Kelly menunjukkan ekspresi terkejut. "Jason mengalami kecelakaan mobil? Sebenarnya apa yang terjadi? Sepertinya kemarin dia nggak pulang ke rumah, apa dia nggak pulang karena kecelakaan mobil?"Kalana menyipitkan mata liciknya dan berkata, "Seharusnya begitu! Setelah mengalami kecelakaan mobil, Kakak takut Kakek dan Nenek mengkhawatirkannya, jadi dia nggak pulang ke rumah."Kelly memang tidak memiliki perasaan apa pun pada Jason, putra tirinya. Selain itu, Jason juga tidak terlalu menghormatinya. Kalau putra tirinya itu tewas dalam kecelakaan mobil, dia malah merasa hal itu adalah hal yang bagus.Kalau Jason mati, maka posisinya akan menjadi milik Justin. Setelah suatu hari nanti Justin menjadi ahli waris Perusahaan Yanuar, Kelly bisa melakukan apa pun sesuka hatinya tanpa memedulikan pandangan anggota Keluarga Yanuar.Sebenarnya, Kalana juga tidak terlalu memedulikan hidup dan mati Jason. Sejak kecil, dia tahu kasih sayang yang dicurahkan oleh Jason padanya hanya karena kakak tirinya
Kalana tetap bersikeras mempertahankan opininya. "Ini adalah satu-satunya kemungkinan yang masuk akal dan bisa terpikirkan olehku. Kalau nggak, sama sekali nggak ada alasan yang bisa menjelaskan mengapa kakakku tiba-tiba berubah menjadi begitu memedulikan Pamela! Selain itu, Ayah juga sama! Apa ibu nggak merasa sorot mata Ayah terhadap Pamela dan nada bicara Ayah terhadap Pamela sangat nggak normal?"Begitu mengingat bagaimana reaksi Marko saat bertemu dengan Pamela, Kelly langsung merasa ketakutan. "Kalau dugaanmu benar, Pamela benar-benar harus segera disingkirkan!"Kilatan kebencian melintasi mata Kalana. "Tentu saja kita harus menyingkirkan Pamela. Tapi, sebaiknya kita nggak turun tangan sendiri.""Kalau kita nggak turun tangan sendiri, siapa yang akan membantu kita melakukannya?""Ibu, baru saja aku sudah mengatur seseorang untuk menyingkirkan Pamela. Kita nggak perlu terburu-buru, kita tunggu saja hasilnya!"Kelly menatap putrinya dengan tatapan kebingungan dan berkata, "Siapa?"
Melihat sikap ramah dua lansia Keluarga Yanuar itu padanya, lalu mengingat kembali sikap jijik mereka saat membicarakan tentang ibunya, Pamela merasa sakit hati.Kalau mereka tahu dia adalah putri dari menantu terdahulu yang paling mereka benci, sikap dua lansia ini padanya pasti akan berubah drastis, bukan?'Hah, dasar manusia!'Pamela menarik tangannya kembali, lalu tersenyum tipis dan berkata, "Hmm, terima kasih kalian sudah bersedia memercayaiku."Sebenarnya, hukuman mereka terhadap Kelly dan Kalana sama sekali tidak ada artinya. Dua wanita jahat itu hanya dikirim ke pedesaan untuk tinggal di pedesaan.Apa itu layak disebut sebagai hukuman?Bagi Pamela, Kelly dan Kalana hanya sekadar pergi berlibur!Semua fasilitas lengkap di vila pedesaan itu, mereka tetap bisa makan dan minum dengan kenyang. Hanya saja, mungkin setelah kelamaan tinggal di sana, ibu dan anak itu akan merasa bosan.Kalau dibandingkan dengan hukuman yang diberikan oleh Keluarga Yanuar terhadap ibunya kala itu, hal s
Marko bertanya dengan agak terkejut, "Apa kamu nggak keberatan menerima anak yang diadopsi oleh Agam dan Kalana?"Pamela mengalihkan pandangannya ke arah Marko dan berkata, "Aku keberatan sekarang juga nggak ada gunanya lagi. Anak itu sudah diadopsi, jadi harus ada orang yang bertanggung jawab untuk menjaganya. Bagaimanapun juga, anak itu nggak bersalah."Samar-samar sorot mata kagum tampak di mata Marko. Wanita biasa tidak akan berbesar hati dan berpandangan luas seperti ini. Siapa yang bisa menerima anak yang diadopsi oleh suami sendiri dengan wanita lain?Saat ini, kepala pelayan Keluarga Yanuar menghampiri majikannya dengan tergesa-gesa. Dia membungkukkan badannya dan berbisik sesuatu ke telinga Johan. Begitu mendengar ucapan kepala pelayan, ekspresi Johan langsung berubah menjadi muram. "Apa? Cepat kirim lebih banyak orang lagi untuk melakukan pencarian!"Kepala pelayan itu menganggukkan kepalanya, lalu segera berbalik untuk menjalankan instruksi dari majikannya.Kemudian, Johan m
"Pamela.""Hmm?"Pria itu langsung mengangkat dagunya dan menyerangnya dengan ciuman ganas!"Hhmmph ...."Mata Pamela tampak sedikit membesar, dia sangat tidak terbiasa dengan serangan dadakan pria itu. Dia berusaha mendorong dada pria itu menjauh darinya, tetapi usahanya tidak membuahkan hasil. Jadi, pada akhirnya, dia tidak meronta lagi.Setelah cukup lama, pria itu baru melepaskannya dengan enggan, membiarkannya untuk bernapas.Setelah mengontrol napasnya dengan baik, pria itu berkata, "Sayang, selama beberapa waktu ke depan, mungkin aku akan sangat sibuk, perlu bolak-balik dalam negeri dan luar negeri. Aku nggak bisa pulang ke rumah dan menemanimu setiap hari lagi."Rona merah di wajah Pamela sudah memudar. Dia mengangkat alisnya dan berkata, "Apa kamu perlu mengurus bisnis di luar negeri?"Pria itu menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, boleh dibilang begitu. Tapi, setiap ada waktu, aku akan tetap berada di rumah untuk menemanimu."Setelah berpikir sejenak, Pamela berkata, "Pa
Pergerakan jari Pamela yang hendak memutuskan sambungan telepon terhenti. Dia berkata, "Cepat katakan siapa kamu dan ada urusan apa kamu mencariku!"Orang itu berkata, "Aku berada di sini! Lihatlah ke arah sebelah kiri, maka kamu akan tahu siapa aku!"Pamela melemparkan sorot matanya ke arah kiri. Di sana, ada sebuah jalan kecil dan sosok bayangan seseorang yang melambaikan tangan kepadanya.Orang itu tidak lain adalah Stevi yang sudah lama tidak dia temui.Karena wanita menggunakan alat untuk menyamarkan suara, jadi dia tidak bisa mengenali suara wanita itu.Kalau Stevi tidak melakukan hal buruk atau tidak memiliki motif terselubung, dia tidak akan menggunakan alat untuk menyamarkan suara. Jadi, sangat jelas bahwa wanita itu bermasalah!Penglihatan tajam Pamela tertuju ke arah di mana Stevi berada. Dia terkekeh dan berkata, "Nona Stevi, ternyata kamu, ya? Ada urusan apa kamu mencariku? Katakan saja langsung. Apa kamu pikir menyenangkan memainkan cara misterius seperti ini?"Stevi berd
Temanmu datang? Nyonya Frida menoleh ke arah Pamela, kemudian dia melihat Stevi mengikuti Pamela dengan ekspresi agak gelisah. "Ternyata Stevi!"Stevi secara alami mengenal Tomi dan Frida. Namun, karena Agam mengutus orang untuk menangkapnya, ketika Stevi bertemu keduanya itu, dia merasa bersalah ...."Kakek, Nenek, lama nggak bertemu. Apakah kalian berdua sehat?""Ya, kami sangat sehat." Nyonya Frida tersenyum sambil mengangguk, lalu berkata dengan sangat pengertian, "Pamela, kamu ajaklah temanmu ke atas dulu. Nenek akan meminta seseorang memanaskan makanan untukmu dan mengantarkannya."Pamela berkata sambil tersenyum dengan patuh, "Terima kasih, Nenek."Kemudian, Pamela mengajak Stevi ke lantai atas ....Begitu kedua gadis itu naik ke lantai atas, Tomi berkata sambil mendengus, "Dia nggak sungkan sama sekali. Dia mengajak temannya kemari, apa salahnya duduk dan makan bersama? Dia bahkan mengajak temannya ke kamar untuk makan sambil mengobrol! Dia masih takut kita mendengarnya? Siapa
"Karena kamu baru saja mengatakan di luar bahwa kamu khawatir nggak bisa berbicara di hadapan Kakek dan Nenek. Itu sebabnya aku membawamu ke kamarku. Bukankah kamu ingin mengobrol denganku tentang sesuatu? Kamar ini paling kedap suara. Kalau kamu memiliki pertanyaan, silakan bertanya!"Ruangan ini paling kedap suara?Saat Stevi mendengar ini, dia tidak bisa menahan diri untuk berpikir macam-macam. Dia merasa bahwa Pamela sangat tidak tahu malu. Pamela diam-diam memamerkan kasih sayangnya!Namun, Pamela tidak berpikir demikian. Dia terus menyantap makan siangnya.Stevi menyilangkan tangannya, lalu bertanya sambil memandang Pamela makan dengan ekspresi jijik, "Pamela, apakah kamu hamil?"Gerakan Pamela mengambil sayur berhenti sejenak. Kemudian, dia berkata sambil tersenyum dengan tenang, "Ya, benar."Stevi berkata sambil mengerutkan keningnya, "Apakah Agam tahu tentang kehamilanmu? Apakah tetua Keluarga Dirgantara tahu?"Pamela berkata, "Tentu saja Pak Agam tahu, tapi para tetua Keluarg