Menyadari ekspresi tidak nyaman Olivia, Ricky sedikit membungkukkan badannya dan mengucapkan beberapa patah kata dengan lembut untuk menghiburnya. Kemudian, dia hendak mengambil brosur yang ada dalam genggaman Olivia karena tidak tega melihat wanita itu membagi brosur lagi.Namun, Olivia tetap bersikeras ingin membantu pria pujaan hatinya itu. Dia tidak menyerahkan brosur dalam genggamannya kepada Ricky, melainkan melangkah maju satu langkah dan berinisiatif untuk merekomendasikan sosok kakak seperguruan terbaik baginya kepada para orang tua murid yang mengesalkan itu, lalu menyodorkan brosur kepada mereka dengan sopan.Melihat pemandangan itu, Pamela mengangkat alisnya dan berkata, "Bagaimana, Paman? Adik ipar yang kupilihkan untukmu cukup memuaskan, bukan?"Melihat adiknya yang biasanya selalu arogan itu bersedia merendahkan diri untuk menemani seorang pemuda miskin membagikan brosur, Agam merasa agak terkejut. Namun, karena pemuda itu pernah menginginkan gadis-nya, dia tidak terlalu
Sebelumnya, dia merasa pria itu hanya menghindar, tetapi belum tentu tidak ingin mendaftarkan pernikahan dengannya.Kali ini, dia sudah bisa memastikan bahwa pria itu sama sekali tidak ingin mendaftarkan pernikahan dengannya.Saat itu, acara pernikahan yang diselenggarakan oleh Agam sangat sederhana, hanya mengundang anggota inti keluarga dan kerabat dekat untuk makan bersama. Intinya, hanya untuk menjalankan sebuah proses pernikahan saja. Sebenarnya, anggota Keluarga Dirgantara itu juga tahu bahwa Tuan Agam menyelenggarakan acara pernikahan hanya untuk menunjukkannya pada kakeknya, dia sama sekali tidak menganggap serius pernikahan ini.Kalau tidak, dengan kekayaan dan status Keluarga Dirgantara, bagaimana mungkin Agam menyelenggarakan acara pernikahan sesederhana itu.Karena itulah, kebanyakan orang luar tidak tahu bahwa sesungguhnya Tuan Keluarga Dirgantara ini sudah menikah.Agam seolah-olah tidak ingin orang lain tahu dia sudah menikah ....Setelah berpikir demikian, Pamela mengan
Setelah mendapatkan wanita yang dikejar-kejar dengan segenap jiwa dan raga, maka wanita itu tidak dihargai lagi!Pamela tidak menganggap dirinya sendiri sangat spesial dan sangat beruntung bisa bertemu dengan seorang pria yang setia pada dirinya selamanya.Dia hanya merasa Agam berbeda dari pria yang lain. Pria itu bisa memberinya ketenangan dan kenyamanan. Mungkin cinta pria itu padanya bisa bertahan sedikit lebih lama. Adapun mengenai seberapa lama hubungan mereka bisa bertahan, dia hanya bisa menyerahkannya pada waktu.Namun, pria ini memang berbeda dengan pria yang lain. Pria ini lebih cepat bosan pada wanita dibandingkan pria lain. Selain itu, pria dewasa seperti Agam sangat licik. Dari awal saja pria ini sudah membuat rencana untuk diri sendiri. Pada akhirnya, seorang gadis sepertinya tetap kalah dari pria dewasa yang licik seperti Agam!Hingga larut malam, Pamela tetap membelakangi Agam dan berpura-pura tidur. Tidak peduli bagaimana bujuk rayu pria itu, dia tetap tidak berbalik
Agam tertawa dan berkata, "Itu disebut penindasan?"Pamela memasang ekspresi muram dan berkata, "Tindakan yang hanya mementingkan kepuasan sendiri tanpa menanyakan apakah orang lain bersedia atau nggak disebut penindasan!"Melihat ekspresi menyedihkan gadis-nya setelah mengalami mimpi buruk, pria itu mengusap-usap pipi gadis-nya dengan lembut dan berkata dengan lembut, "Hmm, oke, oke. Baik di dalam mimpi maupun di kenyataan, aku akui aku bersalah. Sayang, jangan marah lagi, ya?"Mendengar pria itu memanggilnya sayang dengan suara serak basah itu, hati Pamela langsung bergetar.Dia menatap mata pria di hadapannya ini, jelas-jelas sorot mata lawan bicaranya ini sangat tulus, sama sekali tidak ada tanda-tanda kebohongan.Dia sangat ingin bertanya pada pria ini mengapa tidak ingin mendaftarkan pernikahan dengannya.Namun, setelah berpikir sejenak, dia merasa kalau mengajukan pertanyaan pada pria di atas ranjang, jawaban yang diperolehnya pasti bukan jawaban jujur.'Kalau aku mengajukan per
Dimas tersenyum dan berkata, "Nona Olivia nggak perlu panik, Nyonya sudah membantu Nona membawa pulang tas yang baru Nona beli kemarin dan sudah meminta orang untuk meletakkannya di dalam lemari pakaian Nona."Setelah mendengar ucapan Dimas, Olivia baru menghela napas lega. Dia mengerutkan keningnya dan memelototi Pamela. "Pamela, kamu mempermainkanku!"Pamela menyesap buburnya dengan santai dan bertanya pada Olivia, "Kemarin kamu membagikan brosur bersama Ricky sampai jam berapa baru pulang?"Begitu mendengar Pamela menyebut nama Ricky, Olivia langsung tersipu seperti seorang bocah perempuan yang pemalu. "Ahem, sekitar jam delapan lewat!"Pamela menyunggingkan seulas senyum dan berkata, "Biasanya, sore hari sekitar jam lima atau jam enam saja, sudah nggak ada orang di depan gerbang sekolah, 'kan? Kalian pergi ke mana lagi?""Nggak pergi ke mana-mana, kami hanya berjalan-jalan santai saja," kata Olivia sambil menundukkan kepalanya dan memakan sarapannya. Ekspresi malu masih terpampang
Pamela sudah merasa kenyang. Dia mengangkat gelasnya, lalu meneguk seteguk air putih baru berkata, "Bukan anak kecil, melainkan Olivia."Ricky tertegun sejenak, lalu mengerutkan keningnya dan berkata, "Kak Pamela, Olivia adalah anak kuliah. Aku hanya menerima anak sekolah menengah pertama dan anak sekolah dasar.""Kamu hanya perlu memberinya bimbingan seperti membimbing anak sekolah dasar.""Eh .... Bagaimana bisa seperti itu? Dia adalah anak kuliah, apa nggak aneh kalau aku memberi bimbingan padanya materi anak sekolah dasar?"Pamela memasang ekspresi tulus dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Sejak kecil, adik kami yang satu ini nggak belajar dengan sungguh-sungguh, ilmu pengetahuan dasar saja belum dia kuasai. Tanpa perlu aku katakan padamu, kamu juga tahu bagaimana nilai mata pelajaran kuliahnya, 'kan?"Ricky mengerti, nilai-nilai mata kuliah Olivia memang buruk, sudah biasa kalau dia tidak lulus ujian.Pamela berkata, "Sebenarnya, lahir di keluarga dengan latar belakang sebaik ini
Walaupun biasanya Marlon tampak seperti orang yang tidak serius, tetapi dia sangat serius dan sungguh-sungguh alam bekerja. "Bos, jangan khawatir. Setiap hari aku akan mengutus orang untuk mengawasi proses pembangunan proyek ini."Tentu saja Pamela memercayai kemampuan kerja Marlon. Hanya saja, kalau dia tidak datang memeriksa secara langsung, dia merasa tidak tenang.Melihat Pamela jauh lebih serius dari sebelumnya, Marlon tertawa dan berkata dengan nada bercanda, "Bos, sepertinya kamu benar-benar sangat memedulikan Pak Agam-mu, ya! Kamu sangat memperhatikan tempat kerjanya kelak."Pamela mengerutkan keningnya, "Hal yang aku pedulikan adalah apakah hasil dari pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan kita bisa memuaskan pelanggan atau nggak. Aku bisa menggambar ulang desainnya, tapi bangunan nggak mungkin dirobohkan untuk dibangunkan kembali!"Marlon tersenyum penuh arti, lalu menyodorkan sebotol air mineral kepada Pamela. "Hmm, aku sudah mengerti. Jangan khawatir, di sini ada aku ya
Pamela berkata, "Hmm, keponakanku."Marlon mengerutkan keningnya, lalu menyunggingkan seulas senyum penuh arti dan berkata, "Bos, sejak kecil kita tumbuh bersama di pedesaan. Jelas-jelas kamu nggak punya keponakan. Kalau aku nggak salah tebak, seharusnya wanita itu adalah keponakan Pak Agam, 'kan? Bos, kamu benar-benar menganggap keluarga Pak Agam seperti keluargamu sendiri."Pamela memutar matanya dan berkata, "Intinya, kamu nggak boleh menyentuhnya. Dia adalah wanita baik, kamu nggak boleh mempermainkan perasaannya. Awas saja kalau kamu sampai berani menyentuhnya, akan kuhajar kamu."Tentu saja Marlon takut dihajar oleh bosnya. Namun, dia tetap menunjukkan ekspresi cemberut dan berkata, "Bos, kamu ini bicara apa? Dia adalah wanita baik, apa aku bukan pria baik?"Pamela tumbuh bersama Marlon, dia sudah sangat mengenal karakter pria itu.Malas menanggapi akting Marlon lagi, Pamela berdiri tegak dan berkata, "Aku pergi dulu."Marlon mengikutinya dari belakang dan berkata, "Bos, tunggu!