela, Kelly langsung merasa ketakutan. "Kalau dugaanmu benar, Pamela benar-benar harus segera disingkirkan!"Kilatan kebencian melintasi mata Kalana. "Tentu saja kita harus menyingkirkan Pamela. Tapi, sebaiknya kita nggak turun tangan sendiri.""Kalau kita nggak turun tangan sendiri, siapa yang akan membantu kita melakukannya?""Ibu, baru saja aku sudah mengatur seseorang untuk menyingkirkan Pamela. Kita nggak perlu terburu-buru, kita tunggu saja hasilnya!"Kelly menatap putrinya dengan tatapan kebingungan dan berkata, "Siapa?"
Melihat sikap ramah dua lansia Keluarga Yanuar itu padanya, lalu mengingat kembali sikap jijik mereka saat membicarakan tentang ibunya, Pamela merasa sakit hati.Kalau mereka tahu dia adalah putri dari menantu terdahulu yang paling mereka benci, sikap dua lansia ini padanya pasti akan berubah drastis, bukan?'Hah, dasar manusia!'Pamela menarik tangannya kembali, lalu tersenyum tipis dan berkata, "Hmm, terima kasih kalian sudah bersedia memercayaiku."Sebenarnya, hukuman mereka terhadap Kelly dan Kalana sama sekali tidak ada artinya. Dua wanita jahat itu hanya dikirim ke pedesaan untuk tinggal di pedesaan.Apa itu layak disebut sebagai hukuman?Bagi Pamela, Kelly dan Kalana hanya sekadar pergi berlibur!Semua fasilitas lengkap di vila pedesaan itu, mereka tetap bisa makan dan minum dengan kenyang. Hanya saja, mungkin setelah kelamaan tinggal di sana, ibu dan anak itu akan merasa bosan.Kalau dibandingkan dengan hukuman yang diberikan oleh Keluarga Yanuar terhadap ibunya kala itu, hal s