Pamela berkata, "Hmm, keponakanku."Marlon mengerutkan keningnya, lalu menyunggingkan seulas senyum penuh arti dan berkata, "Bos, sejak kecil kita tumbuh bersama di pedesaan. Jelas-jelas kamu nggak punya keponakan. Kalau aku nggak salah tebak, seharusnya wanita itu adalah keponakan Pak Agam, 'kan? Bos, kamu benar-benar menganggap keluarga Pak Agam seperti keluargamu sendiri."Pamela memutar matanya dan berkata, "Intinya, kamu nggak boleh menyentuhnya. Dia adalah wanita baik, kamu nggak boleh mempermainkan perasaannya. Awas saja kalau kamu sampai berani menyentuhnya, akan kuhajar kamu."Tentu saja Marlon takut dihajar oleh bosnya. Namun, dia tetap menunjukkan ekspresi cemberut dan berkata, "Bos, kamu ini bicara apa? Dia adalah wanita baik, apa aku bukan pria baik?"Pamela tumbuh bersama Marlon, dia sudah sangat mengenal karakter pria itu.Malas menanggapi akting Marlon lagi, Pamela berdiri tegak dan berkata, "Aku pergi dulu."Marlon mengikutinya dari belakang dan berkata, "Bos, tunggu!
Sejak awal Kalana tidak pernah berniat baik padanya, sekarang lebih tidak memungkinkan lagi.Pandangan Pamela tertuju lurus ke depan, dia menjawab dengan santai, "Sepertinya kita nggak searah."Kalana menyunggingkan seulas senyum ramah dan berkata, "Nggak searah, aku juga bisa secara khusus mengantarmu. Kita sudah sangat akrab, mengantarmu saja bukan masalah besar.""Nggak perlu repot-repot.""Kak Pamela, apa kamu takut padaku?"Pamela terkekeh pelan dan berkata, "Kenapa aku harus takut padamu? Takut apa?"Seulas senyum polos tetap terpampang dengan jelas di wajah Kalana. "Takut aku membalas dendam padamu. Hehe, Kak Pamela, kamu jangan khawatir. Setelah mengalami kejadian terakhir kali, biarpun aku ingin membalas dendam padamu, aku juga nggak akan memilih sekarang dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu di mobilku. Kalau sampai hal seperti itu terjadi, bukankah aku sendiri juga yang rugi? Aku nggak sebodoh itu. Aku nggak akan melakukan hal yang merugikan tanpa ada keuntunganny
Begitu mendengar ucapan Pamela, Kalana langsung mengerutkan keningnya. Senyuman "polos" di wajahnya hampir tidak bisa dia pertahankan lagi.Karena tidak berhasil mendapatkan jawaban yang diinginkannya dari kakaknya, dia baru berpikir untuk mencari informasi dari Pamela. Namun, makna tersirat dari ucapan Pamela seolah-olah sedang menyindirnya sudah tidak mendapat kasih sayang dari kakaknya.Kalana tidak ingin Pamela merasakan keberhasilan menyindirnya, jadi dia berpura-pura menjawab dengan tenang, "Hmm, ucapan Kak Pamela benar. Nanti aku akan menanyakan secara langsung pada kakakku."Selesai mengucapkan beberapa patah kata itu sambil tersenyum, Kalana mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela mobil. Saat itu pula, ekspresi ganas dan kejam tampak jelas di wajahnya, giginya juga terkatup rapat."Kak Pamela, kita sudah sampai di perusahaan keluargaku. Sekarang aku akan naik ke lantai atas untuk mengantarkan makan siang kepada kakakku. Apa kamu mau ikut bersamaku?"Pamela bersandar di k
Setelah berpikir sejenak, Calvin berkata, "Nona Kalana, tunggu sebentar, aku masuk ke dalam untuk beri tahu Tuan Jason terlebih dahulu."Diam-diam, Kalana menyunggingkan seulas senyum penuh kemenangan. Dia mengira dirinya sudah berhasil. Selama Calvin masuk ke dalam dan memberi tahu kakaknya dia sudah mulai menyesali perbuatan dan memperbaiki kesalahannya, kakaknya pasti tidak tega bersikap dingin padanya lagi.Seperti yang diharapkan oleh Kalana, tak lama kemudian, Jason keluar untuk menemuinya secara pribadi."Kak! Aku datang membawakan makanan kesukaan Kakak!" Seperti dulu, Kalana langsung melemparkan dirinya dalam pelukan Jason dan bermanja-manja dalam pelukan kakaknya.Namun, Jason malah meliriknya dengan tatapan dingin dan mendorongnya. Dia mengamati sekeliling dengan serius dan berkata, "Di mana Pamela? Bukankah dia datang bersamamu?"Kalana tertegun sejenak, kenapa fokus kakaknya juga Pamela?!"Hmm .... Kak Pamela sedang menungguku di dalam mobil di lantai bawah. Kak, aku sudah
Kalana mengerutkan keningnya, memasang ekspresi lemah lembut dan polos. "Kak, aku sudah menyadari kesalahanku. Aku bersalah pada Kak Pamela. Tapi, aku merasa kita juga nggak perlu mementingkannya hingga ke tahap ini .... Sekarang Kak Pamela sudah menjadi menantu Keluarga Dirgantara, boleh dibilang dia sudah merupakan anggota Keluarga Dirgantara. Sementara itu, Keluarga Yanuar dan Keluarga Dirgantara sudah lama nggak cocok. Kalau Kakak terlalu sungkan pada Nyonya Keluarga Dirgantara, orang luar akan mengira Keluarga Yanuar mengalah pada Keluarga Dirgantara ...."Jason berkata dengan sorot mata tajam, "Keluarga Dirgantara adalah Keluarga Dirgantara, dia adalah dia! Kamu merasa kita nggak perlu mementingkannya? Orang yang paling wajib bersikap sungkan padanya di antara semua anggota Keluarga Yanuar adalah kamu!"Kalana sangat terkejut, dia buru-buru berkata, "Kak, aku sangat menghormati Kak Pamela. Hari ini, aku secara khusus menawarkan tumpangan untuknya. Walau nggak searah, aku tetap ng
Calvin melihat loket es krim di seberang sana dan berkata, "Nona Pamela, Nona naik ke atas dulu, aku akan membantu Nona mengantre dan membeli es krim. Nona beri tahu aku saja rasa apa yang Nona inginkan!""Aku mau yang original saja." Sambil berbicara, Pamela mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan menyerahkan uang itu pada Calvin. "Nah, ini uangnya!"Calvin hendak melambaikan tangannya. Namun, Pamela sudah mengerutkan keningnya seolah-olah sedang memberinya peringatan keras.Dilihat dari ekspresi Pamela, kalau dia berani tidak menerima uang ini, maka Pamela tidak akan naik ke atas lagi.Calvin sangat tidak berdaya, dia terpaksa menerima selembar uang itu, baru pergi mengantre.Karena sudah ada orang yang menggantikannya mengantre dan membeli es krim untuknya, Pamela pun naik ke atas terlebih dahulu.Siapa sangka, begitu memasuki lift, dia langsung bertemu kenalannya.Melihat Pamela berjalan memasuki lift, seorang wanita yang merias wajahnya dengan riasan tebal tertegun sejenak, la
"Dia memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, kemampuan bekerjanya juga bagus, dia jauh lebih hebat daripada kamu! Kamu nggak mungkin bisa kembali bekerja di sini lagi!"Pamela tetap tidak menanggapinya, bahkan tidak meliriknya sama sekali. Pamela hanya mengangkat lengannya dan mengorek-ngorek telinganya dengan jari kelingkingnya, seolah-olah mendengar suara-suara ribut yang mengganggu indra pendengarannya.Pergerakan sederhananya membuat karyawan wanita itu marah besar saking malunya. Dengan api amarah yang membara, dia menarik lengan Pamela dan berkata, "Eh! Aku sudah berbicara panjang lebar denganmu, apa kamu sudah tuli? Kenapa kamu sama sekali nggak menjawab pertanyaanku?! Dasar wanita nggak tahu sopan santun dan nggak terdidik!""Ting!"Pintu lift terbuka ....Begitu melihat situasi di dalam lift, ekspresi pria yang hendak memasuki lift langsung berubah menjadi muram.Setelah mengetahui adiknya berada di lantai bawah, Jason sudah mulai gelisah. Setelah menunggu cukup lama,
Melihat Kalana, karyawan itu seperti melihat penyelamatnya, dia pun berjalan maju dan menarik lengan Kalana sambil berkata, "Nona Kalana, Anda datang tepat waktu! Tadi, entah kenapa, Pak Jason memecat saya. Anda harus membantu saya!"Kalana mengayunkan tangannya dengan rasa jijik, seakan-akan dia menyentuh sesuatu yang sangat kotor. "Pergi sana! Memangnya kamu siapa?! Kamu kira kamu layak meminta bantuanku?!" seru Kalana.Karyawan ini tercengang sesaat, lalu dia berkata dengan ekspresi tidak percaya, "Nona Kalana? Sebelumnya, bukankah kamu bilang kamu sangat menyukaiku? Kamu meminta bantuanku untuk mengawasi Pamela di perusahaan. Kamu juga bilang ...."Kalana merasa kesal karena karyawan ini menghalangi jalannya, jadi dia langsung mendorong karyawan ini dan berkata, "Jadi kamu percaya saja? Kamu kira kamu siapa?! Dasar nggak tahu diri!"Karyawan ini langsung terjatuh, dia merasa kebingungan, dia sudah dipecat oleh Jason dan bahkan disingkirkan oleh Kalana!Mengapa hal ini bisa terjadi?
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen