Marko bertanya dengan agak terkejut, "Apa kamu nggak keberatan menerima anak yang diadopsi oleh Agam dan Kalana?"Pamela mengalihkan pandangannya ke arah Marko dan berkata, "Aku keberatan sekarang juga nggak ada gunanya lagi. Anak itu sudah diadopsi, jadi harus ada orang yang bertanggung jawab untuk menjaganya. Bagaimanapun juga, anak itu nggak bersalah."Samar-samar sorot mata kagum tampak di mata Marko. Wanita biasa tidak akan berbesar hati dan berpandangan luas seperti ini. Siapa yang bisa menerima anak yang diadopsi oleh suami sendiri dengan wanita lain?Saat ini, kepala pelayan Keluarga Yanuar menghampiri majikannya dengan tergesa-gesa. Dia membungkukkan badannya dan berbisik sesuatu ke telinga Johan. Begitu mendengar ucapan kepala pelayan, ekspresi Johan langsung berubah menjadi muram. "Apa? Cepat kirim lebih banyak orang lagi untuk melakukan pencarian!"Kepala pelayan itu menganggukkan kepalanya, lalu segera berbalik untuk menjalankan instruksi dari majikannya.Kemudian, Johan m
"Pamela.""Hmm?"Pria itu langsung mengangkat dagunya dan menyerangnya dengan ciuman ganas!"Hhmmph ...."Mata Pamela tampak sedikit membesar, dia sangat tidak terbiasa dengan serangan dadakan pria itu. Dia berusaha mendorong dada pria itu menjauh darinya, tetapi usahanya tidak membuahkan hasil. Jadi, pada akhirnya, dia tidak meronta lagi.Setelah cukup lama, pria itu baru melepaskannya dengan enggan, membiarkannya untuk bernapas.Setelah mengontrol napasnya dengan baik, pria itu berkata, "Sayang, selama beberapa waktu ke depan, mungkin aku akan sangat sibuk, perlu bolak-balik dalam negeri dan luar negeri. Aku nggak bisa pulang ke rumah dan menemanimu setiap hari lagi."Rona merah di wajah Pamela sudah memudar. Dia mengangkat alisnya dan berkata, "Apa kamu perlu mengurus bisnis di luar negeri?"Pria itu menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, boleh dibilang begitu. Tapi, setiap ada waktu, aku akan tetap berada di rumah untuk menemanimu."Setelah berpikir sejenak, Pamela berkata, "Pa
Pergerakan jari Pamela yang hendak memutuskan sambungan telepon terhenti. Dia berkata, "Cepat katakan siapa kamu dan ada urusan apa kamu mencariku!"Orang itu berkata, "Aku berada di sini! Lihatlah ke arah sebelah kiri, maka kamu akan tahu siapa aku!"Pamela melemparkan sorot matanya ke arah kiri. Di sana, ada sebuah jalan kecil dan sosok bayangan seseorang yang melambaikan tangan kepadanya.Orang itu tidak lain adalah Stevi yang sudah lama tidak dia temui.Karena wanita menggunakan alat untuk menyamarkan suara, jadi dia tidak bisa mengenali suara wanita itu.Kalau Stevi tidak melakukan hal buruk atau tidak memiliki motif terselubung, dia tidak akan menggunakan alat untuk menyamarkan suara. Jadi, sangat jelas bahwa wanita itu bermasalah!Penglihatan tajam Pamela tertuju ke arah di mana Stevi berada. Dia terkekeh dan berkata, "Nona Stevi, ternyata kamu, ya? Ada urusan apa kamu mencariku? Katakan saja langsung. Apa kamu pikir menyenangkan memainkan cara misterius seperti ini?"Stevi berd
Temanmu datang? Nyonya Frida menoleh ke arah Pamela, kemudian dia melihat Stevi mengikuti Pamela dengan ekspresi agak gelisah. "Ternyata Stevi!"Stevi secara alami mengenal Tomi dan Frida. Namun, karena Agam mengutus orang untuk menangkapnya, ketika Stevi bertemu keduanya itu, dia merasa bersalah ...."Kakek, Nenek, lama nggak bertemu. Apakah kalian berdua sehat?""Ya, kami sangat sehat." Nyonya Frida tersenyum sambil mengangguk, lalu berkata dengan sangat pengertian, "Pamela, kamu ajaklah temanmu ke atas dulu. Nenek akan meminta seseorang memanaskan makanan untukmu dan mengantarkannya."Pamela berkata sambil tersenyum dengan patuh, "Terima kasih, Nenek."Kemudian, Pamela mengajak Stevi ke lantai atas ....Begitu kedua gadis itu naik ke lantai atas, Tomi berkata sambil mendengus, "Dia nggak sungkan sama sekali. Dia mengajak temannya kemari, apa salahnya duduk dan makan bersama? Dia bahkan mengajak temannya ke kamar untuk makan sambil mengobrol! Dia masih takut kita mendengarnya? Siapa
"Karena kamu baru saja mengatakan di luar bahwa kamu khawatir nggak bisa berbicara di hadapan Kakek dan Nenek. Itu sebabnya aku membawamu ke kamarku. Bukankah kamu ingin mengobrol denganku tentang sesuatu? Kamar ini paling kedap suara. Kalau kamu memiliki pertanyaan, silakan bertanya!"Ruangan ini paling kedap suara?Saat Stevi mendengar ini, dia tidak bisa menahan diri untuk berpikir macam-macam. Dia merasa bahwa Pamela sangat tidak tahu malu. Pamela diam-diam memamerkan kasih sayangnya!Namun, Pamela tidak berpikir demikian. Dia terus menyantap makan siangnya.Stevi menyilangkan tangannya, lalu bertanya sambil memandang Pamela makan dengan ekspresi jijik, "Pamela, apakah kamu hamil?"Gerakan Pamela mengambil sayur berhenti sejenak. Kemudian, dia berkata sambil tersenyum dengan tenang, "Ya, benar."Stevi berkata sambil mengerutkan keningnya, "Apakah Agam tahu tentang kehamilanmu? Apakah tetua Keluarga Dirgantara tahu?"Pamela berkata, "Tentu saja Pak Agam tahu, tapi para tetua Keluarg
Pamela secara alami tahu bahwa orang yang dikatakan Stevi adalah Jason, jadi dia sangat terhibur dengan jawaban Stevi sehingga dia memuncratkan semua air yang dia minum ...."Puft ... uhuk, uhuk ...."Setelah Pamela memuncratkan air ke wajah Stevi, Stevi menjadi semakin marah. Dia pun berteriak, "Apa yang kamu lakukan?"Pamela mengambil tisu dan menyeka mulutnya, lalu dia mengambil tisu lain dan menyerahkannya kepada Stevi. Pamela berkata dengan tak daya, "Maaf! Aku hanya nggak menyangka Kalana benar-benar memberitahumu seperti ini."Stevi mengambil tisu dengan marah dan menyeka air di wajahnya dengan ekspresi jijik. Kemudian, dia berkata, "Kalana hanya mengatakan yang sebenarnya padaku. Kalau nggak, apa lagi yang bisa dia katakan?"Pamela menggerakkan bibirnya. Dia ingin mendengar apakah ada hal yang lebih keterlaluan."Apakah dia memberitahumu bagaimana aku hamil anak dari Kak Jason?"Saat dia mengungkit hal ini, Stevi marah. Jason adalah pria idamannya. Sejak kecil, Jason adalah sat
Stevi berkata sambil mengerutkan keningnya, "Pamela, apa maksudmu? Bagaimana mungkin Kalana memanfaatkanku? Beraninya kamu mengatakan hal buruk tentang Kalana!"Pamela berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan tawanya. Kemudian, dia berkata sambil mengambil gelas air dan menyesapnya, "Nona Stevi, pernahkah kamu memperhatikan bahwa Kalana telah menggunakan cara yang sama selama bertahun-tahun? Dia membiarkan orang lain melakukan semua hal buruk demi kebaikannya? Dia hanya perlu menitikkan sedikit air mata di depanmu dan berpura-pura menyedihkan untuk mencapai tujuannya. Nggak peduli apa yang terjadi pada akhirnya, dia akan selalu menjadi orang yang nggak bersalah?"Stevi masih tidak percaya ada yang salah dengan sahabatnya. "Kalana nggak bersalah sejak awal! Dia murni dan baik hati sejak dia masih kecil. Dia bahkan nggak berani menginjak semut sampai mati. Dia nggak seperti yang kamu sebutkan. Kami bersedia untuk melindunginya secara sukarela! Pamela, menurutku kamu hanya iri karena Kal
"Belakangan, saat aku mengetahui keberadaan Kalana, aku menemukan bahwa setiap kali kamu mencari masalah denganku, itu hampir selalu karena Kalana.""Kalana sangat pandai menggunakan cinta dan kasih sayang orang lain untuk menimbulkan masalah.""Aku kira dia menggunakan pernikahan Jason untuk menggodamu. Dia mengatakan bahwa kamu adalah satu-satunya kakak ipar yang dia inginkan?"Stevi bertanya sambil berjalan mundur selangkah, "B ... bagaimana kamu tahu?"Pamela berkata sambil mengerutkan bibirnya, "Jelas, obsesimu terhadap Jason dapat dimanipulasi dan dieksploitasi olehnya, jadi dia berbohong kepadamu dan mengatakan bahwa anak dalam perutku adalah anaknya Jason untuk membuatmu cemburu. Dia memintamu mengambil tindakan untuk menyingkirkanku."Setelah dibongkar oleh Pamela, masalah tersebut menjadi sangat masuk akal. Kepercayaan Stevi runtuh. "Kalana .... Dia telah memanfaatkanku ...."Kalana adalah sahabat Stevi. Keduanya tumbuh bersama, mengenakan pakaian yang sama, memakai jepit ram
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen